Part 46

2.7K 272 4
                                    

Jaemin masih terdiam dengan pikiran kacaunya sepeninggal Taeyong, akal sehatnya masih belum mampu menerima semua yang dikatakan oleh Taeyong.

"Tidak mungkin" hanya kata itu yang mampu terucap oleh Jaemin.

Taeyong bertindak sampai dengan sejauh itu Jaemin benar-benar tidak habis pikir lagi.

Jaemin pikir selama ini Taeyong menerimanya, Jaemin pikir Taeyong juga menganggap dirinya sebagai anaknya.

Semua pelukan dan kehangatan yang diberikan oleh Taeyong selama ini, semuanya palsu!

"Tidak mungkin hiks..." Jaemin menangis dan menangkup wajahnya dengan ketidak percayaan yang begitu nyata.

Bundanya dan semuanya, mereka semua menderita karenanya! Andai saja, andai saja Jaemin tidak hadir kedunia ini apa semuanya akan baik-baik saja?

Jaemin menjambak rambutnya sendiri dan terus memaki dirinya sendiri, dia memang sangat tidak berguna.

"Sialan hiks..!"

Dengan tatapan kosongnya Jaemin lalu mencabut jarum infusnya lalu dia berlari keluar dari ruangannya itu tanpa disadari oleh siapapun.

Berlari sekuat tenaganya Jaemin ingin berlari dari semua kenyataan yang ada, dia masih belum sanggup menerima semuanya.

Jaemin ingin berteriak marah pada dunia bahkan pada Tuhan yang sudah memberikan hidup sialan seperti ini padanya.

Jaemin salah apa? Dia salah apa selama ini? Kenapa hidupnya begini memuakan!

Dia menuju rumah lamanya dan Jaemin berteriak sekencang-kencangnya lalu melempar seluruh barang yang ada disitu.

"AGHHH FUCK!" Jaemin meninju cermin dikamarnya hingga pecah.

Dia membuat orang-orang disekitarnya menderita dan itu membuat Jaemin merasa begitu tidak berguna.

"SIALAN...SIALAN...SIALAN!!" Jaemin terus meninju tembok hingga akhirnya dia terduduk dan memeluk lutut sendiri dengan begitu putus asanya.

Hidupnya hancur bahkan sejak awal dia lahir kedunia ini, dia bahkan menyakiti orang lain sejak awal kehadirannya.

Jaemin terisak hebat, dia berada dititik terendah dihidupnya dan Jaemin sangat putus asa akan itu.

Dirinya yang sebagai sumber luka bagi orang lain terdoktrin sangat dalam dipikirannya.

"Bunda, Papa hiks..." Jaemin menangkup wajahnya menangis dengan keras.

Menangisi hidupnya yang terasa sangat-sangat memuakan dan menyesakan, Jaemin selalu berusaha bertahan selama ini tapi sekarang bagaimana caranya Jaemin untuk bertahan lagi.

"Tuhan Jaemin lelah" lirih Jaemin.

Terdiam beberapa saat Jaemin kemudian bangkit dan berjalan perlahan menuju meja belajarnya.

Mengambil bukunya dan merobek beberapa lembar Jaemin kemudian menulis sesuatu disitu dengan senyum tipisnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haechan memukul kepalanya sendiri saat sadar dia tertidur dikanti rumah sakit itu, tapi dia tidak bisa menyalahkan dirinya juga karena memang jujur tubuhnya lelah beberapa hari ini hampir tidak tidur.

"Shit!" Maki Haechan saat tau dia tertidur hampir 2 jam.

Kemudian Haechan cepat-cepat kembali keruang rawat Jaemin dan dia dibuat syok saat tidak melihat Jaemin disana dan melihat darah yang ada dilantai membuat jantung Haechan hampir lepas.

"Agh sialan!" Umpat Haechan kemudian dia berlari keluar dengan cepat menuju mobilnya.

"Sialan..." umpat Haechan tak hentinya sepanjang jalan.

Please [RenMinHyuckNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang