Part 4

2.7K 306 17
                                    

Jaemin memasang headshetnya dan menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangannya diatas meja.

Perutnya dari tadi berbunyi karena lapar dan dia sangat menyayangkan bekal yang dia bawa harus berakhir di dalam bak sampah "lagi". Harusnya kalau memang tidak mau lebih baik kembalikan saja pada Jaemin daripada harus dibuang seperti tadi.

Jaemin menghela napasnya lalu memilih berjalan keluar dari kelas, dia menyerah karena perutnya sangat lapar, jadi dia putuskan untuk pergi kekantin saja walau dia sebenarnya sangat sayang dengan uangnya.

Tapi ketika sampai kantin senyum Jaemin langsung terbit saat melihat Renjun yang duduk sendirian, maka dengan cepat jaemin langsung menghampirinya.

"Injun gak makan?" Tanya Jaemin setelah duduk disebelah Renjun.

Renjun yang melihat Jaemin disebelahnya menghela napas kasar, lalu bersikap acuh saja.

"Kenapa gak makan? mau ku belikan makanan?" Tawar Jaemin.

Jaemin mengerucutkan bibirnya sebal karena perkataanya hanya diabaikan saja oleh Renjun.

"Injun gimana tadi dikelas? apa pelajarannya susah?" bukan Jaemin namanya jika dia menyerah begitu saja untuk terus menarik perhatian Renjun.

"Kalau tadi kelasku kosong jadi aku benar-benar bosan gak tau mau ngapain" cerita Jaemin.

"Kelasku sering kosong belakangan ini, menyebalkan sekali rasanya"

"Kalau kelas Injun gimana?" tanya Jaemin sambil menatap Renjun yang saat itu juga ternyata tengah menatapnya namun dengan pandangan dingin.

"Lo berisik, mending pergi dari sini" usir Renjun.

Belum sempat menjawab Jaemin bisa merasakan kerah seragamnya ditarik dengan keras dari belakang hingga ia terjungkal dari kursi dan jatuh dengan keras kelantai.

Jaemin mengelus punggungnya yang terasa sangat nyeri karena punggungnya lah yang paling duluan mencium lantai tadi.

Mendongak Jaemin menatap tajam orang yang sudah menarik seragamnya hingga dia jatuh.

"Kamu kenapa sih!" sentak Jaemin.

Siswa lain hanya menatap mereka dengan sorot mata tertarik dan terhibur, tapi kebanyakan adalah celaan untuk Jaemin pastinya.

"Sudah berapa kali harus aku katakan untuk berhenti mendekati pacarku!" tekan Chenle sambil menatap sengit pada Jaemin.

"Aku tau kalau kamu murah, tapi paling tidak jangan targetkat Renjun juga" ucap Chenle.

"Jaga ucapanmu kalau tidak mau ku robek mulutmu itu" geram Jaemin.

"Kamu pikir terus mengejar-ngejar pacar orang itu apalagi panggilan yang pantas selain murah?" ucap Chenle sambil memandang rendah Jaemin.

"Oh! atau jalang?" sambung Chenle.

Jaemin mengepalkan tangannya kuat dan berusaha menarik napas dalam untuk mencegah kemarahannya meluap.

"Aku tidak mengerti harus mengingatkanmu untuk berhenti mendekati Renjun menggunakan bahasa apalagi, karena sepertinya kamu tidak paham bahasa manusia" ucap Chenle membuat beberapa siswa cekikikan pelan.

Jaemin menggigit bibirnya yang bergetar lalu dia beralih menatap Renjun hingga pandangan mereka berdua bertemu.

Menghela napas kasar Jaemin memilih pergi saja dari kantin dan melupakan rasa lapar diperutnya. Dia berjalan kebelakang sekolah dan mendudukan dirinya di salah satu kursi bekas yang ditaruh disitu.

Jaemin mengelus punggungnya yang masih terasa nyeri, mungkin karena ditambah rasa lelahnya dari kemaren karena dia memang hanya memiliki sedikit waktu saja untuk istirahat.

Please [RenMinHyuckNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang