ANTAGONIST GIRL : 41

38.2K 5.5K 837
                                    

Typo bertebaran!
⚠️Harap bijak dalam berkomentar⚠️

Ada yang nunggu aku up gak sih?

••••

"STOPP!!" Gadis yang baru saja menjadi bahan perdebatan antara ayah dan pacarnya itu menutup telinga nya dengan tangan yang bergetar.

"Lo" tunjuk Aruna pada Ravel. "Gak usah sok belain gue."

"Dan lo" tunjuk nya pada Abraham yang masih terdiam setelah ucapan Ravel tadinya. "Kesalahan apa yang sudah saya perbuat sampai anda sebenci ini terhadap saya? Kenapa anda selalu membandingkan saya dengan dia? Seburuk itu kah saya sampai anda enggan untuk menganggap saya anak?" Ucapnya parau. Sungguh! Ia sangat heran dengan ayah Aruna. Anak macam apa yang orang ini ingin kan sebenarnya?

Melihat keadaan sudah tak terkendali, Vanya akhirnya berdiri dan menarik putrinya agar mundur dari kedua orang yang sedang berdebat itu. Ia sangat prihatin terhadap putrinya ini. "Sudah! Apa kalian tidak malu di dengar oleh orang-orang? Ini rumah sakit!"

Aruna masih enggan untuk menatap Ravel dan juga ayahnya. Ia merasa, tak ada yang benar-benar menginginkannya di sini. Perlu kah ia melakukan hal itu? Tidak! Aruna tak selemah itu! Dia adalah gadis yang kuat, ia akan melawan semua masalah yang perlahan mulai menghantamnya dengan kuat ini.

Gadis itu keluar dari ruang inap Aluna dengan aura yang cukup mengerikan. Algarick yang menyaksikan perdebatan tadi hanya cengo tidak jelas. Iya juga merasa prihatin pada hidup yang Aruna jalani.

Kaki Algarick baru saja ingin mengejar Aruna, namun sebuah tangan sudah menahannya. "Biar gue aja."

Ravel mempercepat langkah kakinya demi mengejar Aruna. Lambat sedikit saja, ia yakin, gadis itu akan melakukan hal yang tidak-tidak. "Ra!"

Gadis itu seakan tuli, ia terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan dari Ravel dibelakangnya. Ia benci situasi seperti ini. Dasar penulis gila!

Tak menyerah sama sekali. Ravel mengejar Aruna sampai ke halte dekat rumah sakit. Keadaan sekarang pun masih gerimis.

Ravel berhasil meraih tangan Aruna. Laki-laki itu beberapa mengatur nafasnya terlebih dahulu karena ngos-ngosan. Mengejar Aruna bukanlah hal yang mudah! Langkah kaki gadis itu benar-benar lebar. Ravel tak mengerti lagi dengan hal itu. "Lari dari masalah itu bukan karakter seorang Amara."

Tanpa berbalik badan Aruna menjawab. "Dan mengingkari janji juga bukanlah jati diri seorang Zidan."

"Jangan besar-besarin masalah Ra,"

Aruna tersenyum kecut sembari membalikkan badannya menghadap ke arah Ravel. Apa dia terlalu kekanak-kanakan? Hanya masalah sepele, namun ia perbesarkan? "Gue gak besar-besarin masalah! Tapi Lo nya aja yang selalu menganggap remeh setiap masalah...bagi lo mungkin buat gue nunggu lama disana sambil ujan ujanan itu bukan masalah besar, tapi gak bagi gue! Lo jelas lebih mentingin Aluna."

Ravel tak habis pikir dengan jalan pikiran Aruna. Kenapa gadis ini hobi sekali membesar-besarkan masalah? Bukannya ia sudah menyuruh Algarick untuk menjemputnya? Jadi apa lagi masalahnya? "Ini soal nyawa! Gak mungkin gue ninggalin seseorang yang lagi sekarat cuma karena mau ketemu sama lo doang? Lo itu egois"

"Dari sekian banyaknya orang yang liat Aluna kecelakaan, kenapa harus lo yang nolongin dia? Bahkan tanpa lo nolongin dia pun, pasti juga udah ada yang bakal anterin dia ke rumah sakit! Dan apa tadi kata lo? Gue? Egois? IYA! KENAPA? LO NYESEL PUNYA PACAR YANG EGOIS KAYAK GUE? JAWAB!"

Tersadar bahwa ucapannya telah melewati batas, Ravel akhirnya menggeleng kuat. "Maaf,"

Aruna berdecih sinis. "Maaf? Basi vel." Gadis berbalik lalu pergi meninggalkan Ravel yang sedang termenung di tempatnya.

ANTAGONIST GIRL Where stories live. Discover now