36. Company Party II

12.2K 1.9K 1.5K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kurang lebih 10 menit berlalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kurang lebih 10 menit berlalu. Musik dansa pun selesai. Semua orang melepaskan diri dari pasangan mereka. Acara kembali seperti semula. Ada yang lanjut berbicara satu sama lain, makan cake, ada pula beberapa pasangan yang memilih keluar dari ballroom untuk menghirup udara segar. Sementara Luka yang baru saja melepaskan tangannya dari pundak Angkasa segera melangkah mundur menjauhi Angkasa lalu berlari menuju kamar mandi.

"Aku udah gila, kenapa jantung ku berdegup kencang kayak tadi?" racau Luka di depan wastafel.

"Iya ... pasti aku udah gila, aku nggak mungkin jatuh cinta sama Om Angkasa. Nggak mungkin banget, bisa-bisa Orion benci sama aku kalo aku suka sama Papanya."

"Tapi kenapa aku ngerasa panas?" Luka berjalan mondar-mandir seraya mengipasi tubuhnya sendiri dengan kedua telapak tangan. Namun sayang, ia tidak bisa meredam rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ternyata berdansa bersama Angkasa mampu membuat tubuhnya panas berdekatan dengan pria itu.

Luka menarik napas dalam kemudian menghembusnya pelan berusaha menenangkan diri berharap panas tubuhnya mereda. Tubuh Luka terasa gerah karena terbawa perasaan dengan perhatian Angkasa. Setelah cukup tenang Luka akhirnya keluar dari toilet. Ia mengambil minuman di atas meja yang ia pikir air putih lalu meneguknya cepat. Luka berhenti minum sejenak, tenggorokannya terasa tidak nyaman. Untuk mengurangi rasa gugup dan gerah tubuhnya Luka tidak memperhatikan lagi apa yang ia minum. Yang jelas, itu bukan air putih.

Seseorang memegang bahu Luka membuat Luka seketika menoleh. Luka tersenyum lebar menatap sosok laki-laki di depannya. "Sama Papa gue ke sini?" tanya Orion.

Luka diam tak menjawab, ia menunduk melihat lantai yang ia injak. "Aku kok make gaun mahal gini?" Luka mulai ngelantur. Ia memegang kedua sisi gaunya lalu memutar tubuh di depan Orion.

"Terus kenapa rambut aku disanggul gini?" Kedua tangan Luka meraba rambutnya sendiri, menguraikan gelung rambutnya, membiarkannya tergerai.

About Everything [END]Where stories live. Discover now