ANTAGONIST GIRL : 20

68.4K 8.7K 244
                                    

Setelah memberikan sedikit hukuman kecil untuk Shaveera, Aruna keluar dari gudang itu meninggalkan Shaveera yang tak sadarkan diri karena ulahnya itu.

Bisa di tebak, bahwa nanti akan ada panggilan untuknya dari para guru karena telah berbuat ulang pada kakak kelasnya dan juga pada Shaveera.

Tapi Aruna tidak peduli, lagipula itu salah mereka sendiri bukan? Aruna terus berjalan dan tidak sengaja bertemu dengan Caramel. Apa masih ada yang mengingat Caramel?

Caramel sedaritadi berkeliling sekolah hanya untuk mencari Aruna karena di suruh oleh seseorang. "Na, lo di suruh ke rooftop."

Aruna mengernyit bingung. "sama siapa?" Tanya nya pada Caramel.

"Itu, Ravel."

Lagi lagi Aruna mengernyit. "buat apa?"

"Ya mana gue tau! Mending lo kesana deh, gue udah kek mau hancur berkeping-keping gara gara keliling sekolah buat nyari lo doang!"

Aruna mengangguk lalu berjalan meninggalkan Caramel yang masih mengoceh tidak jelas.

"Aruna sialan! Gue lagi ngomong malah ditinggal."

Aruna berjalan ke arah rooftop dan saat telah sampai di sana, Aruna melihat Ravel sedang berdiri, dia ingin mendekat namun terhenti karena dia melihat ada asap rokok. Ya, Aruna anti dengan yang namanya berbau rokok.

Tanpa menoleh ke arah Aruna, Ravel tiba tiba berkata. "kenapa diem disitu?"

"Gue ga suka bau rokok."

Ravel menatap Aruna lalu beralih menatap rokok yang terjepit diantara jari jarinya.

"Lo mau gue buang rokoknya?" Tanya Ravel pada Aruna yang langsung diangguki oleh gadis itu.

Ravel berjalan maju lalu sedikit menunduk untuk menyamakan tingginya dengan tinggi Aruna. "asal lo mau ganti pakai bibir manis lo itu."

Aruna tertegun sejenak lalu mengusir pikiran kotornya itu. "ngawur!"

Aruna melangkah mundur sedikit lalu bertanya pada Ravel. "kenapa lo manggil gue?"

Ravel membuang rokok yang sedaritadi dia isap itu lalu menarik tangan Aruna untuk berjalan ke arah sofa yang tersedia di rooftop itu sebelum menjawab pertanyaan dari gadis tersebut.

Aruna lalu duduk saat Ravel menepuk nepuk sisi sofa yang masih kosong itu. "Kenapa?" Tanya Aruna, Aruna bukan tipe orang yang suak basa basi, dia lebih suka jika orang yang sedang ingin membicarakan sesuatu itu langsung to the point.

Ravel melirik sekilas ke arah Aruna lalu tersenyum. "tadi lo apain Shaveera?"

Pertanyaan itu mampu membuat mood Aruna hancur, jangan kan melihat wajah milik Shaveera, mendengar namanya disebut saja sudah membuat nya mual.

"Cuma ngasih pelajaran dikit."

Ravel mengangguk anggukan kepalanya lalu menatap manik mata milik Aruna. "lakuin semua yang lo mau. Apapun itu gue bakal selalu dukung lo. Gue bakal selalu ada di belakang lo buat lindungin lo dari berbagai serangan."

Aruna bingung. Sejak bertemu Ravel, lelaki ini selalu mengatakan hal hal yang membuatnya selalu memikirkan semua hal tentang Ravel.

"Maksud lo?"

Ravel merapikan rambut Aruna yang tadi tertiup angin sambil tersenyum manis yang membuat siapapun melihat itu akan tersihir.

Aruna tidak pernah menolak segala perlakuan dari Ravel. Entah kenapa dia selalu merasa aman ketika berada bersama lelaki ini. Dia tidak berbohong, jika di tempat lain Aruna selalu merasa di awasi dan merasa tidak aman maka jika sedang bersama Ravel, perasaan itu mendadak hilang, dia akan lebih tenang jika berada di sekitar Ravel. Lelaki seperti memiliki jimat yang mampu membuat orang orang jahat tidak berani menyentuh Aruna walau seujung rambut pun.

