Chapter 154 - Enyahlah

1.1K 204 92
                                    

Chapter 154 - Enyahlah

----

Rong Qing merasa gugup hanya karena melihat.

Dia tahu bahwa hari ini, Cui Buqu tentu akan menjalankan segala macam taktik untuk memaksa orang-orang ini menyerahkan sisa beras mereka. Jika tidak, jangankan para korban banjir di kota, bahkan para penduduk kota mungkin tidak akan bisa bertahan.

Tapi dia tidak pernah menyangka Cui Buqu akan memakai cara dengan membunuh pejabat secara kejam seperti pada Wu Yi dan Li Yan. Dia tak kenal ampun bahkan pada kepala keluarga Li. Darah menggenang di atas tanah, menakuti orang-orang sampai kaku. Awalnya, dia mengira akan butuh waktu bicara yang lama untuk meyakinkan para orang bebal ini, tapi dia tidak menyangka bahwa taktik Cui Buqu ini begitu efektif, sehingga mereka langsung menyerah.

Ketika Rong Qing melihat orang-orang ini bersikap patuh dan penurut di depan Cui Buqu sambil berlinang air mata dan ingus di wajah mereka, dia berpikir seberapa cepat masalah di daerah ini akan diselesaikan, sehingga kekhawatiran mereka selama beberapa hari ke depan akan hilang sepenuhnya.

Tapi Cui Buqu tidak terlihat senang.

Atau mungkin, sikapnya pada keluarga-keluarga terpandang ini selalu seperti itu: dingin dan jarang tersenyum, seperti Hakim Neraka yang masih hidup.

"Kalian semua membeli nyawa kalian dengan makanan ini. Aku harap setiap orang menepati janji dan tidak ingkar. Jika tidak, aku tidak akan keberatan mengirim orang lain untuk jadi rekan Li Geng, paham?"

Mengikuti akhir nada bicaranya, setiap orang gemetaran.

Ketika Hakim Neraka yang masih hidup ini sedang bicara, siapa yang berani bertingkah?

Bahkan jika ide itu terlintas sejak awal, semuanya dienyahkan sekarang.

"Komandan Kedua Feng, saya berhutang terima kasih pada Biro Jiejian kali ini."

Kesimpulan final sudah ditetapkan; Cui Buqu menoleh pada 'Feng Xiao' yang ada di sampingnya dan berkata.

Qin Miaoyu merasa aneh; Cui Buqu jelas tahu siapa dia, jadi kenapa dia sengaja menyebut hal ini di depan setiap orang? Apakah itu untuk menyeret nama Biro Jiejian dan menetapkan dominasi?

Dia mengedipkan mata, merasa seakan dia tanpa sadar masuk ke dalam lubang.

Pei Jingzhe bicara di saat yang tepat, "Setiap orang, ikuti aku."

Lokasi penyimpanan makanan di setiap keluarga, juga seberapa banyaknya, semuanya dicatat, menutup kesempatan mereka menyesal atau berusaha menggelapkan beras lagi.

Setiap orang tidak lagi bisa tahan berada di aula yang berbau aneh ini, jadi segera setelahnya, setiap orang buru-buru mengikuti.

Rong Qing memandang mayat-mayat yang memenuhi aula lalu mengerutkan alis.

"Tuan Cui, Wu Yi dan yang lainnya lagipula merupakan orang Pihak Istana. Walaupun mereka bersalah atas kejahatan besar, saya takut hukuman yang dijatuhkan sebelum mereka dinyatakan bersalah akan memunculkan rumor ketika kita kembali nanti. Jika saat itu tiba, saya juga akan bergabung memberikan nama ketika anda mengajukan petisi."

Ini berarti dia bersedia membagi tanggung jawab.

Ketika Cui Buqu mendengarnya, raut wajahnya tidak menunjukkan rasa terima kasih atau tersentuh seperti yang diduga Rong Qing. Sebaliknya dia menunjukkan ekspresi termenung dan tak menduga.

"Bawa mereka ke sini." Rong Qing mendengarnya bicara.

Sedetik kemudian, Rong Qing membuka mata lebar-lebar.

Unparalleled/TidakTertandingi (END + extra 1-4)Where stories live. Discover now