ANTAGONIST GIRL : 30

53.5K 7.4K 719
                                    

Oh ya, aku mau ngingetin buat yang muslim, plis jangan pernah percaya kalau transmigrasi/reinkarnasi itu ada ya? Transmigrasi itu ga ada dalam agama kita! Jangan cuma gara gara cerita ini, kalian jadi ngira kalau transmigrasi itu beneran ada ya. Ga boleh percaya yg gitu gituan, dosa. Cerita ini cuma karangan semata guys.

•••••

Seorang gadis sedang terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit dengan wajah yang sangat tenang, dan jangan lupakan bibir pucat nya yang persis seperti mayat.

Segala alat medis menempel ditubuh gadis cantik itu. Di sofa ruangan pun terdapat beberapa orang, ada Elin, Aluna, Shaveera, Vanya, Rhea, Abraham, Ravel, Algarick, Bisma dan Edgar. Mereka semua sedang khawatir akan kondisi Aruna saat ini.

Setelah hening beberapa saat, pintu ruang inap milik Aruna terbuka, lalu menampilkan 2 orang yang berbeda jenis disana.

Ceklek!

Dibalik pintu itu ada Jia dan Nicholas yang tiba-tiba muncul dengan raut wajah khawatir. "Aruna, Aruna gimana? Gimana keadaan dia? Dia ga kenapa kenapa kan?" Melihat orang-orang hanya menunduk dan tak memberikan respon apapun, Jia mendekat ke arah Elin lalu memaksa wajah gadis itu agar menatapnya. "El? Aruna ga kenapa kenapa kan?"

Elin mendongakkan kepalanya menatap ke Jia lalu menggeleng. "kata dokter... kondisi Aruna lumayan parah, dia kehilangan banyak darah. Tapi tenang aja, dia udah dapat pendonor, jadinya kita tinggal nunggu dia kembali sadar."

Badan Jia terkulai lemas saat itu juga. "gue gagal ya jadi sahabat buat dia?... harusnya tadi gue ga ke toilet biar bisa nolongin dia,"

"Bukan salah lo." Celetuk Nicholas sembari mengusap bahu milik Jia guna memberikan gadisnya itu ketenangan dan kenyamanan.

Jia menggelengkan kepalanya. "ga! Ini semua salah gue las. Andai tadi gue ga ninggalin dia, pasti gue masih bisa ngelindungin dia." Gadis itu menahan tangisnya yang sangat ingin tumpah saat ini juga. Ada rasa sesak yang menjalar di tubuhnya saat mengetahui bahwa sahabatnya itu sedang terbaring lemah di depan matanya sendiri.

Drrrttt!

Ponsel milik ayah Aruna berdering disaat yang tidak tepat, atensi beberapa orang yang sedang menjenguk Aruna tiba tiba tertuju pada Abraham.

"Maaf, saya mau angkat telfon dulu." Mereka hanya mengangguk mengiyakan perkataan dari ayah Aruna.

Abraham keluar untuk mengangkat telfon tadi, lalu kembali masuk setelah selesai.

Abraham melihat ke arah Aruna lalu beralih menatap orang orang yang menjenguk putrinya itu. "Maaf, saya ada meeting penting hari ini, jadi saya titip putri saya."

Vanya berdiri karena tak setuju dengan perkataan suaminya itu, bagaimana bisa seorang ayah lebih mementingkan pekerjaan daripada putrinya sendiri? Apa dia benar-benar ayah dari Aruna? "Mas? Pekerjaan kamu itu masih bisa ditunda! Apa pekerjaan kamu itu lebih penting dari anak kamu sendiri? Darah daging kamu sendiri?!"

"Silahkan pergi. Jika bisa jangan kembali kesini, Aruna tidak membutuhkan ayah yang tak berperasaan seperti anda." Suara rendah dan pelan milik Ravel itu mampu mengintimidasi Abraham saat ini.

Abraham menatap marah ke arah Ravel, namun lelaki yang ditatap seperti itu hanya menatap datar ke arahnya. "Suara anda mengganggu pendengaran, silahkan keluar. Soal administrasi biar saya yang urus, anda tidak perlu khawatir karena uang anda akan terbuang untuk membayar biaya pengobatan Aruna." Ravel lalu menatap satu persatu orang yang sedang duduk sembari menatap ke arah brankar Aruna.

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now