ANTAGONIST GIRL : 37

44.7K 5.4K 649
                                    

Typo bertebaran!

••••••

Tangan Ravel mulai mengobati luka luka Aruna di bagian wajah dan tubuh lainnya. Nun ia masih ingat batasannya, jadi tak sampai disitu juga.

Setelah selesai mengobati Aruna, Ravel memberikan kotak p3k yang masih setengah terbuka itu pada Aluna, alhasil Aluna menutupnya namun tiba-tiba saja tangannya terluka karena tak sengaja terjepit saat menutup kotak itu. Padahal hanya terjepit sedikit, tapi kenapa darahnya sebanyak ini?!

Aruna dan Ravel yang melihat hal itu pun juga ikut kaget. Buru-buru Ravel mengambil alih kotak p3k itu lalu membersihkan luka Aluna dengan telaten. Jika boleh jujur, Aruna merasa sedikit cemburu melihat Ravel mengkhawatirkan Aluna seperti saat ini.

Gadis itu menatap datar ke arah orang yang tengah sibuk mengobati luka yang ada di tangan Aluna. "Ck!" Suara decakan itu mampu membuat Ravel dan Aluna mengalihkan pandangannya ke arah Aruna.

"Apa liat liat! Mau gue colok mata lo?!" Sinis Aruna pada Ravel yang menoleh dengan pandangan bertanya ke arahnya. Apa semua laki-laki itu sama? Sama-sama memiliki sifat tidak peka terhadap pasangan mereka? Dasar!

Ravel tak memperdulikan ucapan Aruna, laki-laki itu kembali melanjutkan aktivitasnya untuk mengobati tangan Aluna.

"Udah." Singkat Ravel kemudian menoleh ke arah Aruna, dapat dilihat bahwa gadis itu kini diselimuti aura dingin. Ravel saja kadang ngeri sendiri melihat sisi lain Aruna.

Tangan Ravel memainkan bulu mata lentik milik Aruna, sedangkan gadis yang diperlakukan seperti itu? Gadis itu hanya menatap sinis ke arah Ravel. Apa laki-laki di depannya ini benar-benar tak merasa bersalah sama sekali karena telah mendiaminya tadi? "Una nya avel kenapa?"

Gadis itu masih tak bergeming sama sekali.

"Mau nyolok mata orang."

Ravel sama sekali tak kaget akan hal itu. Laki-laki itu malah mendekatkan wajahnya ke arah Aruna guna untuk memberi akses gadisnya itu untuk mencolok mata nya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, Aruna akhirnya benar-benar mencolok mata tajam milik Ravel.

Sedangkan Ravel yang matanya di colok seperti itu? Dia hanya memejamkan matanya sejenak, setelah itu membukanya kembali sembari menggeleng dan berkedip beberapa kali untuk menetralkan penglihatannya.

"Runa, kasian mata Ravel, astaga!" Aluna menegur Aruna saat gadis itu memasang tampang tak berdosa setelah melakukan itu pada mata Ravel.

Gadis yang di tegur pun hanya melirik sekilas ke arah Aluna yang terlihat khawatir pada kekasihnya itu. "Sakit ga?" Tanya Aruna yang Ravel mengucek matanya. Salah sendiri bukan? Ravel sendiri yang menawarinya untuk mencolok matanya itu.

Ravel kembali menatap Aruna yang masih memasang ekspresi datar, sedatar ekspresi dirinya. Mungkin ketika mereka menikah nantinya, anak mereka akan menjadi dinding.

"Sini," ucapnya menepuk bahu miliknya, bertujuan agar Ravel bersandar di bahunya. Ravel sendiri hanya menurut, mana mungkin dia menolak. Mustahil.

Ravel mendekat ke arah Aruna lalu menenggelamkan kepalanya pada celuk leher Aruna sembari memeluk pinggang gadisnya itu dari samping.

Mata Aluna terbelalak melihat adegan di depannya ini, apakah dia memang ditakdirkan selalu menjadi penonton setia setiap adegan romantis yang dilakukan oleh Aruna dan Ravel? "Aku harap kamu bisa jaga batasan kamu rav, aku gak mau Aruna sampai kenapa-kenapa gara-gara kamu." Ucap gadis itu dengan tatapan sendu.

Tanpa melihat ke arah Aluna, Ravel menjawab perkataan Aluna tanpa beranjak dari tempat ternyamannya saat ini. "Gue bukan cowok tolol yang bakal ngerusak ceweknya sendiri dengan alasan gak mau ditinggalin. Ngehancurin masa depan cewek yang sedari dulu selalu gue jaga sama dengan ngehancurin diri gue sendiri. Aruna adalah bagian dari diri gue. Saat dia ngerasa sakit, gue juga bakal rasain hal yang sama. Saking eratnya ikatan takdir gue sama dia, bahkan saat dia terdampar disini, gue juga ikutan terdampar. Tuhan seakan ngasih kode kalau gue sama Aruna gak bisa dipisahkan, bahkan oleh maut sekalipun."

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now