Aruna selalu merasakan ketulusan pada perlakuan Ravel. Walaupun Ravel tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintai Aruna, namun Aruna selalu merasa dihargai jika berada di samping Ravel. Ravel tidak pernah berbuat kasar ataupun memberikan lontaran buruk pada jiwa Aruna asli dulu. Disaat Algarick dan teman temannya selalu melontarkan kalimat menyakitkan untuk Aruna, maka Ravel hanya akan diam.

Aruna membalas tatapan dari Ravel. "kenapa lo selalu buat gue bingung?"

Ravel kelihatan seperti sedang berpikir. "mungkin biar nama gue selalu ada di otak lo, otomatis lo bakal selalu mikirin gue." Ucapnya mampu membukam mulut Aruna.

Setelah keheningan yang mereka berdua ciptakan sendiri, Aruna tiba tiba salfok pada jakun milik Ravel. Tangannya bak tersihir yang tiba tiba menyentuh jakun milik lelaki itu dengan jari jempolnya sambil mengusap nya pelan.

Ravel hanya diam saat gadis di depannya ini berani sekali menyentuh bagian yang termasuk daerah dangerous bagi para lelaki.

Aruna beberapa kali mengusap itu tanpa memperdulikan Ravel yang sedang menahan  iblis dalam dirinya yang sangat ingin memiliki gadis di depannya ini secara utuh.

"Jakun lo lucu" ucapnya lalu tertawa keras karena seperti ada kupu kupu yang beterbangan di perutnya saat melihat jakun Ravel naik turun.

Ravel ikut tersenyum melihat tingkah Aruna saat ini. Jarang sekali dia melihat Aruna tertawa lepas seperti saat ini.

"Una..." Gumam Ravel yang masih bisa di dengar oleh Aruna.

Aruna mengernyit bingung. "Una? Una siapa?"

Ravel beralih menatap Aruna yang sedang kebingungan itu. "Aruna, gue singkat jadi Una."

Bibir Aluna terasa kelu mendengar itu namun ia tetap mengangguk.

"Tetep ketawa atau senyum kayak gini ok? Karena kalau sampai gue liat air mata lo netes 1 tetes aja, bakal gue buat hidup orang itu bak di neraka."

Aruna menatap serius ke arah Ravel. "kenapa lo mau lakuin itu buat gue?"

Ravel kembali membalas tatapan dari Aruna. "mungkin karena kehadiran lo penting buat gue?"

••••

"PANGGILAN ATAS NAMA ARUNA CLARYA WINNELSON AGAR SEGERA KE RUANG GURU!" suara panggilan itu menggema di sma Cakrawala.

"SEKALI LAGI, PANGGILAN ATAS NAMA ARUNA CLARYA WINNELSON AGAR SEGERA KE RUANG GURU SECEPATNYA!"

Aruna sudah tau bahwa ini akan terjadi, dimana dia akan terkena hukuman karena kelakuan nya pada Gladys dkk dan tuan putri kesayangan kita semua, siapa lagi jika bukan Shaveera?

Aruna dengan ogah ogahan berjalan ke ruang guru yang di temani oleh Jia dan Elin.

Saat sampai di depan pintu ruang guru, Aruna melarang Elin dan Jia untuk ikut masuk. "kalian tunggu disini aja. Biar gue masuk sendiri." Ujarnya lalu melangkah masuk namun tangannya di cekal oleh Elin.

"Kalau sampai lo di apa apain di dalam gimana? Lo cuma sendiri. Sedangkan lo tau kalau Shaveera itu licik."

Aruna tersenyum simpul mendengar itu "kalau mereka licik maka gue mematikan." Ucapnya lalu masuk ke ruang guru itu tanpa rasa takut sedikitpun, Aruna melihat sudah ada Shaveera dan Gladys dkk yang sudah duduk disana.

Hola! Menurut kalian, konflik cerita ini gimana? Aman aman aja atau menguras otak?

Komen yang sering manggil aku teh Lily itu lucu bgt😭💗

Sayang banget sama readers yang sering vote apalagi yang sering komen, komennya lucu semua sumpah!😡💗

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now