30. Love Triangle

15.8K 2K 1.2K
                                    

Di dalam kamar Luka sedang menangis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di dalam kamar Luka sedang menangis. Ia menutup sekujur tubuhnya dengan selimut, walau sudah membilas bibirnya dengan air berkali-kali tapi rasa ciuman Angkasa masih ada, membuat ia itu risih. Ciuman yang ia jaga untuk suaminya kelak, telah direbut oleh Angkasa. Tak bisa dipungkiri bahwa ciuman itu membuat Luka sangat marah. Luka bahkah masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana Angkasa menciumnya.

Luka mengeleng kuat-kuat berusaha mengeyahkan bayangan Angkasa yang menciumnya secara paksa tadi siang. Mungkin seumur hidup Luka akan terus mengingat hal itu. Luka merasa bersalah karena tidak bisa menjaga ciuman pertama untuk suaminya yang bahkan belum ia ketahui.

Luka menangis semalaman sambil menggulung selimut ditubuh mungilnya. Suara isak tangis Luka terdengar ketika Angkasa melewati kamarnya.

Angkasa berhenti tepat di depan pintu kamar gadis itu. Angkasa merenung sejenak, apa ia sudah keterlaluan mencuri ciuman dari Luka? Ia bersandar ke pintu kamar Luka. Hampir 30 menit isak tangis Luka berhenti, mungkin gadis itu sudah tertidur, pikir Angkasa.

Pagi pun datang. Mata Luka terasa lengket ketika dibuka karena ia menangis semalaman. Ia menyingkap selimut, duduk dengan mata setengah mengatup, lalu mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan ototnya setelah bangun tidur. Luka turun dari ranjang kemudian berjalan menuju kamar mandi. Ia mengamati dirinya di depan cermin. Dilihatnya kedua matanya bengkak akibat terlalu lama menangis. Moment ciuman itu kembali lagi memenuhi kepalanya bagaikan kaset yang diputar ulang terus-menerus.

Luka menggeleng kuat-kuat mengusir pikiran itu agar ia bisa lupa dengan kejadian ciuman kemarin. Tangan Luka meraih sikat gigi dan pasta gigi, ia segera menyikat giginya dengan semangat agar rasa ciuman dibibirnya cepat hilang dan tidak mengganggu pikirannya lagi.

"Om Angkasa nyebelin," kesal Luka setelah selesai menyikat giginya. Ia rasanya malas sekolah moodnya hancur, tapi jika tetap di rumah ia tidak mau bertemu dengan Angkasa.

Luka menyembulkan kepalanya keluar dari pintu untuk melihat keadaan, dirasa bahwa Angkasa tidak ada barulah ia keluar dan menutup pintu kamarnya dengan pelan. Pagi ini ia akan naik bus untuk pergi ke sekolah.

"Luka."

Baru beberapa langkah gadis itu melangkah, suara Angkasa terdengar memanggilnya membuat ia membeku ditempat. Derap langkah kaki Angkasa kian dekat hingga pria itu berdiri di sebelah Luka.

"Saya ... saya minta-"

"Minta apa!" potong Luka dengan ketus sambil melotot tajam melihat Angkasa.

Melihat wajah garang Luka membuat Angkasa menelan saliva susah, kenapa gadis ini tiba-tiba menjadi seperti singa yang siap menerkam mangsa. Angkasa terdiam membuat Luka kembali berjalan menuju tangga, ia meninggalkan Angkasa begitu saja.

About Everything [END]Where stories live. Discover now