Chapter 19 : World Spin Around Us

19.2K 1.5K 63
                                    

Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
09.06 AM.

"Lily?" Panggilan tersebut membuat Letizia kecil tersadar dari lamunannya. Ia yang tengah berpikir di kepala mungilnya, mendongak menatap Gabrielle. "Aku bertanya padamu, kau ingin kita apakan dia?"

Letizia menolehkan kepala pada pria berambut pirang yang beberapa jam lalu menamparnya. Pria itu terlihat berusaha berontak dan melepaskan diri dari mafioso. Letizia tidak begitu ingat bagaimana hal itu terjadi, hanya saja ia pergi ke toko pakaian dan tidak sengaja menabrak seseorang sehingga ia ditampar.

"Balas menamparnya, mungkin?" ucap Letizia bingung.

Gabrielle memundurkan kepala. "Alright," setujunya menoleh pada anak buah. "Potong tangannya, lalu bakar hingga jadi abu."

Letizia kecil menoleh takut pada Gabrielle, seakan tidak percaya. Namun, pria itu menarik tangannya hingga ia hanya mampu menurut. Letizia menolehkan kepala ke belakang untuk melihat para mafioso melaksanakan tugas mereka, pada umur duabelas tahun ia melihat bagaimana pisau daging memotong tangan. Letizia segera menolehkan kepalanya ke arah depan kembali.

"Daddy, apa tangannya akan tumbuh lagi?"

"Tidak."

"Lalu bagaimana dia makan?"

Gabrielle tertawa kecil bersamaan berhentinya langkah mereka. Ia menatap lurus oniks kecokelatan Letizia. "Dia tidak perlu makan, setelah ini dia akan dibakar, mengerti?"

Letizia menatap ngeri Daddy-nya sendiri. Bisa-bisanya ia berucap sadis dengan senyuman tipis. "Sampai mati?"

"Sampai mati," jawabnya dengan nada pasti disertai tatapan menggelap, meski senyuman miring menghiasi bibir tipis pria itu. "Tidak ada kesalahan yang tidak dihukum, sayang. Dan tidak ada pengkhianat yang dihukum."

"Tidak ada pengkhianat yang dihukum?" ulang Letizia tidak mengerti.

"Pengkhianat akan dimusnahkan, bukan dihukum."

Letizia tersadar dari ingatannya begitu Beatrice menuangkan teh hangat dan Maria menyiapkan sarapannya. Hari ini, ia sarapan sendiri, sebab terlambat bangun, Gabrielle sudah pergi ke kantor sejak tadi.

***

Il Cielo | Turin, Italy
02.00 AM.

Langit gelap mendominasi angkasa, sunyinya suasana malam tidak ada di tempat itu, di sebuah kasino milik pria yang paling ditakuti di Italia. Tidak hanya di Italia, bahkan seluruh penjuru dunia hitam, orang-orang memanggilnya Mr. L. Ya, pria itu adalah Gabrielle Dominico Stone, pria terkaya di Italia bahkan salah satu orang terkaya di dunia.

Pria berjas rainbow meneteskan keringat, menatap kartu di tangannya dengan gemetar luar biasa. Ia tengah bermain dengan pemilik kasino. Ya, Gabrielle. Bagaimana bisa ia tenang? Ia melirik kartunya berkali-kali dengan jantung berdebar tidak karuan. Ia tengah mempertaruhkan €400.000 dan sekarang menambah jumlah menjadi €500.000, pemenangnya akan mendapatkan €1.000.000. Sementara Gabrielle duduk tenang di tempatnya menunggu keputusan.

"I'm in," putusnya menyerahkan seluruh chip-nya.

Gabrielle menyunggingkan senyum miringnya, membuka kartu seiring berucap, "Wrong choice."

Pria tersebut menjerit melihat kartu Gabrielle, meratapi kekalahannya. Sementara Gabrielle diam saja, membiarkan anak buahnya membereskan seluruh chip-nya di meja.

"Mr. L." Panggilan itu membuat Gabrielle melirik sumber. Ah, musuhnya di dunia hitam. Apa mereka cari mati di kasinonya? "Orangku ingin menantang salah satu orang kepercayaanmu untuk bermain."

Gabrielle's [COMPLETED]Where stories live. Discover now