ANTAGONIST GIRL : 7

110K 13.7K 516
                                    

Setelah membuat anggota Xavander naik pitam, Aruna berjalan menuju Toilet untuk mengganti pakaiannya dengan seragam seperti biasanya.

Namun saat selesai mengganti pakaiannya, Aruna berniat untuk bercermin sebentar guna untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan itu. Namun baru saja ia akan keluar Toilet setelah merapikan rambutnya, dia sudah di cegat oleh sang tokoh Protagonis.

Shaveera menatap Aruna dengan senyum manisnya itu. "Aku mau ngobrol bentar sama kamu boleh?" Aruna hanya menatap datar gadis di depannya ini.

"Ngomong tinggal ngomong."

Shaveera menundukkan kepalanya dengan tangan yang saling bertaut karena gugup setengah mati. "Tolong jauhin Al, dan hentiin permainan konyol kamu itu Runa..." Ujarnya dengan tatapan memelas.

Aruna sangat membenci gadis seperti Shaveera ini, bukan apa tapi gadis seperti Shaveera ini hanya akan membuat emosi orang orang naik karena sedikit sedikit menangis, dalam hal tidak penting pun dia menangis seperti saat ini. Padahal Aruna tidak mengatakan apa apa ataupun berbuat yang tidak tidak pada nya tapi dia sudah menangis duluan.

Aruna hanya memutar bola matanya malas. "Ga lo suruh pun gue juga bakal jauhin pacar lo yang mukanya mirip kadal itu. Najis gue deket deket sama banci kayak dia. Anggap aja dulu gue pas ngejar ngejar dia itu karena lagi keserupan. Clear kan? Sekarang lo minggir gue udah mual denger lo ngomong daritadi, nafas lo bau muntahan babi."

Melihat Aruna yang telah keluar dari Toilet, mata Shaveera memerah mendengar penuturan dari Aruna, dia merasa selalu terhina jika sedang berbicara pada Aruna. "kamu bakal bayar harga yang mahal kalau sampai aku tau kamu deketin milik aku Runa." Dengan tangan bergetar dia menghapus air matanya dan keluar dari Toilet perempuan dengan senyum yang mengembang sambil menyapa beberapa Murid yang ia lihat.

Aruna memasuki Kelasnya dengan cara menendang pintu itu sampai roboh yang membuat seisi Kelas kaget bukan main

"Anjg ada gempa!" Teriak Jia yang sedari tadi memikirkan nasibnya yang sama sekali tak paham dengan pelajaran yang terhubung dengan hitung hitungan.

Aruna yang tidak menyangka pintu itu akan roboh pun ikut kaget, apa sekarang dia sedang bercosplayan menjadi titan? "Sorry sorry, gue ga sengaja sumpah! Tadi gue nendangnya pelan kok! Pintunya aja yang mleyot duluan liat muka cantik gue,"

Ketua kelas yang melihat Aruna bertingkah pun hanya menggelengkan kepalanya. "Bukan salah lo kok. Pintunya yang salah jadi ga usah minta maaf"

Aruna hanya memberikan cengiran pada teman teman kelasnya yang menatap dirinya. "Lama tau ga?! Darimana aja coba? Lo bertapa dulu di toilet apa gimana?"

Aruna melirik ke arah Jia yang terus mengomel itu. "Bersemedi." Singkat Aruna lalu mengambil lengan Elin untuk dijadikan bantal yang kebetulan duduk menghadap belakang.

Namun Aruna merasa ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, saat ia mendongak, dia menemukan Ravel yang tengah memegang susu kotak rasa coklat dengan sebungkus sandwich. "Buat sarapan, kalau ga sarapan pakai itu perut lo bakal mules."

Yang membuat Aruna bingung adalah, Aruna asli sangat tidak menyukai susu rasa coklat, sedangkan dirinya (Amara), sangat menyukai susu coklat. Dan apa tadi? Perutnya akan mulas jika tidak sarapan dengan itu? Ya, itu benar, saat di dunia nyata dulu, dirinya akan mulas jika tidak sarapan menggunakan susu coklat dan sandwich. Yang jadi pertanyaan nya itu, darimana Ravel mengetahui semua itu?

Elin berdiri merebut sandwich dan susu coklat di tangan Ravel. "Aruna ga suka susu coklat! Dia bakal muntah muntah kalau minum itu."

Ravel hanya menatap datar kearah Elin. "Kalau ga tau apa apa diem aja. Jangan sampai bibir lo gue robek." Ravel kembali merebut sandwich dan susu coklat tadi dari tangan Elin lalu memberikan pada Aruna.

Seperti yang pernah Aruna rasakan, Ravel akan merubah tatapan datar itu dengan tatapan yang teduh jika sedang menatap Aruna seperti saat ini, sedari tadi dia hanya menatap datar ke arah Elin namun disaat dia menatap mata Aruna, dengan sekejap tatapan itu berubah menjadi lebih teduh.

"Makan. Lo tau, gue selalu benci ngeliat lo sakit." Sebelum Ravel keluar dari Kelas, dia sempat merapikan anak rambut Aruna yang sedikit berantakan lalu tersenyum tipis.

Apa tadi katanya? Makan. Lo tau, gue selalu benci ngeliat lo sakit. Tunggu, kenapa kalimat itu sangat familiar di telinga nya?

Aruna hanya bisa merenung saat ini. Ada banyak pertanyaan muncul di benaknya tentang Ravel. Namun lamunan nya buyar saat melihat anggota inti dari Xavander ternyata sedari tadi ada di pintu kelas menyaksikan adegan tadi.

Aruna sempat berkontak mata dengan Algarick, Aruna menangkap tatapan tajam dari mata Algarick yang tertuju padanya. Apa Algarick marah karena anggotanya bersikap baik pada gadis yang paling dia benci? Entahlah hanya tuhan yang tau apa yang dipikirkan oleh lelaki itu.

Aruna beralih menatap makanan dan minuman di tangannya itu, walaupun dia sudah sarapan di rumahnya tadi, namun jika melihat sandwich dan susu coklat di tangannya itu dia langsung merasa kan lapar lagi, the power of susu coklat dan sandwich.

Aruna duduk dan memakan itu dengan lahap, tak memperdulikan tatapan aneh dari Elin dan Jia.

Di sisi lain, Algarick dan Ravel sedang adu tatapan sejak tadi. "Lo berdua kenapa dah tatap tatapan mulu daritadi? Mau ngehomo lo?" Edgar bingung dengan kelakuan ke dua temannya belakangan ini.

"Berisik!" Setelah mengatakan itu, Ravel berjalan keluar kelas untuk ke markas mereka yang berada di sekolah, guna untuk mengistirahatkan tubuh nya.

Maaf, bagian ini pendek bgt, soalnya aku lagi bnyk tugas jadi nulisnya buru buru.

Jangan lupa vote dan komen, love u gurl!

ANTAGONIST GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang