ANTAGONIST GIRL : 36

42K 5.9K 174
                                    

Tok tok tok!

Suara ketukan itu terdengar nyaring oleh beberapa asisten rumah tangga keluarga winnelson.

Ceklek!

Laki-laki berbadan tegap itu muncul ketika seorang pelayan membuka pintu. "Cari siapa den?"

Orang yang ditanyai oleh pelayan itu tersenyum tipis. "Aruna nya ada?"

Pelayan tadi terlihat gugup, membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya curiga. Takut jika ada hal yang tak diinginkan yang akan terjadi pada gadisnya. Ya, laki-laki itu adalah Ravel.

"Saya juga gak tau den, tapi mungkin non Luna tau, mau saya panggilkan dia saja?" Tawar pelayan itu.

Ravel ingin menolak, namun ia juga penasaran akan kondisi gadisnya itu, terpaksa ia mengangguk pasrah.

Pelayan itu tersenyum lalu berlalu begitu saja dari hadapan Ravel. "Silahkan masuk den, saya panggilkan non Luna dulu,"

Ravel mendudukkan dirinya di atas sofa empuk yang tersedia disana, beberapa menit kemudian, seorang gadis cantik berjalan kearahnya menggunakan kaos polos berwarna biru muda kebesaran dengan celana hotpants. Dia adalah Aluna.

Aluna tersenyum ke arah Ravel sembari mendudukkan dirinya di sofa yang berlawanan arah dengan Ravel. "Kenapa rav?"

"Lo tau Aruna dimana?" Tanyanya to the point pada Aluna.

Aluna menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu, dengan ragu-ragu ia menjawab. "Gak. Tapi mungkin dia bakal balik bentar lagi deh, tunggu aja kalau mau," ucapnya tersenyum canggung.

Aluna sama sekali tak berbohong, saat ia melihat Abraham menyeret Aruna, ia tak tahu kemana Aruna di seret oleh Abraham, saat ia ingin mengikuti adiknya itu, ia ditahan oleh Vanya agar tak mencampuri urusan Abraham dan Aruna, karena bisa-bisa bukan hanya Aruna yang terkena imbasnya, namun juga Aluna.

Ravel menghela nafas kasar. Perasaannya tidak enak, seakan ada sesuatu yang huruk telah terjadi pada gadisnya itu. Namun ia lupa bahwa Aruna lebih kuat dari yang ia bayangkan. Ketika ada seseorang yang bisa mengalahkan Aruna dengan mudahnya, percayalah, itu hanya tipu muslihat Aruna saja. Gadis itu memang suka sekali terlihat lemah di hadapan musuhnya, namu tak ada yang tahu dengan tak tik mematikan yang telah ia susun rapih.

"Mau nunggu aja rav? Kalau mau, aku suruh pelayan buat buatin kamu minuman sama cemilan,"

Ravel menggeleng tanda tak mau, ia hanya fokus memikirkan Aruna, gadis yang paling ia istimewakan. Rasanya, Ravel ingin mengacak-acak rumah ini untuk mencari keberadaan Aruna, namun ia masih mempunyai sopan santun.

Sudah sekitar 20 menit Ravel duduk tanpa bergeming di sofa itu, namun sekarang ia tak ingin menunggu lagi. Ia tahu bahwa Aruna ingin mengatakan sesuatu padanya mengenai Aruna, namun gadis itu terlihat takut, seakan-akan ketika ia mengatakan itu, ia akan disakiti.

"Gue tau lo mau ngomong sesuatu, ngomong aja, gak ada yang bisa nyakitin lo selama ada gue disini." Suara Ravel membuat kepala Aluna mendongak sedikit untuk menatapnya, dapat dilihat di mata gadis itu terdapat kekhawatiran yang sangat besar. Tak kala besar dari kekhawatiran Ravel.

Aluna menetralkan nafasnya lalu melirik ke arah sekeliling untuk memastikan keadaan aman atau tidak. Setelah merasa bahwa keadaan aman, Aluna menatap Ravel lalu mengode laki-laki itu untuk mendekat ke arahnya. Ravel menurut saja. "Tadi aku liat papah seret Aruna, tapi aku gak tahu dia bawa Aruna kemana," gadis itu berkata dengan sorot mata yang terluka saat mengingat cara Abraham menyeret Aruna bak binatang tadinya. Walaupun Aruna salah, orang tua tidak berhak untuk bermain tangan kepada seorang anak. Tidak ada sedikitpun pembenaran dalam hal itu. Jika memang salah, maka tegur dengan cara yang baik-baik, bukan malah bermain tangan, karena hal itu bisa saja mempengaruhi kesehatan mental sang anak.

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now