Chapter 17 : Warn

21.4K 1.7K 43
                                    

Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
02.19 AM.

"Siapa yang berani-beraninya?!" bentak Ace murka. Ia langsung menarik kerah anak buahnya. "Bagaimana bisa ini terjadi?!" Napas Ace memburu menahan emosi. Ia baru saja mendapati mayat seorang maid sebagai saksi bahwa Alicia tidak bersalah. Siapa yang berani-beraninya membunuh saksinya?

"Apa kau bisa menduga siapa yang melakukan ini?" tanya Rafaele.

Ace menghempas cengkramannya pada bawahannya, menoleh pada Rafaele. "Jangan biarkan Tuan L tahu!" tekannya.

"Lalu kau akan membuat pengakuan apa?" tanya Rafaele heran. "Apa kau akan bilang bahwa Alicia bersalah?"

"Kita tidak memiliki bukti bahwa dia tidak bersalah," jawab Ace tajam.

Rafaele diam, mencoba mengerti, sebelum mengangguk-anggukan kepalanya dan pergi dari sana. Ekspresi Ace nan tadinya tegang, berubah tenang. Aliran mata menetap pada pergerakan Rafaele yang pergi dari sana. "Costanzo, aku punya tugas untukmu."

***

Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
07.46 AM.

"Daddy, di mana Ace?" tanya Letizia tiba-tiba. Ia heran, biasanya Ace akan selalu ada berada di samping Gabrielle, hanya akan pergi jika ada urusan mendesak saja. Letizia memerhatikan gerak-gerik Daddy-nya mengunyah sarapan, sebelum menoleh ke arahnya dengan tenang.

"Work," jawabnya singkat.

Letizia yang tidak puas dengan jawaban Gabrielle hendak bertanya lagi, namun bertepatan saat itu juga Ace mendatangi mereka dan langsung membisikan sesuatu pada Daddy-nya.

Setelah menerima bisikan Ace, Gabrielle menautkan jemari di depan wajahnya, menatap lurus ke depan, sebelum tangan kiri bertuliskan, 'hell'-nya mengisyaratkan angka tiga dengan ibu jari dan telunjuknya turun ke bawah pada Massimiliano.

Ace mengeraskan rahang melihat Massimiliano tersenyum miring ke arahnya, seolah-olah mendapatkan apa yang ia inginkan setelah sekian lama. Bertepatan saat itu pula Rafaele menuntunnya ke Stanza Della Penitenza untuk mendapatkan hukuman cambuk 30 kali dengan algojonya Massimiliano, sesuai isyarat Gabrielle.

Letizia yang tidak mengerti apa pun hanya memerhatikan Gabrielle nan menyuap makanannya lagi. "Daddy, apa aku boleh ikut ke kantor?"

Gabrielle tidak menjawab, seolah tidak mengizinkan. Namun, salah seorang pelayan angkat bicara. "Nona, sebaiknya kita pergi menonton, kudengar ada film bagus di bioskop."

Hening. Semua menatap wanita itu dengan ekspresi terkejut lantaran terlalu berani untuk bersuara di depan Gabrielle tanpa diminta. Baru saja salah seorang mafioso hendak mendisiplinkan wanita tersebut, sang bos mengangkat tangannya sebagai isyarat tidak perlu. Ya, terkadang Mafioso hanya bisa menebak-nebak apa yang harus mereka lakukan, Gabrielle akan melarang, atau mendukung.

Gabrielle menoleh pada wanita itu, menatap nametag bertuliskan, Beatrice. Gabrielle ingat dengan baik siapa wanita tersebut. Bukan hanya sekedar maid, tapi juga anggota La Righello, bahkan sudah mengabdi padanya selama tiga tahun.

Beatrice menundukkan kepalanya dalam-dalam, takut jika Gabrielle memutuskan untuk menghukumnya. Ia tidak pernah meragukan Gabrielle dalam memberikan kesengsaraan pada siapa pun. Ia tahu itu. "Maafkan aku, Tuan."

***

Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
01.05 PM.

Gabrielle's [COMPLETED]Where stories live. Discover now