Chapter 6 : Stanza Della Penitenza

34.7K 2.1K 84
                                    

He is the one who owns the worst place...
And he also the one who owns his law...

He is Gabrielle...

***

Stanza Della Penitenza, Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
02.36 AM

Gulita menyelimuti bumi, angin malam semakin mencekam suhu, atmosfer malam mencekik para insan untuk menetap di rumah dan menjelejahi wonderland sebagai bunga tidur. Beberapa di antara mereka justru memilih tetap terjaga, seolah-olah bahaya malam adalah teman teraman yang mereka miliki.

Gabrielle, pria berahang tegas yang tertopang tangan kokohnya, mengamati seorang wanita tanpa atasan busana tengah diikat ke atas, menjerit dan menggeliat sebagai bukti perlawananya. Namun, hal itu justru tidak membuahkan hasil sama sekali, tenaga kecilnya bagaikan partikel kecil tidak berarti.

Wanita yang digantung di bagian kedua tangannya itu, dipukuli beruntun dengan pemukul baseball besi di sekujur tubuhnya. Para mafioso yang menyerbunya sesekali melecehkan bentuk hukuman. Hukuman itu disaksikan oleh hampir seluruh anggota La Righello, sebagai peringatan bahwa tidak ada yang boleh melukai Letizia.

"Georgio, Riccardo, Marcello, Dante," panggil Gabrielle menyebutkan nama-nama pendosa selanjutnya, masih menyaksikan hukuman Vanessa.

Letizia bergidik ngeri begitu semua nama bodyguard-nya disebut. Semua nama yang disebut itu langsung maju dengan menunduk dalam dengan perasaan malu. Hanya satu pria yang sangat panik, Riccardo. Pria itu berjalan pelan di antara kerumunan berniat kabur. Namun, beberapa mafioso lain menyadari gerak-geriknya sehingga ia langsung mencoba lari. Riccardo terus menjauh dengan kebodohan yang ia lakukan, berharap bebas dari neraka bagian nan diciptakan bosnya sendiri. Bagaimana bisa ia berpikir untuk kabur dari sana, di mana banyak pengikut setia Gabrielle? Kelincahannya? Bahkan, tidak ada yang meragukan kecerdasan bos mereka sampai detik ini, jika Riccardo berhasil kabur.

Gabrielle menoleh tenang pada sumber suara ricuh terdengar. "Bakar dia," perintahnya langsung.

Para mafioso langsung bersemangat mengejar Riccardo, beberapa dari mereka tidak perlu lama menangkap pria itu. Dengan rasa puas, mereka menarik Riccardo ke sisi lain ruangan, beberapa di anataranya tertawa sambil menyirami minyak, juga memaki. Riccardo merupakan mafioso baru, pernah mengkritik hukum Gabrielle, karena itulah ia tidak disukai. Bahkan, sesekali mereka menendangi tubuh Riccardo agar tetap diam, tidak berontak.

"Aku hanya sedikit teledor!" jerit Riccardo tidak terima. "Hukum menjijikan macam apa ini!" umpatnya langsung dihadiahi pukulan di muka. Ia tidak menyangka Gabrielle akan menghukumnya karena SEDIKIT teledor menjaga putri bos mereka itu.

Gabrielle beralih pada ketiga bodyguard Letizia yang berlutut tepat di depan sofa kejayaannya. "Georgio," panggil Gabrielle yang membuat pria itu sedikit mendekat dengan perasaan malu dan harga diri yang jatuh.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak mampu memenuhi tanggung jawab yang Anda berikan. Bahkan, Nona Gabriels sampai terluka, saya malu pada diri saya sendiri, Tuan. Bunuh saya karena saya tidak mampu menahan rasa malu ini."

Ace memerhatikan ekspresi bosnya yang hanya melirik. Seolah mengenal Gabrielle dengan baik, Ace langsung tahu apa maksud pria nan paling ia hormati itu. Ace pun menghadap depan, mengambil pisau daging di atas meja, mendekat, dan menarik tangan Georgio, lalu mengayunkan benda tajam itu ke tangan Georgio.

Brak!

Letizia memerhatikan pisau daging di tangan Ace tertancap di jari kelingking Georgio, lalu ditambah lagi dengan pukulan kedua, hingga jari itu terputus, membuat Georgio menjerit tertahan. Lalu, Gabrielle menyodorkan tangannya sebagai pengampunan, yang langsung dicium penuh hormat dari pria tua tersebut.

Gabrielle's [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt