Chapter 43 : Black Rose

22.3K 1.7K 139
                                    

Holaaa! Part ini aku dedikasikan untuk mandadayyy atas komen kocaknya wkwkw kalo ada L di dunia nyata yaa kiamat bumi 🤣🤣🤣

Holaaa! Part ini aku dedikasikan untuk mandadayyy atas komen kocaknya wkwkw kalo ada L di dunia nyata yaa kiamat bumi 🤣🤣🤣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading ❤️

*


*

*



Hampton Inn | Ciudad Victoria, Tamaulipas, Mexico
08.14 AM.

Tampaknya Dewi Persephone saat itu dalam mood yang baik, terbukti banyaknya bunga bermekaran karena berkatnya di musim semi. Bunga-bunga bernari searah lantunan angin. Bahkan Dewa Apollo mengerjakan tugasnya dengan sepenuh hati, membuat cahaya matahari begitu hangat dan menenangkan. Seolah-olah semalam ada hal yang membuat mereka senang, sehingga kompak menjalankan tugas. Tidak dengan Dewa Hades, Dewa kematian tersebut merasa sedih di alam bawah karena harus berpisah dengan kekasihnya, Pesephone. Dewa yang terkenal dingin itu menyendiri di dunia bawah atas kuasanya.

Dewa Apollo sepertinya terpesona pada seorang wanita cantik yang tengah tertidur di hotel, menyebarkan cahayanya sedikit di celah gorden untuk membangunkan wanita bak Dewi tersebut. Nampaknya Dewa Apollo berhasil menjalankan tugasnya, membuat bulu mata panjang wanita itu tergerak, sebelum netra kecokelatannya terbuka.

Letizia melirik jam, lalu menatap langit-langit dengan menghela napas berat. Ia masih merindukan Gabrielle. Ia ingin pria itu ada di sana, bahkan aroma tubuh Gabrielle mendekapnya. Apa ia segila itu?

Letizia meringis, merasa pusing. Lalu, mengambil ponselnya, mengernyit heran, tanggal dan hari menunjukkan terlangkah satu hari. Apa ia hibernasi hingga tidur selama itu? Letizia mengusap kepalanya pening. Ia juga mengernyit mendapati buku di lantai, di mana ia rasa ia tidak ke toko buku sekali pun di sana.

Letizia pusing sendiri hingga memuntahkan alkohol ke toilet. Tunggu dulu, ia merasa dejavu. Ia merasa pernah memuntahkan isi perutnya ke sini sebelumnya. Entahlah, mungkin ia hanya kelelahan.

Tok... Tok... Tok...

Letizia segera melap mulutnya dan meneggak air mineral sebelum membuka pintu, di mana pelayan membawakan Breakfast Morning. Ia mengernyit. "Aku rasa aku tidak memesan Breakfast Morning."

Wanita itu tertawa garing. "Tapi saya diminta atasan saya untuk mengantarnya, Nona," jujurnya.

Letizia mengerjap-ngerjapkan netra lalu mengangguk, membiarkan pekerja hotel meletakkan nampan tersebut ke atas meja. "Terima kasih," ucap Letizia yang disahuti wanita itu dan pergi dari sana.

Letizia berpikir keras, mengingat-mengingat kejadian kemarin, apa saja yang ia lakukan? Apa ia benar-benar tertidur dua hari? Tapi bagaimana bisa buku itu ada di sana?

Gabrielle's [COMPLETED]Where stories live. Discover now