8. School

18K 2K 191
                                    

Pagi ini Luka kembali bersiap di rumahnya, ia tengah menyisir rambut kemudian mengikatnya dengan rapi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini Luka kembali bersiap di rumahnya, ia tengah menyisir rambut kemudian mengikatnya dengan rapi. Seragam sudah terpakai dengan apik ditubuh Luka. Mengunci pintu lalu berjalan menuju halte untuk menunggu bus di sana.

Di dalam angkot selalu sesak dengan penumpang ada ibu-ibu yang siap pergi ke pasar serta ada juga anak smp dan sma yang akan pergi sekolah. Luka menatap sekilas ke arah jalanan, padat oleh kendaraan.

Luka memasuki kelasnya dan melihat Alexa sudah ada di bangkunya. Ia menunduk enggan melihat ke arah Alexa. "Woi hama!" panggil Alexa membuat langkah kaki Luka terhenti, jemari Luka bergerak gelisah.

"Sini lo," titah Alexa.

Luka mendekat. "Ada apa?" tanya Luka pelan sambil menunduk.

"Beliin gue minum di kantin," suruh Alexa.

"I-iya." Luka membalas dengan gugup.

"Ya udah sana!" usir Alexa.

"Uangnya?" tanya Luka.

"Pakai uang lo lah," balas Alexa cepat.

"Tapi ... aku nggak punya uang."

"Cih dasar miskin," ejek Alexa. Alexa merogoh sakunya lalu melemparkan uang senilai 50 ribu ke kaki Luka.

"Tuh ambil," tunjuk Alexa dengan matanya.

Luka menunduk untuk mengambil uang itu. "Aakkhhh," rintih Luka ketika tangannya diinjak oleh Ersya yang baru datang.

"Sa-sakit," lirih Luka menatap sepatu yang menginjak jemarinya.

"Ups, sorry nggak sengaja." Ersya menutup mulutnya dengan tangan kanan seolah-olah ia tidak melihat ada tangan Luka di sana.

"Gue kira tadi kecoa makanya gue injek," lanjut Ersya dengan gaya sok imut.

"Sakit ya?" tanya Ersya pura-pura simpati.

Tangan Luka memerah, padahal tadi malam tangannya baru saja diobati akibat luka dari pecahan piring semalam. Luka berdiri dengan menggenggam uang di tangan kanannya. "Aku beli dulu," ucap Luka tersenyum paksa lalu keluar dari kelas.

Luka berjalan sambil memegangi jarinya yang terasa sakit. Kondisi koridor sudah ramai beberapa orang menatap Luka dengan berbagai pandangan. Hampir semua kelas XI IPA tahu bahwa Luka hanya anak beasiswa yang bersekolah di sini bukan karena ia pintar tapi karena ia mendapatkan beasiswa tidak mampu. Luka dipandang sebelah mata oleh mereka Anak orang kaya.

About Everything [END]Where stories live. Discover now