Part 24

2K 275 18
                                    

Pagi ini suasana begitu mencekam bisa Jaemin rasakan dimeja makan, baik Chenle, mama dan papanya semuanya hanya diam dan sibuk dengan makanannya sendiri-sendiri.

"Apa kamu dijemput Renjun nanti?" Jaehyun akhirnya membuka suara pertama kali dan bertanya pada Chenle.

"Iya" jawab Chenle.

Jaehyun menghela napas kemudian memandang Jaemin "Jaemin nanti sekolah diantar sopir ya, papa ada rapat nanti jadi tidak bisa mengantar Jaemin" ucap Jaehyun yang diangguki saja oleh Jaemin.

"Yasudah papa berangkat dulu" ucap Jaehyun sambil mengambil tasnya dan dia mengusap kepala Jaemin dan Chenle sebelum melangkah keluar dari situ.

Tidak lama kemudia Chenle bangkit dan pamit berangkat juga pada mamanya lalu pergi begitu saja tanpa memandang Jaemin.

Jaemin melirik Taeyong yang saat itu hanya memandang makanannya "Mama" panggi Jaemin menyadarkan Taeyong yang ternyata sedang melamun.

"Kamu kenapa belum berangkat? Nanti terlambat" ucap Taeyong.

Jaemin ingin mengatakan sesuatu tapi setelah melihat raut wajah Taeyong membuat Jaemin mengurungkan niatnya.

"Jaemin berangkat dulu kalau begitu" ucap Jaemin sambil berdiri dan menyalami Taeyong yang hanya membalas dengan anggukan pelan.

Jaemin berangkat diantar oleh supir keluarga Jung dan selama perjalanan dihabiskan Jaemin dengan melamun.

Bagaimana raut wajah dari Taeyong tadi terbayang dalam benaknya dan juga dia bisa melihat mata mamanya itu yang sembam.

Jaemin menghela napas kasar dan menutup matanya sambil bersandar dan dia berpikir apakah keputusan yang dia ambil salah?

Saat sampai sekolah Jaemin berjalan dengan lesu hingga saat itu matanya tidak sengaja melihat Renjun yang berjalan dari lorong kelas 12 dan belok menuju kelas 10.

Jaemin segera menyusul dan dia ingin memanggil Renjun tapi tidak sempat karena Renjun sudah lebih dahulu belok, saat Jaemin menyusul dan dia bisa melihat Renjun yang sedang memeluk Chenle yang saat itu terlihat sedang terisak.

Melihat itu membuat Jaemin murung lagi, lama Jaemin berdiri dalam diam disitu sambil memandang keduanya dan matanya tidak sengaja bertemu pandang dengan Renjun yang langsung memberikan tatapan dingin padanya.

Setelah menenangkan Chenle dan membiarkan kekasihnya itu ditemani oleh beberapa temannya Renjun pamit sebentar dan dia langsung menarik kasar tangan Jaemin.

Jaemin yang bisa dibilang diseret oleh Renjun hanya menurut hingga akhirnya cowok itu mendorongnya kasar ke dinding disamping kelas 11.

Jaemin mengaduh sambil mengusap punggungnya dan dia menatap Renjun yang memberinya tatapan sengit.

Karena mereka yang memang sedang berdekatam membuat Jaemin bisa melihat dengan jelas wajah Renjun dan dia dibuat melotot saat melihat beberapa lebam diwajah cowok itu.

"Injun kamu kenapa?!!" Tanya Jaemin panik dan tangannya langsung ditepis saat ingin menyentuh wajah Renjun.

"Sudah berapa kali gue bilang ke lo, apa lo itu gak punya telinga atau memang gak punya hati?" Ucap Renjun yang entah kenapa terlihat begitu marah.

"Maksud kamu apa? Injun lebih baik obati mukamu dulu" ucap Jaemin pelan tapi Renjun malah mencengkram kedua bahunya membuat Jaemin meringis.

"GUE BILANG BERHENTI BUAT GANGGU KEBAHAGIAN CHENLE!" Bentak Renjun membuat Jaemin tersentak.

"Agghhh berengsek..!" Renjun meninju dinding disebelah Jaemin dengan keras membuat Jaemin terkejut dan Renjun langsung pergi begitu saja.

Jaemin hanya diam memandang Renjun dengan mencengkram tangannya sendiri dan entah kenapa dia merasa emosi tiba-tiba.

"Aku tidak pernah mengganggu kebahagian siapapun dan kenapa kalian tidak pernah mengerti itu" ucap Jaemin pelan.

Dia terduduk dan menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangannya, segala hal yang membebaninya selama ini seakan muncul semua membuat Jaemin kembali merasakan kelelahan itu.

Terkadang Jaemin ingin menjerit pada dunia dan berkata jika dia lelah tapi apa daya semuanya tidak akan pernah mengerti posisi dan derita Jaemin, ya karena bagaimanapun kehadiran Jaemin kedunia bahkan merupakan kesalahan jadi harusnya wajar saja.

Jaemin terisak pelan memikirkan apa yang sudah terjadi karenanya, dia membawa kehancuran dalam hidup mama dan papanya bahkan juga saudaranya.

Hingga Jaemin bisa merasakan sebuah usapan lembut dikepalanya membuatnya mendongak dan matanya langsung bertemu dengan mata Jeno yang menatapnya dengan lembut.

Tanpa bicara Jeno mengambil sapu tangannya dan mengusap air mata Jaemin kemudian cowok itu membawa Jaemin kedalam pelukannya.

Jaemin yang dipeluk begitu saja tentu berontak tapi Jeno mengeratkan dekapannya.

"Bahu gue nganggur kok kalau lo butuh sandaran" ucap Jeno.

"Gue..."

"Gak usah sok kuat, gue tau lo gak sekuat itu" potong Jeno membuat Jaemin terdiam.

Jeno benar Jaemin memang tidak sekuat itu tapi dia yang memang berusaha untuk terlihat kuat selama ini.

Jaemin mencengkram seragam Jeno dan tanpa sadar air matanya kembali menetes dan dia terisak lagi, Jeno hanya diam dan mengelus punggung Jaemin.

"Gak papa keluarin aja semuanya" ucap Jeno sambil terus mengelus punggung Jaemin.

"Kebetulan baju gue belum dicuci dari kemaren jadi gak papa kalau lo mau lap ingus sekalian" ucap Jeno membuat Jaemin langsung mendorong bahunya hingga pelukan mereka terlepas.

"Bego" ketus Jaemin sambil mengusap kasar air matanya, sialan Jeno dia yang melow jadi hilang mood buat sedih akhirnya!

Jeno hanya memberi cengiran bodohnya membuat Jaemin ingin emosi saja rasanya.

"Daripada nangis mending makan nih" ucap Jeno sambil menyodorkan satu bungkus sandwich dari tasnya dan juga sekotak susu yang dia ambil dari tasnya.

"Gak lapar!" Ketus Jaemin dan dia berdiri lalu ingin pergi tapi Jeno langsung menahannya.

"Gak usah nolak" ucap Jeno dan langsung menarik tangan Jaemin dan membawanya duduk dibawah salah satu pohon.

"Lo tau awalnya gue kira tadi lo gembel nyasar loh" ucap Jeno membuat Jaemin melotot.

"Enak aja!" Sentak Jaemin.

"Lagian lo jongkok disitu tadi ngapain? Nangisin anjing?" Ucap Jeno membuat Jaemin mendengus.

Jeno membuka bungkus sandwichnya dan makan dengan santai sambil bertahan dipohon dan Jaemin hanya diam sambil mencabuti beberapa rumput.

"Ngapain sih nangisin orang yang gak pernah bikin lo ketawa" ucap Jeno.

"Sekalipun dia memang lo anggap sebagai salah satu sumber kebahagian lo, tetap aja lo gak pantas buat nangisin itu" ucap Jeno lagi.

"Gak usah sok tau lo" sinis Jaemin.

"Na..." ucap Jeno sambil menatap tepat kemata Jaemin.

"Kalau gue tawarin lo kebahagian lo mau gak?" Tanya Jeno dengan raut wajah serius membuat Jaemin sedikit terkejut.

"Apasih!" Ketus Jaemin dan dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Jeno yang dia anggap sudah tidak waras.

Selama kelas berlangsung banyak waktu Jaemin habiskan dengan melamun dan juga dengan sesekali memelototi Jeno yang mengganggunya.

Jaemin menelungkupkan wajahnya dimeja kemudian memainkan hpnya dan dia menghela napas saat melihat pesannya belum dibaca oleh Haechan.

Setelah pulang sekolah nanti Jaemin ingin menemui Haechan, dia tidak bisa terus dibuat khawatir begini oleh sahabatnya itu.















###############################

Jangan lupa kalau cerita ini berisikan Renmin, Hyuckmin, dan Nomin yaa🤭

Untuk siapa berakhir dengan siapa pada akhirnya nanti aku belum memutuskan sekarang tapi sepertinya aku sudah punya gambaran hiyaaa😆

Please [RenMinHyuckNo]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora