ANTAGONIST GIRL : 21

64.9K 8.4K 412
                                    

Aruna menarik kursi yang masih kosong itu lalu duduk santai disana, bahkan dia mengambil kacang yang berada di meja guru itu untuk di jadikan cemilan.

Guru guru yang ada disana hanya bisa menggeleng melihat tingkah murid mereka yang satu ini. "Aruna?"

Aruna menatap guru di depannya ini dengan tatapan bertanya sambil memakan kacang itu.

"Kamu kapan mau berubah Aruna?" Tanya guru itu sudah terlihat putus asa atas semua tingkah Aruna.

Aruna tampak berpikir sejenak. "Kapan kapan."

"Coba lihat mereka" gitu itu menunjuk ke arah Shaveera dan Gladys dkk yang sedang tampak menahan tangisnya, dasar drama queen.

"Males ah, mau mual bawaannya kalau liat muka para lonte gocengan kayak mereka" ucapnya santai.

Guru yang berada di depannya itu menatap Aruna tak percaya karena telah mengatakan hal yang tidak sepantasnya keluar dari mulut gadis itu. "Aruna! Apa kamu pernah di ajarkan sopan santun oleh kedua orang tua kamu?"

"Ga pernah. Lagian mereka sibuk kerja, mana sempat buat ngajarin saya"

Guru itu hanya menghela nafasnya saja, juga merasa sedikit bersalah sudah bertanya seperti itu pada anak muridnya yang satu ini. "minta maaf sama mereka lalu kerjakan hukuman yang diberikan."

Aruna menatap sekilas ke arah para korban itu. "najis! Lagi pula bukan salah saya juga. Mereka duluan yang cari masalah!"

Aruna melirik kembali ke arah Shaveera dan Gladys. "makanya kalau masih cupu itu jangan sok jagoan, giliran di senggol balik aja nangis lo pada"

"Saya tidak terima penolakan!"

"Dih si bapak udah kek cowo cowo di wp aja ga terima penolakan. Saya juga ga terima pemaksaan."

"ARUNA!" Bentak guru tersebut karena sudah tak tahan dengan segala tingkah Aruna.

"APA?!" Karena cukup kesal juga jadinya Aruna membentak balik guru itu.

"Tolong. Kamu minta maaf sama mereka atau saya beri hukuman?" Ancamnya.

Aruna berdecih sinis ke arah mereka semua. "mending di hukum daripada mengakui kesalahan yang sama sekali bukan salah saya!"

Guru itu bingung akan usia pikiran Aruna. "yasudah, sekarang kamu lari keliling lapangan selama 50 putaran!"

Gila! Apa guru ini sedang ingin membunuhnya? Ini sih namanya pembunuhan berencana!

Namun karena tidak ingin ambil pusing jadinya Aruna menurut saja daripada harus menurunkan harga dirinya di depan para tikus tikus ini bukan?

Aruna tanpa mengatakan satu kata pun keluar dari ruang guru. "mereka bilang apa?, Mereka ga apa apain lo kan?" Tanya Jia sembari memutar tubuh Aruna kesana kemari untuk memeriksa apa ada luka atau tidak.

Aruna melepaskan tubuhnya dari kedua tangan Jia. "Ck, gue ga diapa apain! Cuma dihukum doang."

Elin mengernyitkan dahinya bingung. "di hukum apa?"

Aruna menoleh pada Elin. "cuma lari keliling lapangan."

Kedua temannya itu hanya menganggukkan kepalanya mengerti. "berapa kali putaran?" Tanya Jia.

"Ga banyak, cuma 50 ×" ucapnya enteng sambil berjalan ke arah lapangan.

"Ohh--- eh? Apa tadi kata lo?!"

"50 × putaran."

Mata Elin dan Jia membulat. "oh watdepak demi apa anjg?!"

Jia membuka almamater nya lalu menggulung lengan seragamnya setelah itu mengambil ancang-ancang untuk measuk melabrak orang yang ada di ruang guru itu namun di tahan oleh Elin.

"Jangan buat masalah! Nanti Aruna yang kena lagi."

"Udah ayo! Kita temenin sampai hukuman lo selesai."

••••

Di tengah tengah Aruna menjalani hukumannya itu, dia tidak sengaja melihat siswa yang sedang berlari di lapangan, seperti nya dia juga di hukum. Tapi tunggu! Aruna belum pernah melihat orang itu sebelumnya, apa murid baru? Entahlah, Aruna tak ingin berpikir lagi, mending dia melanjutkan hukumannya yang masih 37 putaran itu.

Setelah selesai melaksanakan hukumnya itu, Aruna melihat ke arah rooftop dan mendapati ada seseorang yang memakai jubah hitam sedang menodongkan pistol ke arahnya.

Dor!

Saat suara tembakan itu terdengar, semua siswa dan siswi yang ada di sma cakrawala langsung berlari ke arah suara tembakan itu alis ke lapangan dan melihat ada Aruna yang sedang memegang lengannya karena terkena peluru dari orang tadi. Walaupun tembakan itu meleset tapi tetap saja sempat mengenai lengan Aruna sedikit.

"ARUNA!" Melihat Aruna yang terkena tembakan itu, Jia, Elin dan ada 1 murid laki-laki juga yang tadi sempat Aruna lihat sedang berdebat sengit dengan Jia, berlari ke arah dengan tergesa-gesa.

"Lo gapapa?" Tanya Elin pada Jia

Jia menggeplak kepala Elin karena kesal. "udah lo liat dia kena peluru masih aja lo tanyain gapapa? Ya jelas dia kenapa kenapa lah tolol!" Jia membantu Aruna untuk pergi ke uks yang di bantu Elin dan juga murid laki-laki tadi. Aruna ingat, murid laki-laki ini yang tadi sempat ia liat di lapangan sedang berlari juga, mungkin sedang mengerjakan hukuman?

Saat di pertengahan jalan, Aruna, Elin dan Jia kaget karena tiba-tiba tubuh Aruna melayang. Ya, Ravel tiba tiba datang entah darimana langsung menerobos mereka ber4 lalu mengambil alih Aruna dari mereka. Dia menggendong Aruna ala bridal style sambil berlari, mungkin karena takut Aruna kenapa kenapa jika lambat sedikit? Padahal itu hanya luka kecil.

Saat sampai di depan pintu uks, Ravel menendang pintu itu membuat orang yang berada disana tersentak kaget.

"Ada apa kak?" Tanya dokter yang ada disana.

Ravel menurunkan Aruna di atas brangkar lalu beralih menatap dokter itu. "lengan temen saya habis kena tembakan tadi. Tapi ga terlalu parah karena tembakannya meleset. Saya titip dia sebentar."

Ravel mengusap pelan surai hitam milik Aruna yang sedang terbaring di atas brangkar itu. "tunggu disini. Gue ada urusan sebentar, nanti gue balik lagi." Ucapnya kemudian mencium kening Aruna yang membuat dokter yang berada di samping Ravel membulat kan matanya kaget.

Dokter itu tersenyum mengejek. "temen apa pacar dek?"

Ravel menatap dokter itu datar. "teman hidup." Setelah mengatakan itu Ravel pergi dari uks dan mendapati Elin, Jia dan 1 murid laki-laki sedang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. "lo kenapa nyium Aruna gue?! El!!! Liat El! Keningnya Aruna udah ga perawan lagi!" Ucap Jia lalu menundukkan kepalanya menangis di bahu Elin sambil mendramatis, yang yang melihat nya saja jengah dengan setiap tingkah absurd Jia.

Sebelum pergi dari hadapan teman teman Aruna, Ravel menatap orang yang berada di samping Jia, kedua orang itu saling mengeluarkan tatapan sengitnya masing-masing. Jia yang melihat adegan tatap tatapan itu langsung menjelaskan siapa lelaki yang berada di sampingnya itu. "oh, ini namanya Nicholas. Dia binatang peliharaan gue yang tercintahhhhhh," ucapnya yang membuat Ravel mengangguk lalu pergi, padahal saat itu Nicholas sedang mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengannya namun di tinggali begitu saja.

Jia menatap ke arah Nicholas. "kasian ya lo...ngulurin tangan eh malah ditinggal. Udah kek yang baca aja, di ghosting crush nya mulu. Yang sabar ya" ucap Jia menatap Nicholas dengan tatapan kasian yang dibuat buat.

Jangan lupa vote dan komen, love u gurl!

Kalian dari kota mana aja nih? Siapa tau ada yang sekota sama aku

Ayo kita main kapal kapalan!

Aruna-Algarick?
Aruna-Ravel?
Atau ngeship Aruna sama yg lain?
Elin-edgar?
Jia-Nicholas?

ANTAGONIST GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang