Chapter 38 : The Truth

20.5K 1.7K 168
                                    

HOLAAAA part ini aku dedikasikan untuk akarmila299 karena komennya yang aku setuju plus kocak juga hahaha

HOLAAAA part ini aku dedikasikan untuk akarmila299 karena komennya yang aku setuju plus kocak juga hahaha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Happy Reading ❤️





*



*



*


Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
10.31 AM.

Salju lagi-lagi menghujani kota, membuat jalan sedikit tertutup benda putih tersebut. Atmosfer saat itu seolah tengah bersedih, mengamati kedua insan yang selama ini bersama. Para mafioso membantu sang nona pergi dari sana, bukan Gabrielle yang memerintahkan mereka, tapi memang wanita itu sudah lama menjadi bagian La Righello. Sehingga, beberapa mafioso melakukan penghormatan terakhir mereka pada mantan Black Rose of La Righello tersebut. Salah satunya Rafaele yang mengingat kemurahan hati sang nona menyelamatkannya dari amukan sang bos.

Para mafioso ada pula yang tidak menyukai Letizia, menganggap wanita itu adalah sumber masalah di La Righello dan terlalu kekanakan. Mereka enggan untuk melakukan penghormatan dan menetap dalam mansion. Sementara Lucrezia yang merasa berkuasa ikut keluar untuk menatap kepergian hama penghalangnya.

Lucrezia tersenyum bahagia, melipat kedua tangannya di depan dada. "Ke mana kau akan pergi? Hutan? Pinggir jalan? Atau kolong jembatan?" tanyanya tertawa mengejek.

Letizia tersenyum sinis. "Jauh dari bisa beracunmu."

Lucrezia tidak mendengarkan, larut dalam khayalannya sendiri dan tertawa amat bahagia. "Gabrielle milikku seutuhnya, kami akan menikah, berkeluarga, dan bahagia selamanya. Ah, Gabrielle-ku!" Melihat Letizia semakin kesal, Lucrezia menjadi-jadi. Ia mengedarkan pandangan. "Lihatlah, bahkan Gabrielle tidak mau melihat wajahmu untuk terakhir kalinya."

Letizia tertawa remeh. "Tentu saja, dia tidak akan bisa melihatku pergi darinya."

Lucrezia tertawa keras mendengar perkataan Letizia yang terlalu percaya diri. "Menyedihkan sekali, Lily. Jika aku jadi kau, aku lebih memilih mati daripada pergi tanpa harga diri." Lucrezia tertawa lagi, begitu senang akan kekalahan Letizia. "Kau tahu siapa yang menjebakmu?" tanyanya membuat Letizia menyipitkan mata. "Aku! Tentu saja!" ucapnya bangga dan tertawa puas.

Letizia yang terbakar emosi hendak menerjang Lucrezia, tapi Rafaele yang dari kejauhan melihat nonanya ingin berbuat nekat, langsung menangkapnya, dan dipisahkan oleh mafioso lain. Lucrezia lagi-lagi tertawa senang karena Letizia terbakar emosi. "Aku hanya penggiring, kau menghancurkan dirimu sendiri, Lily."

Di sisi lain, Gabrielle memerhatikan Letizia dari jendela kamarnya, menghisap rokok di tangan, lalu menghembuskannya. Pria itu tidak bersuara atau mengubah ekspresinya satu detik pun, tatapan tenangnya menyimpan ribuan makna.

Gabrielle's [COMPLETED]Where stories live. Discover now