ANTAGONIST GIRL : 31

51.8K 6.9K 879
                                    

Ravel tersentak saat ada sebuah tangan memegang bahunya dari belakang, saat ia berbalik badan, ternyata orang yang mengagetkannya itu adalah Aluna.

Ravel menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Aluna berdiri antek di belakangnya. "kenapa?"

Aluna hanya membalasnya dengan senyuman manis. "Kamu ga mau makan? Tadi aku nyempetin buat beliin kamu makanan. Belum makan dari tadi kan?" Aluna mengulurkan tangannya ke arah Ravel untuk memberikan makanan yang tadi sempat ia beli.

Hanya sebuah senyuman tipis yang terlihat pada bibir Ravel saat ini. Dia memang sangat lapar sedari tadi, namun ia tahan karena tak ingin meninggalkan Aruna sendiri. Dia tidak dapat mempercayai orang-orang yang berada di sekitarnya saat ini. Karena bisa jadi, dalang dibalik semua ini adalah orang terdekatnya bukan?

"Thanks."

Satu persatu suapan masuk ke dalam mulut Ravel, namun saat makan pun lelaki itu bahkan tak bisa makan dengan tenang. Sedikit sedikit matanya akan mengarah pada tempat Aruna berbaring. Rasa takut itu selalu saja menghampirinya, hal itu benar-benar tak memberikan kesempatan untuk Ravel tenang barang semenit saja.

"Fokus makan aja, masalah Aruna biar aku yang jaga."

Ravel mengalihkan pandangannya pada Aluna lalu mengangguk singkat. Lelaki itu memakan makanan itu dengan cepat lalu kembali duduk di samping brangkar Aruna.

Aluna melihat hal itu tersenyum simpul. "Semoga kamu orang yang bener bener bisa aku percaya buat jagain Aruna. Di dunia ini, Aruna hanya punya 3 orang kepercayaan. Kamu, Jia dan Elin." Gumam gadis itu seraya tersenyum hangat melihat perlakuan Ravel pada adiknya. Jujur saja Aluna lumayan kagum akan cara Ravel melindungi Aruna. Sedari pertama ketemu, Aluna melihat di antara yang lain hanya Ravel lah yang matanya benar-benar menyiratkan kekhawatiran yang sangat berlebihan. Seakan akan Aruna adalah jantung baginya, jika gadis itu kenapa kenapa, maka dia yang akan mendapat konsekuensinya.

Ceklek!

Semua orang yang Ravel suruh untuk pergi makan tadinya telah kembali. Mereka semua mendudukkan dirinya pada sofa yang tersedia di sana. Jia terlihat sangat gelisah saat ini, seperti ada sesuatu yang mengusik pikirannya sejak tadi. Dibandingkan yang lain, hanya Jia yang menatap kosong ke arah brankar milik Aruna.

Tangan kekar milik Nicholas mengusap pelan jemari Jia sambil membawa tubuh gadis itu kedalam dekapannya.

"Lo berdua bisa ga sih? Jangan pamer keuwuan depan gue?! Kasian tuh si Alga lagi kit heart ngeliat pemandangan di depannya." Ujar Edgar sinis.

Jia melirik sekilas ke arah Algarick sembari memutar bola matanya malas. "makanya kalau masih ada itu hargai! Giliran udah ditinggal aja nangis! Nyesel kn lo?!"

Algarick yang merasa dirinya disindir hanya menghela nafasnya, dia ingin sekali mendekat ke arah Aruna, memastikan keadaan gadis itu, namun ada rasa bersalah di hatinya. Apa dia keterlaluan dalam memperlakukan Aruna dulu? Bisa bisanya dia lebih percaya orang baru dalam hidupnya daripada orang yang selama ini selalu bersamanya.

Algarick merutuki dirinya sendiri karena benar benar bodoh. Kalaupun diingat ingat, jika Aruna memang salah, maka kekerasan bukanlah sebuah solusi dari hal itu, bagaimanapun, Aruna adalah seorang gadis. Jika sesama lelaki saja kekerasan itu tidak layak, maka bagaimana dengan perempuan? Itu lebih tidak layak. Ya walaupun Algarick adalah ketua dari sebuah geng yang mempunyai musuh bak butiran pasir diluar sana sehingga membuat dirinya tak bisa berhenti untuk tidak tawuran sana sini.

Bisma dan Edgar sedang mabar di lantai rumah sakit itu yang dibaluti sebuah karpet berbulu yang sangat halus, tadi memang dia sempatkan untuk singgah ke toko membeli sebuah karpet karena rencananya mereka akan menginap disini, sedangkan Elin? Gadis itu sudah tertidur lelap di paha Edgar, lengkap dengan mata bengkak dan bekas air mata di pipinya, dan jangan lupakan juga dengan hidungnya yang memerah akibat terus menerus menangis. Orang-orang yang berada di resto tempat mereka makan tadi hanya menatap aneh ke arah Elin yang terus meneteskan air mata.

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now