ANTAGONIST GIRL : 5

126K 14.3K 808
                                    

Note: bab 5 sama bab 4 ketuker. Jadi langkahin bab ini dulu ya, baca yang bab 4 dulu habis itu balik ke bab ini lagi.

•••••

Caramel hanya tersenyum simpul sambil menepuk 2 kali bahu Aruna lalu berjalan keluar kelas, Elina yang bingung akan tingkah laku Ravel belakangan ini hanya mengedikkan bahunya acuh.


"Ngapain lo masih disini? Mau nuduh Aruna lagi?" Sinis Jiana pada Ravel yang hanya di balas tatapan tidak peduli dari Ravel

Aruna tersentak saat tangan Ravel melingkar di pergelangan tangannya. "Eh?" Aruna tampak bingung, ini Ravel salah orang atau bagaimana?

Entah hanya perasaannya saja atau memang setiap Ravel menatapnya, tatapan yang awalnya sangat dingin akan berubah menjadi lebih teduh.

"Gue pinjem temen lo bentar." Setelah mengatakan itu pada Jiana dan Elina, dia menarik pelan tangan Aruna ke arah taman belakang sekolah.

Aruna yang bingung hanya menurut, lumayan bukan jika berduaan bersama cogan? Saking sibuknya dengan pikirannya sendiri hingga dia tidak sadar bahwa mereka sudah sampai sedari tadi.

Ravel mengode Aruna untuk duduk di salah satu bangku yang berada disana, Aruna lagi lagi hanya menurut saja, entah apa yang akan dilakukan oleh Ravel.

Setelah Aruna duduk di bangku tersebut Ravel malah berjongkok di depan dirinya dengan tangan terulur ke arah pipinya, Ravel perlahan mengusap pelan pipi Aruna yang masih ada bekas tamparan dari Algarick. "Masih sakit?"

Aruna mengerjapkan matanya beberapa kali karena perlakuan dari Ravel. "Sini gue bantu kompres biar bekasnya hilang" Ravel beralih duduk di samping aruna sambil mengompres pipinya dengan es batu yang di baluti handuk kecil yang entah dari kapan berada di sana.

Seumur hidup, dia belum pernah merasakan yang namanya diperlakukan selembut ini oleh laki-laki manapun selain ayahnya.

Ravel menatap mata Aruna intens, tidak bisa dipungkiri dia kembali bertemu dengan gadis di depannya ini.

"Jangan lengah mulu bisa gak sih?" Ucapan itu terdengar menuntut di indera pendengaran Aruna. Entahlah, Aruna tak mengerti semua hal yang berhubungan dengan Ravel.

Aruna berusaha untuk mengalihkan pandangannya dari Ravel. Entahlah... tiba-tiba saja dia merasa risih akan hal itu. Ia benci berkontak mata dengan orang lain.

Punggung Ravel yang tadinya tegak, kini ia sandarkan di punggung bangku taman itu lalu beralih menatap Aruna yang sedaritadi seperti kesal sendiri. "Masih sama...benci bertatapan langsung sama orang,"

Kepala Aruna tertoleh ke arah Ravel. wajah gadis itu benar-benar masam. Namun terlihat menggemaskan di mata Ravel. "Gak usah sokab ya lo, kadal!"

Bukannya marah dikatai seperti itu, Ravel malah tersenyum. Dipikir-pikir, sudah sangat lama ia tak mendengar panggilan itu.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Ravel berlalu begitu saja meninggalkan Aruna yang tengah kebingungan sendiri. Apa laki-laki ini memiliki gangguan jiwa?

•••••

Algarick membawa Shaveera ke Markas Xavander yang kebetulan kosong, padahal biasanya ada anggota Xavander yang berbincang disana. "Kenapa?" Satu kata yang keluar dari mulut Algarick membuat bulu kuduk Shaveera berdiri karena nada suara serak itu seakan akan ia siap menerkam siapapun yang menggangu ketenangannya.

Shaveera mencoba untuk mendongak menatap Algarick. "I-itu bohong Al! Kamu tau sendiri, cara itu benci sama aku sama kayak Aruna, dia pasti udah sepakat sama Aruna buat aku terlihat salah di mata kamu. Aku harap kamu ga kemakan omong kosong 2 jalang itu" dengan bibir bergetar Shaveera mengungkapkan apa yang sedaritadi ingin ia katakan.

Entah kenapa saat mendengar Aruna dipanggil jalang, wajah Algarick benar benar memerah menahan amarah. "jangan pernah sebut dia jalang!" Bagaimanapun, Aruna pernah menjadi seseorang yang pernah ia perlakuan layaknya seorang Ratu. Walaupun sekarang keadaan telah berbeda.

"Tapi itu emang bener Al!"

Algarick sedari tadi menatap intens mata Shaveera saat bercerita dan benar saja, dia tidak menemukan kebenaran sama sekali disana, yang artinya gadis yang ia percaya ini lagi lagi berbohong.

"Buktinya udah ada." Singkat Algarick membuat Shaveera semakin mengeras kan rahangnya, ini semua gara gara kelakuan Aruna.

Algarick mengangkat wajah Shaveera kasar. "sekarang, kasih tau gue, hukuman apa yang pantas untuk seorang pembohong?"

•••••

Jia dan Elin tengah gelisah sendiri di dalam Kelas karena sedari tadi Aruna belum kembali juga, apa Ravel mengirim sahabat mereka ke alam lain? Oh tidak ini tidak bisa dibiarkan, baru saja mereka berdua akan keluar kelas untuk mencari Aruna, tetapi orang yang akan mereka cari ternyata sudah muncul duluan dari balik pintu. "Heh babi! Lo darimana aja?! Lo tau lo tuh separuh jiwa gue Na, lo jauh dikit dari gue aja gue bisa kejang kejang!" Gerutu Jia sambil melakukan adegan dramatis.

"Lo darimana dah?" Kali ini bukan Jia yang bersuara tetapi si batu es alias Elin.

"Sorry, tadi ada urusan dikit" singkat Aruna bukan bermaksud mengabaikan temannya tetapi karena dia tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.

Jia Elin dan Aruna kembali duduk di bangku mereka berdua.

Selang beberapa menit, Guru matematika masuk ke Kelas mereka. "Hari ini kita ulangan dadakan" ujarnya santai sambil membuka buku absen.

Aruna yang melihat teman sekelasnya tengah gelisah karena belum ada persiapan sedikitpun memunculkan ide jahil di benak Aruna. "Pak!" Panggil Aruna

"Iya? Ada apa?"

"Tadi saya liat Buk Rina sama Pak Burhan lagi mojok berdua di ruang guru pak, mereka mesra banget lagi tadi, udah kayak di drama drama korea" Aruna berharap ide nya kali ini bisa mempengaruhi Guru di depannya ini agar membatalkan ulangan dadakan.

Jika bertanya darimana Aruna tau guru matematika nya itu menyukai guru yang bernama bu Rina, tentu saja karena Aruna pernah membacanya di novel.

Guru tersebut clingak clinguk menatap Murid di depannya satu persatu dengan keadaan malu. "Maksud kamu apa Aruna?"

Aruna kembali memanas manasi guru tersebut dengan semua ide di kepalanya. "Loh pak? Bukannya bapak suka ya sama Bu Rina? Kalau saya jadi bapak sih, saya bakal mutilasi satu satu orang yang udah deketin orang yang saya suka"

Aruna melanjutkan ucapannya tadi. "jangan sampai Bu Rina ke cantol sama Pak Burhan deh Pak! Nanti Bapak nyesel! Jadi mending Bapak urus mereka dulu"

"Benar juga kata kamu, yasudah, ulangan kali ini Bapak tunda ya, Minggu depan kita akan ulangan, ok?" Setelah mengatakan itu Guru tersebut keluar Kelas dengan tergesa-gesa.

Seisi Kelas hanya menatap tak percaya kepada Aruna, sang penyelamat mereka semua.

"KYAAAAAAAAA ARUNAAAA, PLIS LO ITU PENYELAMAT KITA SEMUA! POKOKNYA KITA UDAH MAAFIN LO TULUS DARI HATI YANG PALING DALAM RUN! THANK U!!!" histeris seisi kelas karena ide aruna berhasil.

Ketua Kelas yang melihat kejadian tadi hanya menatap Aruna dengan tatapan menabjukkan. "Guysss! Kayaknya mulai sekarang Aruna bakal jadi aset Kelas 11 Mipa 1 deh"

Jia berdiri angkuh di atas meja tanpa rasa malu yang mengundang tatapan heran dari murid di Kelas itu, apa lagi yang akan anak ini lakukan? "ASETNYA KELAS 11 MIPA 1 NIH BOS! SENGGOL DONGG" teriakan membahana dari Jia mengundang kericuhan di dalam Kelas mereka.

"ADUH BUSET SREPETTT" serempak anak Kelas 11 Mipa 1

Jangan lupa vote dan komen, love u gurl!

Jangan lupa follow Instagram Aruna dan Ravel ya!
@arunac.w_
@ravelxvr.a

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now