18. Bullying

14.8K 2K 778
                                    

"Luka!" panggil Ersya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Luka!" panggil Ersya.

Ersya dan Aurel melangkah mendekati Luka. Koridor tampak sepi karena sekarang masih pagi. Ersya memegang pergelangan tangan Luka.

Luka yang bingung berusaha melepaskan pegangan Ersya ditangannya. "Lepasin Sya," ucap Luka.

"Lo harus ikut kita." Ersya dah Aurel membawa Luka paksa menuju belakang Sekolah.

Sampai di belakang sekolah Luka menatap punggung seseorang yang tengah membelakanginya.

"Alexa," lirih Luka.

Alexa melirik Ersya sekilas lalu tersenyum miring sambil menatap Luka begitupun dengan Aurel yang bersendekap dada di sebelah Ersya. "Ma-mau apa kalian?" tanya Luka gugup.

Ersya memberikan isyarat kepada Aurel dan mereka berdua pun memegang kembali kedua tangan Luka. "Mau apa kalian, lepasin!" Luka meronta agar tangannya terlepas dari cengkeraman Ersya dan Aurel.

"Diam!" bentak Ersya.

Luka panik melihat sekitar benar-benar sepi tidak akan ada yang bisa menolongnya, karena kawasan belakang sekolah termasuk jauh dari gedung-gedung sekolah yang berpenghuni lainnya. Luka menunduk dan terus meronta.

"Kenapa? Lo takut sekarang," ucap Alexa dengan tatapan tajam setajam mulut netizen.

"Lo tau ini apa?" tanya Ersya memperlihatkan kresek transparan dari belakang tubuhnya ke depan wajah Luka.

Mata Luka melotot melihat beberapa telur, tepung, serta minuman soda didalam kresek tersebut. "Kita mau buat kue ya?" celetuk Aurel polos.

Plakk!

Ersya memukul kepala Aurel dengan tangan kirinya. "Apaan sih?" Aurel menatap Ersya cemberut sembari mengusap kepalanya yang habis dipukul.

"Lagian lo ngadi-ngadi," balas Ersya.

Alexa memutar bola matanya malas melihat kedua temannya itu. "Udah," ucap Alexa tajam.

"Lepasin," ucap Luka meronta, namun kedua tangannya dicengkeram kuat oleh Ersya dah Aurel.

Ersya serta Aurel mendorong Luka agar terduduk di bawah kaki mereka, "Nih." Alexa menyerahkan kresek tersebut kepada Ersya.

Ersya mengambil tiga butir telur, melemparkannya di atas kepala Luka sampai telur itu pecah dan mengotori rambut Luka. Kepala Luka terasa sakit akibat tiga kali lemparan telur dari Ersya. "Gue juga mau," ucap Aurel merobek kemasan tepung dan menaburkannya di atas kepala Luka sama seperti yang Ersya lakukan tadi sehingga kepala serta beberapa bagian tubuh Luka putih akibat tepung. Luka menunduk dengan perasaan campur aduk.

About Everything [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora