Part 8

2.2K 286 27
                                    

Dengan memaksakan diri Jaemin tetap berusaha untuk berangkat kerja walau sebenarnya sangat tidak mood tapi kantongnya sedang membutuhkan asupan.

Jaemin masih memikirkan perkara Renjun, bahkan nomornya sudah di block oleh Renjun membuatnya semakin galau.

Entah sudah keberapa kalinya sejak tadi Jaemin menghela napasnya, jujur saja posisinya saat ini sedikit menyesakan tapi Jaemin masih belum ingin menyerah.

Jaemin mendudukan dirinya di halte bus, dia menunduk merasakan perutnya yang nyeri dan kepalanya yang berdenyut sejak tadi.

Dia tidak pernah menjaga kesehatannya selama ini, tidur hanya 1 atau 2 saja setiap harinya, selalu makan mie dan itupun dia makan hanya sekali atau dua kali saja dalam sehari.

Tapi mau bagaimana lagi itu sudah tuntutan hidupnya, Jaemin tidak bisa terlalu banyak mengeluh.

Karena merasa sangat pusing akhirnya Jaemin mengeluarkan hpnya untuk menghubungi papanya walau sebernanya dia cukup enggan.

"Hallo.."

"Papa.."

"Iya kenapa sayang?"

"Bisa jemput aku? Aku agak sedikit kurang enak badan"

"Kamu dimana?"

"Dihalte Jl.****"

"Kamu dihalte? Kenapa tidak naik bus saja?"

"Aku tidak akan menelpon papa jika aku akan naik bus"

"Baiklah, bisa tunggu sebentar? Papa sedang bersama mamamu dan adikmu"

"Kalau begitu tidak usah saja, aku akan naik bus"

"Tidak, papa akan jemput tapi tunggu sebentar oke?"

"..."

"Sayang?"

"Baiklah"

Jaemin menghela napas kasar, kalau tau begitu dia tidak akan menelpon papanya tadi.

Mau tidak mau akhirnya Jaemin hanya duduk termenung disitu menunggu papanya menjemput.

Dia mendongak menatap langit yang kali ini menunjukan wajah masamnya yang seperti sebentar lagi akan mengeluarkan tangisnya.

Jaemin menatap hpnya lagi membuka beberapa chat lama untuk menghibur diri agar tidak bosan.

"Injun jangan block aku..." lirih Jaemin sambil menatap kontak Renjun.

Semarah itukah Renjun padanya? Biasanya walau dia akan terus mengganggu dan memberi banyak spam Renjun tidak pernah sampai memblock nomornya.

"Apa aku harus ganti nomor?"

Jaemin tiba-tiba tersenyum saat ide itu terlintas dipikirannya, ingat dia tidak akan menyerah pada perasaannya.

Sekuat apapun Renjun akan mendorongnya menjauh maka Jaemin juga akan sekuat tenaganya untuk bertahan.

Orang-orang pasti akan berpikir betapa egoisnya cinta yang berusaha dia perjuangkan, tapi mau bagaimana lagi jika memang hanya itu sumber bahagiannya? Walau akan sangat salah maka Jaemin akan tetap mempertahankannya.

Please [RenMinHyuckNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang