Part 38

2.5K 330 77
                                    

Jaemin duduk melamun sambil duduk bersandar diujung kasurnya, matanya menatap kosong pada balkon kamarnya yang tidak tertutup dan menghembuskan angin malam untuk masuk.

Bahkan matanya sudah membengkak karena terlalu banyak menangis dan yang Jaemin lakukan dari tadi hanya melamun.

Hari sudah malam dan Papanya belum memanggilnya untuk bicara, yang Jaemin bisa lakukan hanyalah menunggu.

Mereka salah paham padanya dan tidak ada satupun dari mereka memberikan Jaemin kesempatan untuk menjelaskan.

Ya karena memang dasarnya Jaemin tidak memiliki hak suara untuk mengatakan apapun jadi dia tidak bisa memprotes apapun.

"Papa sayang Jaeminkan?" Monolog Jaemin sambil menyandarkan kepalanya ditepi kasur.

"Papa tidak akan membuang Jaemin lagi kan?" Lirih Jaemin nelangsa.

3 tahun dia hidup dipanti asuhan tanpa mengenal siapapun keluarganya dan setelah Papanya datang menjemputnya Jaemin juga harus hidup dengan terasingkan dan terpisah selama ini.

Jaemin ingin protes, Jaemin ingin berkata pada Papanya bahwa dia juga ingin terus bersama Papanya sama seperti Chenle, memiliki keluarga yang menerimanya, Jaemin sangat menginginkan itu tapi sepertinya dia takan pernah mendapatkannya.

Mengusap kasar air mata yang tanpa sadar mengalir dari pelupuk matanya Jaemin dengan cepat menoleh saat pintu kamarnya diketuk.

"Tuan memanggil anda" ucap salah satu maid yang mengetuk pintu kamar Jaemin.

Dengan segera Jaemin bangkit kemudian berjalan keluar, dia bia melihat hanya keluarga yang tersisa diruang tengah.

Jaemin hanya berdiri diam dihadapan mereka yang juga sama-sama diam, hingga kemudian Jaehyun menghela napas dan membuka pembicaraan.

"Untuk sementara waktu Jaemin tinggal dirumah lama dulu ya?!" Ucap Jaehyun membuat Jaemin menatapnya.

Sudah Jaemin duga pasti akhirnya dia lagi yang akan tersingkirkan.

"Papa tidak bermaksud mengusir Jaemin, tapi keadaan sedang tidak baik sekarang jadi Papa hanya mau kita semua sama-sama menenangkan diri" jelas Jaehyun membuat Jaemin tersenyum kecut.

"Jaemin mengerti, maaf untuk perlakuan Jaemin" ucap Jaemin.

Jaehyun terlihat menghela napas berat kemudian berjalan mendekat pada Jaemin.

"Supir akan antar Jaemin pulang kerumah Jaemin ya" ucap Jaehyun sambil mengusap pelan rambut Jaemin.

Pulang kerumah Jaemin ya? Jadi memang tempat ini bukanlah rumah tempatnya untuk pulang.

"Tidak usah Pa, Jaemin akan pulang sendiri tidak papa kok" ucap Jaemin dan sepertinya Jaehyun juga tidak ingin membantah dan mengiyakan saja perkataan Jaemin.

"Kalau begitu Jaemin pamit pulang dulu" ucap Jaemin dan menunduk sopan pada yang lainnya yang mana sepertinya tidak mau menatapnya.

Berjalan keluar dari rumah Papanya itu Jaemin hanya bisa menatap kosong jalan didepannya dan menahan dirinya sendiri untuk menangis.

Dia terlalu lelah untuk terus menangis, sekarang biarlah semuanya mengalir apa adanya dan sebagaimana seharusnya.

Memberhentikan satu taxi yang lewat Jaemin menyandarkan kepalanya dengan putus asa dikaca jendela.

Lihat bahkan Papanya tidak bertanya terkait masalah tadi dan bertindak seolah percaya begitu saja pada apa yang dia lihat dan dengar saat itu.

Mengepalkan tangannya Jaemin tiba-tiba merasa emosi saat kata-kata menyakitkan semua orang padanya terputar dikepalanya.

Please [RenMinHyuckNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang