Chapter 5 : Godfather

41.2K 2.6K 84
                                    

He is the one and only who owns La Righello...

Bodies and souls...

Who has no mercy to someone doesn't deserves to...

He is Gabrielle Dominico Stone.

***

Gabrielle's Mansion | Turin, Italy

[02.00 AM]

Awan gelap menyelimuti langit kota, mendominasi relung bumi. Beberapa pencahayaan buatan berusaha menghalau kelam mengamang indra pengelihatan. Di sebuah kompleks khusus terdapat sebuah bangunan megah, mansion berlantai empat itu dikunjungi sang pemilik dengan seluruh penjaga sarang kriminal, menundukkan kepala sebagai penghormatan penuh. Bahkan, terdapat beberapa anggota baru harus mengalami kekerasan karena tidak mampu menundukkan kepala tanpa melirik sang penuasa kelompok itu, Gabrielle.

Gabrielle Dominico Stone ketua organisasi kriminal bernama La Righello, kelompok penjahat yang sedikit berubah sejak dirinya menduduki tahta tersebut. Gabrielle menghapus, menambah aturan, memangkas pengkhianat, memperkuat kesetiaan para pengikutnya. No wasting time, silent, mercilessly, unbeatable adalah motto baru kelompok tersebut.

Gabrielle tidak hanya menduduki ketua dalam organisasi pembisnis di dunia hitam saja, pria itu juga seorang penerus tunggal La Elemento Internazionale yang mengganti nama dari La Elemento Società Per Azioni. Ya, Gabrielle yang mengubah perusahaan turunan keluarganya itu dengan alasan nama yang membosankan. Tentu hal ini sedikit terjadi cekcok, namun seperti biasa, Gabrielle selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, jika tidak bukan Dominico nama tengahnya.

"Sig. Stone, wanita itu terus-menerus menjerit, jadi kami memberinya obat tidur," lapor salah seorang pria mendekat pada posisi Gabrielle sambil menunduk dalam.

Gabrielle diam saja, memerhatikan Ace yang menggendong Letizia bridal karena gadis itu tertidur. Tentu saja, ia tidak akan memaafkan siapa pun salah-salah dalam memperlakukan putri kesayangannya. Tidak diizinkan Gabrielle membangunkan, Ace harus menggendong gadis cantik tersebut. Lalu, pria tampan bertubuh layaknya model pria itu menoleh pada pelapor. "Bangunkan," perintahnya dengan suara rendah, namun menekan, penuh kharisma.

Setelah melempar perintah pada anak buahnya yang lain, Gabrielle kembali menatap Ace. "Bawa Lily ke kamarnya."

"Baik, Tuan," patuhnya.

Gabrielle pun masuk ke dalam mansion berwarna abu-abu miliknya. Namun, begitu ia hendak turun ke ruang bawah tanah, ia mendengar jeritan keras, Vanessa. Pria itu tenang saja, seolah-olah sudah terbiasa mendengar suara semacamnya. Yang membuat ia berhenti menuruni tangga adalah suara langkah kaki dari arah belakang, bukan suara dari mafioso di sekelilingnya.

Gabrielle menolehkan wajahnya, menangkap sosok Letizia di ekor matanya. Pria itu melirik Letizia sesaat sebelum menatap Ace yang mengalihkan pandangan seolah merasa guilty tidak mampu menjaga tidur Letizia.

"Daddy, aku mendengar jeritan." Gabrielle menatap Letizia masih enggan mengeluarkan suara, membuat putri cantiknya itu berpikir, lalu menatap Gabrielle dengan mata berbinar. "Boleh aku ikut ke Stanza Della Penitenza?"

Gabrielle kembali melirik Ace, lalu memutar mata sinis, sebagai tanda tidak, melanjutkan langkahnya. Ace yang paham isyarat bosnya bahwa ia harus menahan Letizia pun buka suara, "Nona, kau sangat tahu, sekali masuk Stanza Della Penitenza tidak boleh keluar kecuali hukuman selesai dijalankan dan hal-hal yang ada di dalam sana tidak ada yang menyenangkan."

Gabrielle's [COMPLETED]Where stories live. Discover now