ANTAGONIST GIRL : 22

65.7K 8.4K 372
                                    

Mereka bertiga berjalan ke arah Aruna yang sedang berbaring sembari memejamkan matanya.

Karena aruna merasa ada seseorang yang sedang menatapnya, akhirnya dia membuka mata dan mendapati kedua temannya dan Nicholas yang sedang berdiri di samping brangkar tempat dia tertidur.

Jia mengelap kening milik Aruna yang mungkin masih ada bekas dari kecupan yang diberikan oleh Ravel tadinya.

"Ga bisa nih ga bisa! Kening Lo tuh harus di sucika kembali na!" Ujarnya heboh sambil menggosok kening Aruna penuh tenaga sampai Aruna pun merasa bahwa keningnya lumayan perih akibat kelakuan Jia "perih setan!"

Aruna melirik Nicholas yang berada di samping Jia sedaritadi. "itu siapa?" Tunjuk Aruna menggunakan dagunya.

Jia menoleh ke sampingnya. "oh ini, namanya Nicholas. Anak 12 ipa 3" Aruna mengerutkan keningnya bingung, pasalnya, Aruna belum pernah melihat Nicholas di sekolah ini.

"Murid baru?" Tanya Aruna pada Jia

Namun Jia menggelengkan kepalanya. "murid lama. Dianya aja yang jarang berinteraksi sama anak anak lain." Aruna hanya mengangguk anggukan kepalanya

••••

Bugh!

Ravel memberikan pukulan bertubi-tubi pada orang yang berhasil membuat Aruna mendapatkan luka kecil itu di lengannya.

Bak orang kesetanan, Ravel sama sekali tak memberikan ampun kepada orang yang berani membuat satu luka sekecil apapun di tubuh cantik milik gadis itu.

Wajah orang yang tadinya Ravel pukuli sudah tak berbentuk saat ini, bonyok. Satu kata yang bisa di pakai untuk mendeskripsikan orang yang Ravel pukuli saat ini. "siapa yang nyuruh lo?" Ucapnya sembari menancapkan pisau kecil namun sangat tajam itu di daging pria yang menembak Aruna tadinya.

Namun pria yang Ravel tanyai itu hanya tersenyum miring yang membuat emosi Ravel semakin tersulut. "mau lo bunuh gue sekalipun, gue ga bakal kasih tau siapa dalang di balik semua ini. Waktu lo juga ga banyak, dan bilang sama Aruna, kalau yang tadi itu cuman permulaan atas hukuman yang harus dia terima. Itu belum seberapa, dia bakal hancur dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Dan lo ga bakal bisa berbuat apa apa karena memang itu hukuman atas tindakan bodoh yang telah dia lakukan." Jelas pria itu sebelum menutup matanya menahan rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya.

Bugh!

Satu pukulan dari Ravel sudah berhasil membuat pria di depannya ini bernafas untuk keterakhir kalinya.

"ARGGGHH! LIAT AJA, LO BAKAL NYESEL KALAU SAMPAI LO NYENTUH ARUNA SEUJUNG KUKUPUN!" Teriak Ravel yang berhasil di dengar oleh seseorang yang sedang tersenyum miring.

••••

Aruna dan Aluna sedang duduk di sofa ruang tengah milik keluarga winnelson. Tatapan khawatir dari Aluna sedaritadi tertuju pada Aruna yang sedaritadi menatap datar ke arah 2 wanita yang berada di depannya yang sedang menunduk menahan tangis. Ya itu adalah shaveera dan ibunya yang bernama Rhea, sedangkan ibu dari Aluna dan Aruna yang bernama Vanya, sekarang sedang terisak di samping Aluna karena mengetahui bahwa suaminya ternyata berselingkuh di belakangnya.

Aluna mengusap pelan air mata mamanya yang terus mengalir tanpa henti. "Udah mah, jangan nangis lagi." Ucap Aluna lalu menatap nyalang ke arah papanya yang terus menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah pada istrinya.

