ANTAGONIST GIRL : 18

70K 8.8K 144
                                    

"buset! Temen gue tuh!" Histeris Jia saat melihat Aruna berani memberi pelajaran pada kakak kelasnya itu.

Edgar yang juga melihat itu bertepuk tangan. "gila si Aruna, ga jantan ga betina, semua dibantai, gimana tuh dulu yang sering ogah ogahan deket' sama dia? Sekarang malah dapet karma, malah dia yang sering modusin anak orang yang dulunya dia tolak mulu" sindir Edgar yang sedari tadi menatap Aruna tanpa berkedip sedikit pun.

"Ngedip bos ngedip!"

Elin yang masih mempunyai dendam pada Algarick pun hanya menunjukkan seringainya. "nikmati dikit karma yang udah dikasih tuhan ke lo." Gumam Elin.

Aruna berjalan masuk ke arah kantin dengan aura mencekam yang ada pada dirinya. Semakin berjalan masuk, Aruna selalu dihadiahi tatapan takut dari beberapa murid yang berada di kantin.

Aruna mengabaikan tatapan tatapan yang diberikan oleh murid murid itu. Di meja paling pojok ada lelaki yang sedaritadi mengawasi gerak gerik Aruna. Ya Aruna juga merasakan hal itu, dia merasa bahwa semenjak mendapatkan pesan teror itu, dia selalu merasa bahwa ada seseorang orang yang selalu mengawasi gerak gerik nya.

"Long time no see, nona A" orang itu kemudian tersenyum. Aruna mengedarkan pandangannya mencari keberadaan kedua peliharaan nya, namun dia dibuat terkejut saat melihat tangan milik Jia melambai ke arahnya "Na!!! Sini cepet!" Panggil Jia namun dihadiahi tatapan aneh dari murid di kantin dan Aruna.

Bagaimana tidak? Saat ini, Jia dan Elin sedang duduk di meja yang sama dengan anak xavander. Pertanyaan nya adalah, sejak kapan mereka berdua dekat dengan anak xavander? Elin yang sangat anti dengan anak xavander terutama Edgar tiba-tiba menjadi akrab? Apa Aruna tidak salah liat? Dan juga...Jia, ya, dia juga ada di sana, dia kelihatan sedang mengejek Elin. Apa sebenarnya yang terjadi pada kedua temannya itu? Apa mereka sedang kerasukan?

Karena tidak mau membuat Elin dan Jia menunggu, jadinya Aruna langsung berjalan ke meja itu. Karena hanya ada 2 kursi yang tersisa di sana, Aruna jadi bingung, apa tidak ada kursi lain? Bukan apa, tapi disana hanya tersisa 2 kursi yaitu di samping Algarick dan di samping Ravel.

"Gue makan di meja lain aja." Ujarnya kemudian berjalan pergi namun langkahnya terhenti saat ada 2 tangan yang melingkar di kedua pergelangan tangannya.

"Duduk!" Suruh kedua lelaki itu, siapa lagi jika bukan Algarick dan Ravel? Sang ketua dan wakil ketua dari xavander.

Edgar, Bisma, Jia, dan Elin hanya menatap aneh ke tiga orang itu, mereka berempat saling pandang lalu muncullah suara Bisma yang membuat Algarick dan Ravel lumayan tersinggung.

Bisma mulai bernyanyi sambil melirik ke arah Algarick, Rave dan Aruna secara bergantian.

"KUTULISKAN SEBUAH CERITA CINTA SEGITIGA~"

Murid di kantin yang menyaksikan drama cinta segitiga secara live itu hanya menahan tawa saja, karena pada dasarnya, Algarick sangat anti dengan Aruna, namun sekarang dia malah mengejar Aruna.

Seisi kantin mulai ikut bernyanyi bersama Bisma. "DIMANA ARUNA LAH YANG JADI PERAN UTAMA~"

"LANJUTTTT!" teriak murid yang sedang menyaksikan konser dadakan itu.

Bisma tersenyum saat banyak yang ikut meramaikan nyanyiannya itu. "ARUNA TAK DAPAT MEMBOHONGI SEGALA RASA~"

Bisma melirik ke arah Algarick dan Ravel. "ARUNA TAK MENCINTAI DIA DAN DIRINYA!" tunjuk Bisma pada Ravel dan Algarick.

Tawa murid yang berada di kantin langsung pecah. "ANJAYY! MENGSEDIH INI MAH"

Aruna malu. Sangat malu. Bayangkan saja, drama cinta segitiga nya itu di tonton oleh semua murid yang ada di kantin. Bahkan ibu ibu yang menjual disana pun ikut tertawa menyaksikan itu.

Jangan ditanya, wajah Algarick sekarang sudah seperti ingin menerkam Bisma yang telah mempermalukannya itu. Seorang ketua xavander dipermalukan oleh anggotanya sendiri. Benar benar akhlak less.

Edgar yang melihat Aruna mulai risih pun akhirnya angkat suara. "run? Mending lo duduk disini aja," tawar Edgar yang sedang duduk di samping Elin. Ya, dia dengan Elin duduk bersampingan.

Elin hanya mengangguk lalu menepuk nepuk kursi yang telah di tinggali oleh Edgar tadi. "sini"

Aruna mengangguk lalu duduk di samping Elin.

"Lo mau mesen apa na?" Tanya Jia pada Aruna.

Aruna tidak langsung menjawabnya, dia menatap wajah Jia sejenak, ada yang aneh dari gadis itu, setelah Aruna teliti lebih lama, ternyata ada luka goresan yang tertutup di leher gadis itu. Aruna mengerutkan keningnya bingung. "Ji? Itu leher lo kenapa?" Tanya bingung.

Secara, kejadian saat dia mendapat pesan teror itu, dan ke gedung tua lalu bertemu seorang gadis aneh, dia sempat menyayat leher gadis itu, ingat kan? Saat Aruna memberikan goresan pada leher gadis misterius itu?

Jia merabah lehernya lalu tertegun, dia mengambil beberapa helai rambutnya lalu menutupi luka itu. "oh ini, gapapa hehe, udah lah! Cepet mau pesen apa biar gue pesenin!"

Karena tidak ingin terus menerus meneken Jia, akhirnya Aruna menyerah, ya, mungkin lain kali akan ia selidiki lebih jauh lagi.

"Gue cuma haus. Pesenin jus lemon aja" pinta Aruna pada Jia.

Jia berdiri dari duduknya lalu pergi memesankan minuman untuk Aruna, namun setelah beberapa saat ditinggal oleh Jia, Aruna kembali mendapat masalah. Oh, kenapa dia selalu sial? Masalah terus menerus menghampirinya!

Aruna merasa ada yang lengket dan dingin yang terjatuh pada kepalanya sampai ke wajahnya.

Murid di kantin itu menahan nafas saat melihat orang yang menyiram Aruna.

"Gila! Berani banget dia nyiram Aruna"
"Si anjg! Belum juga di remukin tuh tulang sama Aruna"
"Bakal ada duel maut nih kayaknya"

Ya, kira kira seperti itulah pekikan dari beberapa murid yang berada di kantin.

Elin yang melihat siapa orang yang menyiram Aruna pun ingin berdiri tetapi ditangannya di tahan oleh Aruna.

Bukan Aruna namanya jika mengandalkan temannya sendiri untuk membalas perbuatan kurang ajar seseorang kepadanya, dia akan memberikan serangan balik yang lebih sadis pada orang itu dengan tangan cantiknya sendiri.

Aruna tersenyum lalu menampar pipi mulus gadis yang tadi menyiram nya itu denagn tamparan yang bukan main!

Gadis itu merasa pipinya berdenyut nyeri mendapat tamparan itu, tidak lama kemudian, Aruna menjambak rambut gadis itu lalu menyeretnya bak binatang ke arah gudang sekolah. Orang yang melihat itu hanya meringis pelan, tidak bisa dipungkiri jika mereka yang ada di posisi shaveera saat ini. Ya, gadis yang menyiramnya adalah shaveera. Musuh bebuyutan Aruna asli.

Kira kira... hukuman apa yang akan diberikan oleh Aruna untuk tuan putri kita yang satu ini?

Jangan lupa vote dan komen, love u gurl!

Oh ya, gimana sama chapter kali ini? Kalian tim siapa nih? Alga or Ravel?

Makasih juga udah mampir di cerita aku ya!

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now