ANTAGONIST GIRL : 27

57.2K 7.7K 495
                                    

Ditengah tengah mereka berdua sedang bertatapan, Aruna tersadar lalu menggelengkan kepalanya cepat.

Aruna pergi meninggalkan tempat itu, dia berlalu begitu saja tanpa menyadari seseorang sejak tadi menyaksikan aksi yang dia lakukan saat bersama Algarick.

Aruna berjalan menuju taman di belakang rumahnya, tempat ini memang selalu menjadi favorit baginya. Ia duduk di salah satu bangku yang ada di sana sembari memejamkan matanya sambil mendongakkan kepala menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajah indahnya itu.

Aruna tiba-tiba teringat akan sesuatu, dia merindukan kedua orangtuanya saat ini. Dia sangat ingin memeluk kedua orangtuanya dengan erat, dia juga sangat ingin bermanjaan kepada sang atm berjalan nya itu. Dia merindukan bundanya yang setiap hari akan mengomelinya karena tidak bisa diam barang sejenak saja. Dia merindukan pelatihnya, dia merindukan miya sahabatnya, dan juga...dia merindukan orang yang pernah membuatnya naik pitam karena telah mengambil ciuman pertamanya.

Aruna menatap langit sambil menahan tangis. Tidak! Dia tidak boleh menangis hanya karena hal sepele kan? Dia adalah gadis kuat. "Bunda sama ayah apa kabar ya?..."

Aruna menunduk sambil menggerak-gerakkan kakinya pada rumput di bawahnya itu sambil misuh misuh sendiri, jangan lupakan bibirnya yang terus cemberut karena memikirkan nasib kedua orangtuanya. Dia begitu khawatir kepada orang tuanya saat pertama kali mendapat pesan teror itu. Ya, yang dilihat Aruna pada ponselnya saat itu adalah orang tuanya yang sedang di sekap dengan segala luka di tubuhnya. Aruna saat itu menangis, dia ingin sekali menghukum orang yang melakukan hal itu, namun dia tidak tau orangnya siapa dan bagaimana cara dia mengambil foto itu lalu mengirimnya pada Aruna, bukankah dunia mereka berbeda? Jadi bagaimana caranya orang itu mengambil foto kedua orangtuanya lalu mengirim itu kepadanya? Itu yang selalu muncul di benak Aruna.

Di sela sela dia berpikir siapa pelaku sebenarnya, ada sebuah anak panah yang melaju kencang ke arahnya.

Deg!

Tubuh Aruna seakan menjadi patung saat ini. Tidak! Aruna bukan kaget karena dia terkena anak panah itu, tetapi karena ada seseorang yang menarik kencang tubuhnya dari belakang hingga membuat Aruna yang tadinya duduk beralih ke berdiri dan menubruk dada bidang seseorang.

Saat Aruna menoleh sedikit ke arah belakang sembari mendongak agar bisa melihat wajah orang yang telah menyelamatkannya tadi. Tatapan gadis itu bertubrukan dengan tatapan milik seseorang yang menyelamatkannya tadi. Aruna seperti merasa tidak asing dengan tatapan orang ini, bukan hanya itu, dia juga merasakan setiap berdekatan dengan orang ini, Aruna selalu merasakan sensasi yang aneh, dia seperti pernah merasakan hal ini ketika sedang berdekatan dengan seseorang di kehidupan sebelumnya.

Tangan lelaki itu memeriksa beberapa titik di tubuh Aruna untuk memeriksa apa ada luka atau tidak. Namun Aruna tiba-tiba mengarahkan tangannya pada rahang tegas lalu beralih ke pipi orang itu, dia mengusapnya perlahan sambil menatap manik mata orang yang ada di depannya ini. "Ravel Xavier Alexander, kenapa tiap ada di dekat lo...gue selalu ngerasa ga asing sama lo? Lo siapa sebenernya?" Ya, orang itu adalah Ravel.

Tangan Ravel terangkat untuk mengusap jemari Aruna yang masih setia mengusapi pipinya, sedangkan tangan yang satunya masih berada pada perut rata milik Aruna, Ravel tersenyum simpul mendengar pertanyaan random dari gadis di depannya ini. "gue ya?...gue orang yang telah gagal jagain lo dulu. Tapi kali ini, kejadian itu ga akan terulang lagi." Aruna menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi mengusap lembut pipi milik Ravel.

Ravel juga menyudahi aktivitas nya yang mengusap jemari milik Aruna, dia beralih menarik tengkuk Aruna sepelan mungkin lalu memiringkan kepalanya, wajah mereka semakin dekat dan Aruna juga telah menutup rapat matanya.

Namun saat wajah mereka tinggal beberapa centi lagi, Ravel berhenti mendekatkan wajahnya pada Aruna, dia menatap wajah gadis itu dengan seksama dari jarak yang bisa dikatakan sangat dekat. Aruna yang merasakan tidak terjadi apa-apa membuka matanya dan mendapati wajah Ravel di depan wajahnya yang hanya tersisa beberapa centi lagi.

Aruna mengalihkan tatapannya karena malu, dia kira Ravel akan menciumnya, namun ternyata tidak. Aruna dengan kasar melepaskan tangan kekar milik Ravel yang masih bertengger di perut dan juga tengkuknya, setelah itu ia berlalu begitu saja namun ada tangan yang menarik nya hingga lagi dan lagi ia menubruk tubuh Ravel, kali ini tangan Ravel melingkar di pinggang rampingnya dan tangan satunya lagi menarik pelan tengkuknya hingga Aruna merasakan ada sesuatu yang kenyal sedang menempel di bibirnya. Bibir mereka hanya sekedar menempel saja, sedangkan Aruna sudah berontak ingin melepaskan diri dari Ravel namun tak bisa, tangan Ravel malah semakin erat memeluk pinggang nya. Ravel menjauhkan wajahnya sedikit dari wajah Aruna lalu tersenyum tipis. "ini kan yang lo mau?"

Aruna menggeleng dengan tegas. "ga lah! Gila aja lo, lepasin ga?!" Bentaknya pada Ravel, namun sebenarnya yang dikatakan Ravel itu memang ada benarnya sedikit.

Ravel kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Aruna, dia kembali mempertemukan bibir mereka berdua, namun kali ini berbeda dari yang tadi, jika tadi bibir mereka hanya sekedar menempel, maka sekarang Ravel memberikan sedikit lumatan kecil pada bibir Aruna. Ia melumat bibir Aruna penuh kelembutan, namun kali ini lebih menuntut. Aruna tak membalas ciuman itu sama sekali, dia hanya diam saja karena kaget. Lagi lagi dia merasakan hal aneh. Dia merasa seperti pernah merasakan ciuman yang di beri oleh Ravel kali ini.

Ravel menyudahi aktivitasnya pada bibir Aruna dan beralih menatap gadis itu yang masih terpaku akan ulahnya tadi. "bibir lo yang sekarang ga kalah manis sama bibir lo yang dulu," ujarnya yang membuyarkan lamunan Aruna.

Ravel kembali berucap. "dan ini yang kedua kalinya kan?" Aruna tertegun akan hal itu, perkataan Ravel benar benar selalu membuatnya bingung.

Tiba-tiba saja Ravel melepaskan tangannya dari pinggang Aruna lalu beralih ke salah satu pohon yang ada anak panah penancao yang hampir menghantam tubuh Aruna tadi. Di anak panah itu terdapat sebuah surat.

Namun saat ravel membukanya, dia tersenyum miring melihat hal itu lalu memberikan kertas tadi pada Aruna. Di kertas itu tertulis 'r.a . z.a' lalu 'mansion w' dan 'N.G'

Lagi lagi dia mendapati kode tersebut untuk yang kesekian kalinya. Kira kira apa maksud dari kode itu?

Ravel merebut kertas itu dari tangan Aruna. "ga usah dipikirin. Mending lo makan, tadi lo belum selesai makan kan?" Ucapnya melihat Aruna yang terus menyentuh bibirnya sambil melamun.

Ravel tersenyum melihat hal itu. "kenapa? Mau lagi ya?"

Ucapan Ravel membuyarkan lamunan Aruna saat itu. "sinting ya lo?!" Aruna berjalan pergi dari hadapan Ravel dengan wajah masam yang dibuat buat. Sedangkan Ravel mengikutinya dari arah belakang.

"Hati hati jalannya! Kalau lo sampai jatuh gara gara gaun itu, tokohnya bakal gue robohin."

Target kali ini 400 vote+180 komen

Lagi berlayar di kapal
Aruna-ravel?
Atau
Aruna-Algarick?

Say hai dulu ke Ravel

Say hai dulu ke Ravel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now