Abraham mengangkat kepalanya lalu menatap satu persatu wanita yang ada di sekitarnya ini. "pernikahan aku dan rhea akan di laksanakan besok." Abraham menatap kedua anaknya itu secara bergantian. Tatapan yang ia dapat dari Aluna adalah tatapan sedih karena ia telah menduakan mamanya, walaupun Aluna adalah anak angkat mereka tapi tetap saja, Aluna tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Sedangkan tatapan yang ia dapat dari Aruna hanya tatapan datar. Namun dia tidak tau bahwa di dalam diri Aruna saat ini ada jiwa yang sangat ingin menjadikannya tumbal pesugihan.

Aruna menatap Shaveera dan Rhea secara bergantian. "Lun? Liat deh 2 orang di depan kita ini, solid banget ya? Kerjaan emaknya ngelonte sana sini, kerjaan anaknya pun sama, ngangkang sana sini. Lo berdua semiskin itu ya sampai ngejual diri?"

Mata Rhea dan Shaveera berkaca kaca mendengar penuturan dari Aruna tadi. "kamu ga boleh ngomong gitu Aruna, kamu boleh hina aku tapi jangan hina mama aku, dia itu calon mama kita!"

Aruna tersenyum miring mendengar itu. "daripada jadi ibu tiri, mama lo itu lebih cocok jadi pembantu gue."

Abraham yang sedaritadi diam mendengarkan perdebatan antara anak kandungnya dan calon anak tirinya ini hanya menghela nafas kasar. "Aruna! Dia itu calon mama kamu!"

Aruna terkekeh geli mendengar hal itu. "najis! Yakali orang terhormat kayak gue punya mama yang hobinya desah sana sini"

"Aruna!" Bentak Abraham yang sudah tak tahan dengan segala ucapan dari anaknya itu.

"APA?!" Bukan Aruna namanya jika tidak melawan dalam hal seperti ini.

Sedangkan Aluna masih setia menenangkan Vanya yang masih sesekali terisak. "mama tenang ya...ayo kita ke kamar," ujar Aluna lalu mengantarkan Vanya ke kamarnya.

Aruna yang melihat suasana hening mulai mengipasi dirinya sendiri seperti orang kepanasan. "panas banget dah, apa gara gara gue lagi duduk di depan orang orang ahli neraka ya? Pake bau ajab lagi." Ucapnya mendengus lalu pergi begitu saja ke kamarnya.

Saat Aruna tengah duduk di meja belajarnya untuk mengerjakan beberapa pr yang guru berikan padanya tiba-tiba ada suara ketukan di pintu. "Runaa.." panggil seorang gadis dari luar yang Aruna ketahui bahwa itu adalah suara dari Aluna.

Ceklek!

Aruna membuka pintu itu lalu menatap Aluna dengan pandangan bertanya.

Aluna hanya cengar cengir saja sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "a-anu, itu, eumm...kita keluar yuk, ke halaman belakang hirup udara segar." Ajak Aluna pada Aruna.

"Udah ngerasa akrab bgt lo sampai ngajakin gue?"

Lagi lagi Aluna hanya menunduk mendengar itu. "yaudah kalau ga mau, gapapa kok, aku pergi dulu ya..."

Saat Aluna mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapan Aruna, langkahnya tiba tiba terhenti karena Aruna tiba tiba merangkul nya lalu berjalan ke arah taman belakang rumah mereka. Aluna hanya tersenyum simpul melihat perubahan Aruna belakangan ini.

Langkah mereka berdua terhenti saat melihat ada tiga orang yang berjalan dari arah yang berlawanan. Aruna tersenyum remeh melihat 3 orang itu.

Aruna melirik ke arah Aluna lalu tertawa lumayan kerasa. "hahaha, ya mana nih yang mau di bantai?" Tanya pada Aluna yang hanya di hadiahi tatapan memohon dari Aluna agar adiknya ini tidak berbuat ulah.

Aruna melipat tangannya di dada. "oh yang itu? Easy! Tinggal pilih cara mati doang, mau di bantai pakai panah? Pistol? Belati? Atau mau pakai tangan kosong?" Ucapnya tersenyum remeh.

Rhea dan Shaveera hanya menunduk sambil menautkan kedua tangannya karena merasa gugup berhadapan dengan Aruna.

Kalian mau cerita ini dibuat sad end or happy end?

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now