Chapter 53 : The Disobedient Girl

18.2K 1.5K 112
                                    

Xuan Mingzhu's House | Guangzhou, China
10.16 PM.

Angkasa ditemani oleh Dewi Selene sebagai penguasa bulan, bahkan Dewa Anemoi mengembuskan kencang angin malam itu. Entah mengapa, atmosfer sangat mengecam, terlebih pada mansion megah di kota Guangzhou. Di mana terdapat seorang wanita dengan wajah oriental kental berambut hitam sebahu dibuat panik atas kehilangan tawanan pentingnya.

"Bagaimana bisa gadis itu hilang?!" bentak Xuan kepada Jin yang hanya diam menghadapi wanita itu.

"Nona Gabriels melarikan diri saat Tuan Jin tertidur setelah-" ucapan bawahan Xuan itu tidak selesai karena wanita tersebut menendangnya kesal.

"Habisi bedebah ini!" bentak Xuan pada pria yang ia tendang itu, lalu menoleh pada Jin di akhir kalimat.

Jin diam saja, membiarkan kedua anggota Big Circle Gang menahan kedua tangannya. Namun, pria yang berbicara dengan Xuan itu terlihat panik lantaran ia tahu bahwa Jin adalah utusan Gabrielle sepertinya. Bagaimana bisa ia melenyapkan rekannya sendiri? "Tapi Nona, bukankah junior tidak boleh menghukum senior, terlebih Tuan Jin telah mengabdi lama padamu-" lagi-lagi ucapan pria itu tidak selesai karena pengikut setia Xuan menamparnya.

"Tutup mulutmu, Wen! Kerjakan apa yang kuperintahkan!" ucap Xuan final, sebelum pergi dari sana. Xuan mengepalkan tangan dan segera mencari Letizia. Entah mengapa ia berpikir Jin benar-benar bawahan Gabrielle dan membantu gadis itu kabur dari sana, namun yang ia bingungkan adalah, mengapa pria itu menetap di sini sementara Letizia pergi dari sana?

Wen terpaksa pergi ke ruang di mana tempat pembunuhan anggota kelompok karena lalai dalam mengerjakan tugas atau bahkan seorang pengkhianat Big Circle Gang. Ia menatap Jin dengan perasaan berat hati, ia harus bicara pada pria itu, namun terdapat Zhou yang merupakan pengikut setia Xuan.

"Zhou, keluar, tidak pantas bagimu menyaksikan seniormu seperti ini," alibi Wen, namun tidak sepenuhnya salah lantaran Zhou lebih junior dibanding dirinya dan Rui -yang memegangi salah satu tangan Jin-.

Zhou pun menurut dan keluar dari ruangan, menyisakan Wen, Rui, dan Jin. Wen dan Rui pun segera merapat pada Jin. Wen berbisik, "Maafkan aku, aku harus melakukannya. Ini semua untuk-" ucapan Wen terhenti lantaran Jin mengangkat tangannya pertanda ia harus tutup mulut sebentar.

Wen memerhatikan gerakan tangan Jin yang melepas sarung tangannya, membuat mata Wen dan Rui membelalak terkejut, sebelum pria itu melepas topengnya dan menampilkan sang bos, Gabrielle Dominico Stone.

Sontak Wen dan Rui langsung berlutut sebagai bentuk penghormatan, tubuh Wen bergetar membayangkan, bagaimana jika tadi ia langsung menembak pria itu? Neraka macam apa yang akan tercipta untuknya kelak? Seluruh penjuru dunia akan memburunya karena melenyapkan orang penting itu. Wen dan Rui pun langsung mencium tangan Gabrielle lagi sebagai bentuk penghormatan lebih dan merasa sangat tidak sopan telah berbicara kurang ajar meminta persetujuan untuk membunuhnya tadi.

"Aku akan membantumu keluar dari sini, Tuan," ucap Rui.

"Aku akan mencari penggantimu di sini, Tuan," ucap Wen spontan lantaran langsung menyusun rencana untuk melindungi sang Dewa. Ia harus mencari salah seorang korban untuk dibunuh lalu memakaikannya topeng Jin yang dipakai sang Bos.

Gabrielle menatap kedua bawahannya yang berlutut datar, lalu berucap dengan suara tenang dan berat, "Il mio rosa nero deve essere trovata."

"Baik, Tuan," ucap mereka serempak.

Gabrielle menatap lurus ke depan, memikirkan apa yang ada di dalam kepala Letizia. Ia yakin sekali bahwa gadisnya itu hanya ingin menyingkirkannya dari sini agar ia tidak dapat campur tangan dan tidak tahu apa rencana Xuan selanjutnya, membuat Gabrielle kehilangan kontrol atas kelompok ini. Gabrielle tersenyum miring lantaran Letizia memang berhasil menyingkirkannya dari sini. Namun, Letizia tidak tahu bahwa ia telah memiliki banyak mata-mata setiap kelompok di penjuru dunia.

***

Di sisi lain, Letizia tengah bersembunyi di balik setumpuk kayu penyimpan wiski tua dan minuman beralkohol lainnya. Ia tidak melarikan diri dari mansion itu, ia hanya bersembunyi untuk menyingkirkan Gabrielle dari sana. Entah sudah berapa jam ia di sana, bau-bau minuman yang menyengat itu membuat kepalanya sakit.

Letizia akhirnya duduk di salah satu kardus berisi cairan mahal, mengedarkan pandangan bosan. Apa rencananya akan berhasil? Gabrielle harus pergi dari sana dan Letizia akan memberi pelajaran pada iblis berbaju Dewa tersebut.

Letizia yang bosan pun mengambil salah satu botol vodka dan berusaha membukanya meski kesulitan. Namun, karena gerakan tangan Letizia, sikunya mengenai salah satu botol di rak, membuat botol tersebut jatuh dan pecah.

"Oh, fuck," umpatnya memutar mata kesal. Setelah ini sudah pasti semua orang akan memeriksa ke sini. Letizia yang baru saja hendak bersembunyi, mengurungkan niat dikarenakan dikejutkan oleh suara pintu. Ia tertawa garing melihat orang-orang Xuan karena ketahuan bersembunyi di sana. "Boo!" ucapnya dengan sambil tertawa paksa.

"她在这里!"

Letizia menghela napas berat lalu dibawa kembali ke kamarnya tanpa melepas botol di tangannya. Namun, salah seorang di antaranya yang menyadari hal tersebut heran. Ia membentak, "Put it back!"

Letizia menggeleng tidak setuju, ia benar-benar bosan di sana, sehingga pria itu menarik paksa dari tangannya. Namun, senior dari pria tersebut malah memukul kepala pria itu. "放手吧!"

Letizia tersenyum karena dibela pun menurut pergi membawa botol vodka di tangannya, lalu mengulangi kata-kata pria tua itu tanpa tahu artinya pada pria yang memarahinya, "放手吧!"

Setelah Letizia sampai di kamarnya. Ia segera mencoba membuka botol di tangannya, namun bertepatan saat itu pula Xuan datang dengan tergesa-gesa dan merampas minumannya. Letizia yang kesal mengulang kata-kata pria tua tadi pada Xuan, "放手吧!"

Xuan yang kebingungan dengan dari mana gadis itu mempelajari kata-kata tersebut menoleh pada bawahannya satu per satu, di mana seorang pria tua menunduk, menandai dirinyalah yang berucap seperti itu tadi sehingga Letizia mengikutinya.

Xuan kembali menoleh pada Letizia lalu tersenyum dan berucap, "Kau sedang hamil, kau tidak boleh minum minuman seperti ini."

Letizia melebarkan mata terkejut. "Apa?" tanyanya seolah tuli. Ia hanya berhubungan dengan Gabrielle, apa benar dirinya mengandung bagian dari Gabrielle? Sontak gadis itu menyentuh perut ratanya sendiri tidak percaya. "Kau bercanda."

Xuan hanya tertawa mendengar keterkejutan Letizia. Ia mengodekan pada bawahannya untuk mendekat. "Hubungi L," perintahnya tersenyum miring.

Letizia mengerjap-ngerjapkan pandangannya. "Xuan, jawab aku."

Namun, Xuan tidak menanggapi Letizia dan sibuk pada ponselnya, lalu berdecak, "Ck, pria sok sibuk itu tidak mengangkatnya!"

"Dia memang sibuk, tidak sepertimu yang sibuk mengganggu orang lain," cibir Letizia memutar mata. Hal tersebut membuat Xuan menatap kesal dirinya. Letizia menarik lengan Xuan. "Jawab aku, apa aku benar-benar hamil?" tanya Letizia sekali lagi dengan nada mengancam dan tanpa sadar meniru nada bicara Gabrielle yang mengerikan.

Entah mengapa Xuan melihat itu terintimidasi oleh mawar Gabrielle yang mengingatkannya akan kebengisan sang Godfather dari La Righello. Xuan melepaskan tangan Letizia kasar. "Diamlah," ucapnya kembali mencoba menghubungi Gabrielle. Namun, lagi-lagi tidak dijawab. "Ck, sialan!"

Xuan pun mengetikkan pesan untuk musuhnya itu berupa, 'Your black rose is pregnant. What would people say if a Godfather get his Rose pregnant? Disgusting. What will you do with this disgrace, Gabrielle? But, don't worry, I will gladly kill them for you. Uh, but what would people say if a Rose is taken captive by the enemy? Your reputation will be destroyed, Sig. L.

Letizia menatap beberapa bawahan Xuan. Ia yakin sekali Gabrielle tidak bisa menyusup ke tengah-tengah musuhnya tanpa ada kaki-tangannya. Letizia pun berbisik pada Xuan, "He has some spies here."

Xuan menoleh pada Letizia. "Siapa?"

Letizia menoleh balik pada Xuan. "Entahlah, aku tidak yakin, tapi yang pasti Gabrielle punya mata-mata di sini."

Xuan mengernyit dahi. Ia rasa gerak-gerik Letizia benar-benar aneh, seolah-olah gadis itu tidak main-main atas ucapannya untuk menghancurkan Gabrielle. "Mengapa kau ingin membantuku?" tanyanya serius.

Letizia tersenyum. "Aku muak menjadi gadis penurut."





#To be Continue...

Gabrielle's [COMPLETED]Where stories live. Discover now