12. Wagering

16.7K 2K 442
                                    

TIIN

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TIIN

Suara keras klakson mobil membuat kontak mata antara Luka dan Axel terputus. Pemilik mobil keluar dengan menggunakan setelan jas mahal. "Pinggirkan motor kalian, saya mau lewat." Pria itu berucap sambil menatap sengit ke arah Axel.

"Cabut," ucap Axel memberi isyarat kepada teman-temannya untuk pergi.

Brum brum

Axel dan inti Gryffindor pergi meninggalkan lokasi membuat Luka bernapas lega. Pria dengan postur tinggi itu mendekat ke arah Luka. "Kamu diganggu mereka?" tanya pria itu.

Luka menatap pria di depannya, ia ingat pria ini pernah datang dengan Orion ke restoran tempatnya berkerja dan ya Luka tidak sengaja menumpahkan minuman ke jasnya. "Kenapa kamu ada di sini sendirian?" tanyanya.

"Nggak apa-apa kok Om eh Pak, saya cuma mau pulang." Luka menjawab dengan kikuk, kentara dari gesture tubuhnya.

"Jalan kaki?" Alis pria di depan Luka terangkat.

"Tadi saya naik bus tapi ban busnya bocor, jadi saya ... jalan kaki."

"Mau saya antar?"

Luka menatap takut kepada pria di depannya, karena mereka berdua tidak saling kenal bagaimana jika pria ini ternyata orang jahat sama seperti geng motor barusan? Melihat raut wajah Luka membuat Angkasa bersuara. "Saya tidak akan macam-macam. Saya tidak suka gadis kecil," ucap Angkasa melihat tubuh Luka dari atas sampai bawah dengan pandangan tidak selera.

"Lagipula kamu tepos, tidak akan membuat saya bernafsu."

Luka semakin bingung menatap Angkasa. "Apa-apaan Pak tua ini," gerutu Luka dalam hati sambil melirik ke bawah melihat dadanya. Ya memang benar sih ia tepos. Luka menatap sendu bagian dadanya yang Angkasa bilang tepos.

Angkasa bukan tipe orang yang akan menawar dua sampai tiga kali jika Luka tidak mau menerima pertolongannya ia akan pergi. Angkasa berbalik melangkah menuju mobilnya membuat Luka terpaksa mengekori. Tidak ada salahnya ia menerima tawaran Angkasa lagipula hari semakin sore dan dikawasan ini terasa sepi.

"Masuklah," titah Angkasa.

Luka duduk di samping Angkasa sambil sesekali ia curi pandang ke arah pria itu. "Saya tahu saya tampan, tidak usah curi pandang begitu," ucap Angkasa membuat Luka tersadar segera mengalihkan pandangannya melihat keluar jendela.

"Kemana saya harus mengantar mu?" tanya Angkasa.

"Di depan belok kiri aja, Pak." Luka menjawab sambil melihat Angkasa sekilas.

About Everything [END]Where stories live. Discover now