ANTAGONIST GIRL : 8

107K 14.2K 507
                                    

Bel masuk telah berbunyi, dan pelajaran pun telah berjalan sejak tadi, Aruna yang biasanya fokus dalam pelajaran, kali ini dia sama sekali tidak memperhatikan Guru didepannya itu.

Isi pikirannya melayang kemana-mana. Pikirannya kali ini di penuhi oleh lelaki misterius yang bernama Ravel, sang Wakil Ketua Xavander.

Aruna menoleh ke arah belakang dan mendapati Ravel sedang bermain handphone dan tidak memperhatikan Guru sama sekali. Ravel yang merasa diperhatikan pun menoleh dan mendapati Aruna tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Mereka berdua saling tatap beberapa detik lalu Aruna memutuskan kontak mata keduanya, Algarick yang melihat adegan tatap tatapan itu pun merasa aneh akan tingkah kedua manusia berbeda gender itu. Bukan hanya Ravel dan Aruna, namun Algarick juga bingung dengan dirinya sendiri, pasalnya semenjak Aruna bangun dari koma, sikap gadis itu sangat berbeda dan itu sukses mengganggu pikiran Algarick terus menerus. Entah ada apa dengan dirinya semalam, Algarick benar benar terjaga gara gara memikirkan perubahan sikap Aruna.

Di tengah pembelajaran berlangsung, Aruna tiba tiba ingin buang air kecil, jadinya dia meminta ijin untuk ke Toilet dan tentu saja diberi ijin.

Saat sampai di dalam Toilet, lagi dan lagi, Aruna bertemu dengan Shaveera. Aruna kira Shaveera akan berjalan keluar namun tidak, gadis itu malah menutup pintu Toilet lalu menguncinya rapat.

Aruna mengerutkan keningnya. "Ngapain lo ngunci pintu?"

"Kamu mau tau? Papa kamu lagi ngapain sekarang?" Tanya Shaveera

"Ga tau dan ga mau tau."

Shaveera berjalan maju ke arah Aruna tersenyum miring lalu mengatakan. "Ga lama lagi kita bakal jadi saudara tiri loh"

Aruna tidak kaget lagi, karena di dalam novel, adegan itu memang sudah ada, dimana papanya berselingkuh dengan ibu dari Shaveera.

Shaveera memainkan rambut milik Aruna namun di tepis kasar oleh Aruna. "Jangan sentuh gue. tangan lo banyak kumannya."

Shaveera yang berhasil di buat emosi oleh Aruna pun mendorong kasar tubuh Aruna berharap Aruna akan terjatuh dan kesakitan namun dia salah. Aruna sama sekali tak bergeser dari tempatnya, keseimbangan yang dimiliki oleh aruna benar benar patut di acungi jempol.

"Aku gak bakal pernah kasih kamu kesempatan buat bahagia. Iblis kayak kamu gak pantas dapat itu semua!" Hardik Shaveera tersenyum remeh ke arah Aruna.

Namun, hal yang dilakukan Shaveera selanjutnya membuat Aruna merasa muak dengan semua kelakuan gadis ini. Bagaimana tidak? Shaveera tiba-tiba merobek bajunya sendiri sampai tak terbentuk, sambil menangis.

Aruna hanya menonton dengan santai kelakuan gadis yang berada di depannya ini.

"Cara lo murahan."

Setelah mengatakan hal itu, Aruna berlalu begitu saja dari Toilet itu. Ia malas mendengar ocehan tidak jelas Shaveera.

Entah sudah berapa menit waktunya yang terbuang hanya karena mengurusi calon saudara tiri nya itu di kamar mandi.

Lihat saja, setelah ini Aruna akan mendapat amukan dari geng abal abal itu karena telah mengganggu babu mereka.

••••

Setelah sampai di Kelas, ternyata Guru yang mengajar tadi sudah tidak ada. Dia hanya acuh dan duduk kembali di bangkunya sambil memulai aksi ghibah mereka bertiga.

Anak Xavander mulai keluar dari kelas menuju lapangan basket, untuk latihan yang membuat hampir satu Sekolah heboh bukan main.

"Eh eh, ke lapangan basket yok! Kita nonton anak Xavander" ajak Jia namun di tolak mentah-mentah oleh Elin.

Elin memutar bola matanya malas melihat tingkah temannya yang satu ini. "Ogah, ada Edgar soalnya, gue males liat muka sok kegantengan dia itu." Ya walaupun wajah Edgar memang tampan namun Elin sangat muak jika menyebutnya tampan, Edgar jika mendengar hal itu akan menjadi besar kepala.

Aruna beranjak dari duduknya. "Udah lah ayo! Kita beli minum terus ke lapangan basket, walaupun males sih tapi gue mau cari angin, pengap soalnya liat lo berdua mulu." Aruna berlalu begitu saja setelah mengatakan hal itu meninggalkan kedua temannya itu.

Saat sampai di lapangan basket, aruna duduk di pinggir lapangan sambil memegang botol minum, sesekali dia meneguknya.

Melihat anak Xavander bermain basket jadi menginginkan dirinya dulu saat masih di dunia nyata, dia sering ikut lomba dan berhasil membawa piala untuk sekolah mereka karena dia adalah kapten basket putri.

Murid yang melihat Ravel berjalan ke arah Aruna berteriak histeris karena wajah tampannya saat ini sedang bermandi keringat yang membuatnya semakin tampan.

Ravel menghampiri Aruna sembari tersenyum. "Mau main bareng? Lo udah lama ga main basket kan?" Ajak Ravel namun yang dipikirkan aruna adalah, darimana Ravel tau bahwa dia sudah lama tak bermain basket? Sedangkan Aruna asli tidak pernah bermain basket.

"Sekalian taruhan. Kalau lo menang lo boleh minta apa aja ke gue, but when i win...u have to obey my orders, deal?" Ujar Ravel mengulurkan tangannya ke arah Aruna.

Menurut Aruna lumayan. Jadi dia menerima penawaran itu, karena setahu nya Ravel memang pintar dalam bermain basket tapi dia percaya bahwa Ravel tak akan sehebat dirinya saat bermain nanti. "oke, Deal!"

Edgar memukul bahu Bisma yang berada di sampingnya. "Gila! Si batu habis senyum bangsat! Ini ada keajaiban apaan dah?"

Di sisi lain tidak ada yang tau bahwa Algarick menahan emosinya mati-matian. Gadis yang dulu sangat dekat dengannya itu, kini menjadi sangat asing baginya. Mereka berdua layaknya orang tak saling mengenal satu sama lain.

Aruna dan Ravel mulai bermain di tengah lapangan, Aruna sendiri kualahan menandingi skill bermain Ravel saat ini. Ia kira dia akan menang melawan Ravel dengan mudah namun ternyata dia salah! Dan pada akhirnya Ravel lah yang memenangkan permainan ini.

Ravel mendekat ke arah Aruna sambil mengelap keringat yang bercucuran dari kening gadis itu dengan tertatih, Aruna sendiri merasakan ketulusan lewat setiap sentuhan yang diberi oleh Ravel padanya. "taruhannya masih berlaku kan?" Ravel kembali menatap manik mata gadis di depannya ini.

Aruna bak terhipnotis akan tatapan itu pun mengangguk. Sedangkan di pinggir lapangan sudah sangat riuh karena adegan sang Wakil Ketua dari Xavander dan gadis yang sering disebut Medusa saat ini tengah melakukan adegan romantis tipis tipis di hadapan mereka semua.

Sedangkan Ravel tersenyum saat Aruna dengan wajah menggemaskan itu terus saja mendongak menatap nya karena jauh lebih tinggi. "Gue cuma mau minta 1"

Aruna mengangguk. "Apa?" Tanya Aruna santai namun tidak ada yang tau jantungnya sekarang sedang pak cepak cepak jeder.

Ravel menangkup wajah Aruna dengan lembut. "Jadi milik gue." Ucapnya yang membuat Aruna tercengang beberapa saat.

"Hah?"

Jangan lupa vote dan komen, love u gurl!

Ayo spam "💙" biar aku update nya cepet

ANTAGONIST GIRL Onde as histórias ganham vida. Descobre agora