Chapter 124 - Feng Xiao Tertawa Sampai Hampir Jatuh.

1.5K 235 187
                                    

Chapter 124 - Feng Xiao Tertawa Sampai Hampir Jatuh.

----

Cui Buqu sudah melewati banyak situasi berbahaya sebelumnya, beberapa kali dimana kesempatan selamat sangat kecil, berakhir merangkak kembali dari gerbang Neraka. Dia bukan peramal atau pun dewa, jadi dia tidak bisa mengantisipasi setiap hal. Akan tetapi, dia tidak pernah berada dalam posisi seperti ini sebelumnya, seakan tersambar petir, juga bingung seperti ayam kayu.

Di dalam kegelapan, kabut dari perangkap sudah memudar, angin bergemuruh dan burung bangau memekik, kabut sedingin es naik ke permukaan. Mungkin ada sepasang mata yang melihat mereka, bersembunyi dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang dan membunuh.

Namun Feng Xiao tidak memperdulikan, terus menguji keberuntungannya, dan bersikap semakin berlebihan sehingga tidak bisa merespon tepat waktu. Feng Xiao menangkap lengan Cui Buqu, memutar ke belakang punggung Cui Buqu; tubuh bagian atasnya semakin mendekat, melekat kepadanya.

Di balik punggungnya terdapat batu sedingin es, namun di depannya terasa badan hangat yang mampu dirasakan bahkan dari balik selembar kain, seperti garis tipis yang memisahkan hidup dan mati, bumi dan langit.

Waktu pun berlalu, tubuh Cui Buqu menjadi kaki, rasa kaget yang tidak tertutupi perlahan muncul di wajah yang selalu datar dan kaku itu, bahkan sampai lupa menutupi ekspresinya, seakan dia berusaha menatap tajam dan melubangi wajah Feng Xiao.

Pikirannya jatuh berantakan, pikirannya berganti-ganti antara 'Orang ini sudah gila' dan 'Mungkin tenaga qi orang marga Feng ini sudah menyimpang ketika sedang mengeluarkan racun', tanpa mendapatkan jawaban secepatnya.

Merasa tidak senang karena orang ini tidak fokus, Feng Xiao menggigit keras bibirnya.

Luka lama ditambah luka baru, Cui Buqu ingat rasa sakit yang dirasakan ketika bangun sebelumnya, segera paham saat kembali memusatkan pikirannya, matanya menyipit.

Jadi itu kamu!

Seakan dia tahu Cui Buqu akan berontak, seluruh usaha Cui Buqu langsung ditekan. Terakhir kali dia tidak punya kesempatan untuk merasakan seluruhnya, hanya pergi seperti seekor capung yang menyentuh permukaan air. Kali ini, dia akhirnya bisa merasakan sepenuh hati. Setelah sadar terasa tidak buruk, Feng Xiao bersikap seperti pemangsa yang sudah menangkap buruannya, menjebaknya ke dalam pelukannya, menyisihkan segalanya sampai dia bisa menikmati hasil tangkapannya.

Sudah bisa diduga mangsa itu berontak, tapi dia masih menangkap tangan lawannya dan menulis kata-kata 'Tahan dulu'.

Seperti dugaan, Cui Buqu berontak sedikit lalu berhenti.

Feng Xiao tahu bahwa Cui Buqu akan mengingat kejadian di masa sebelumnya.

Ketika mereka berada di Tujue, untuk menarik Pangeran Pertama ke pihak mereka, Cui Buqu dan Feng Xiao berpura-pura jadi pasangan, bersikap mesra di depan pelayan Pangeran Pertama.

Cui Buqu akan berpikir bahwa kali ini juga sama, bahwa Feng Xiao ingin menggunakan cara ini untuk menarik Yu Xiu, membuatnya menjatuhkan pertahanan, menarik ular dari sarangnya.

Feng Xiao diam-diam tersenyum.

Walaupun dia memang ingin menarik Yu Xiu keluar, sebenarnya lebih kepada ingin mengenyahkan penyesalan sebelumnya.

Sejak dia melewatkan kesempatan terakhir kali, kali ini dia tidak bisa pergi begitu saja membiarkan perasaan ini.

Bukan gaya miliknya untuk membiarkan pergi begitu saja kesempatan untuk menyentuh orang ini.

Cui Buqu berhenti berontak, terus diam seperti boneka kayu saat dia membiarkan orang itu mencium dibagian tubuh mana saja, napasnya menyebar agresif seperti perahu yang diterjang ombak laut, perlahan mengikis.

Unparalleled/TidakTertandingi (END + extra 1-4)Where stories live. Discover now