39. Live In Hostel

12K 1.8K 6.6K
                                    

Absen dulu, yang baca askot mana?→

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Absen dulu, yang baca askot mana?→

.

Jam menunjukkan pukul lima pagi. Angkasa belum tidur sama sekali karena gelisah melanda hatinya. Ia berpikir semalaman bagaimana cara agar Luka tidak pergi dari mansionnya. Alasan apa yang harus ia gunakan untuk menahan Luka.

Wajah Angkasa tersenyum ketika sebuah ide lewat dikepalanya. Angkasa keluar kamar, ia berjalan pelan ketika melewati kamar Luka. Ia masuk ke dalam lift menuju lantai satu. Sampai di bawah ia berjalan menuju dapur, terlihat Ning dan Nung sedang beres-beres sekaligus bersiap untuk membuat menu sarapan.

"Bapak mau kopi?" tanya Ning ketika melihat Angkasa memasuki dapur.

Angkasa menggeleng pelan. "Siapkan air panas dan handuk," suruh Angkasa.

Karena itu permintaan Tuannya Ning segera menurutinya, ia menyiapkan air panas yang Angkasa minta beserta handuk bersih.

"Ini, Pak." Ning meletakkan mangkuk keramik berwarna putih berukuran sedang berisi air panas ke atas meja, ia juga memberikan handuk kecil berwarna putih kepada Angkasa.

"Ning, kalau Luka bangun nanti, suruh dia bangunin saya di kamar," kata Angkasa lalu ia pergi membawa air panas serta handuk ke kamarnya.

Sampai di kamar, Angkasa menatap air panas yang ia letakkan di atas meja, terbesit keraguan dihatinya. Namun ia harus melakukan ini. Angkasa membasahi handuk kecil dengan air panas lalu ia peras sehingga handuk yang ia pegang terasa hangat, ia sempat meringis sakit saat air panas terkena tangannya. Angkasa menempelkan handuk hangat ke wajahnya kurang lebih satu menit lalu menepuk-bepuk wajahnya agar memerah.

Kebetulan hari ini weekend sehingga Angkasa dan Luka tidak akan pergi ke kantor atau pun ke sekolah. Jam menunjukkan pukul 07:00. Luka melenguh, perlahan ia membuka mata ketika sinar matahari masuk melalui celah gorden kamarnya. Luka mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan otot.

Luka turun dari ranjang, ia pergi menuju kamar mandi. Selesai mandi, ia berganti baju dengan kaos polos serta celana panjang. Luka bukan tinggal di rumahnya jadi Luka tidak pernah memakai celana pendek terlebih lagi ada Angkasa di rumah. Sebelum keluar kamar Luka terlebih dahulu mencepol rambutnya asal sehingga anak rambut disekitar kening Luka terlihat berantakan.

Luka turun menggunakan tangga yang panjang serta berkelok, kenapa Luka tidak menggunakan lift? Alasannya sangat sederhana sekalian olahraga biar sehat.

"Pagi, Non," sapa Nung sambil meletakkan nasi goreng ke atas meja.

Luka tersenyum. "Pagi, Bik," balas Luka ramah.

About Everything [END]Where stories live. Discover now