Part 43

2.6K 314 34
                                    

Haechan dan Jaehyun masih sama-sama duduk termenung dikursi depan ruang rawat Jaemin, mereka berdua berusaha menenangkan pikiran masing-masing dulu.

Haechan lalu melirik Jaehyun yang sepertinya sedang menanggung beban berat sekali dipundaknya hal itu bisa dilihat Haechan dengan jelas diwajahnya.

"Paman" ucap Haechan membuat Jaehyun menoleh padanya.

"Aku yang akan urus Jaemin" ucap Haechan membuat Jaehyun menghela napasnya.

"Ini akan sangat berat baginya" ucap Jaehyun sambil mengusap wajahnya kasar.

"Sejak awal memang tidak ada yang mudah baginya" ucap Haechan dengan senyumnya, kemudian dia berdiri.

"Aku masuk dulu" ucap Haechan lalu dia masuk keruang rawat Jaemin.

Haechan terdiam saat melihat Jaemin yang duduk sambil memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya disitu, tubuhnya bergetar seperti sedang menangis tapi tidak ada sedikitpun suara yang dia keluarkan.

Jaemin menangis dalam diam menahan kesakitannya sendiri dan mencoba menguatkan dirinya sendiri.

Menarik napas dalam Haechan lalu mendekati Jaemin dan ikut duduk diranjang Jaemin, dia hanya diam beberapa waktu sebelum membawa Jaemin kedalam pelukannya.

Tidak ada yanh bersuara dari keduanya, Jaemin masih terus menangis dalam diamnya sedangkan Haechan hanya bisa berusaha menyalurkan ketenangan pada Jaemin.

"K-kenapa hiks..." lirih Jaemin.

"K-kenapa hiks...ken...k-enapaa hidup i-ini hikss...hiks...sialan s-sekali hiks..." segala pertahanan Jaemin benar-benar meluruh sepenuhnya.

Haechan menutup matanya dan makin memeluk erat Jaemin, hatinya sakit mendengar tangisan luka Jaemin.

Sungguh sangat sakit rasanya saat orang yang begitu berharga dihidupmu menangis dengan penuh luka seperti ini, rasanya Haechan benar-benar gagal.

Melepaskan pelukannya Haechan lalu menangkup wajah Jaemin dan hatinya berdenyut saat melihat wajah itu terlihat begitu putus asa.

"Aku tidak akan meninggalkanmu" ucap Haechan membuat Jaemin semakin terisak.

Jaemin putus ada dan dia tidak merasa pantas untuk siapapun lagi, dia tidak ingin merusak hidup dan masa depan Haechan, sudah tidak ada lagi harapan dihidupnya.

"T-tidak hiks.."

"Kamu t-tidak..."

"Kita akan merawatnya bersama!" tegas Haechan memotong Jaemin.

Jaemin menggeleng kuat tapi Haechan langsung memegang bahunya untuk mengambil atensinya kembali.

"Jaemin lihat aku" ucap Haechan membuat Jaemin menatapnya.

Tangan Haechan lalu turun dan berhenti diperut Jaemin "Dia bukan bencana Jaem tapi Dia pemberian Tuhan yang berharga, aku yang akan menjagamu dan juga Dia" ucap Haechan dengan sorot seriusnya.

Tapi Jaemin sudah kehilangan seluruh kepercayaannya, pada dirinya sendiri, pada orang terdekatnya, bahkan pada dunia.

Semuanya terasa abu-abu bagi Jaemin, dia kehilangan seluruh harapannya dan dia juga tidak tau harus bagaimana lagi hidupnya.

"Bunda hiks..." lirih Jaemin.

Jaemin ingin sekali memeluk Bundanya dan berkata bahwa dia sudah tidak sanggup lagi menjalankan hidupnya didunia yang terkutuk ini.

Dia merasa begitu jatuh dan Jaemin sangat ingin sekali merasakan bagaimana pelukan Bundanya itu untuk menguatkan hatinya.

"M-mau Bunda hiks..hiks..." tangis Jaemin semakin menjadi-jadi membuat Haechan berusaha untuk menenangkannya.

Please [RenMinHyuckNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang