Chapter 31 -Disambar Petir, Minum Air Got Tiap Hari, Jika Pergi Kupatahkan Kaki

3K 455 188
                                    

Sepanjang hidupnya, Feng Xiao jarang menemui situasi yang sulit.

Sejak muda, dia sudah memiliki bakat yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kemampuannya dalam bela diri dan akademik selalu tinggi. Orang-orang di sekitarnya selalu iri. Bahkan dalam Majelis Pedang, dia diakui dengan tinggi oleh Kaisar, yang memberinya berbagai hak untuk melakukan apapun yang disukainya dimana saja. Tak ada seorang pun yang mampu membuatnya bertekuk lutt. Bahkan dalam situasi genting, seseorang dengan kemampuan sepertiya, tidak akan menjadi sangat sulit baginya untuk dipecahkan.

Hanya kali dan saat ini saja, dia menjadi sangat bergantung karena kecerobohan sejenak, dia jatuh ke dalam lubang yang digali oleh orang lain. Walaupun tidak berbahaya sehingga merenggut nyawa, tapi cukup untuk menginjak-injak harga dirinya, membuat Komandan Feng Er untuk menyadari bahwa dia tidak begitusangatberkuasa.

Tapi beruntung, korban yang paling malang dari kejadian ini bukanlah dia.

Ketika seseorang sedang dalam perasaan kesal, dan kemudian mereka memikirkan orang yang lebih tidak beruntung daripadanya, perasaan akan berubah menjadi lebih baik.

Jadi Feng Xiao menatap Cui Buqu yang tak sadarkan diri, dan tidak bisa menahan bersenandung kecil.

"Jika kau menolak bangun, akan kutinggal disini dan pergi sendirian ke kota."

"Sebenarnya, ketika aku memandang wajahmu lebih dekat, walaupun kau tidak serupawan diriku, wajahmu masih akan mencolok dari keramaian."

"Cui Buqu, Cui Buqu, tidak peduli seperti apa orang cui kau, kau tetap menolak pergi. Mungkin ini juga bukan nama aslimu."

Feng Xiao loncat dari tebing berbatu, menyipitkan mata saat melihat matahari terbit, sinar gemerlangnya mewarnai lapisan-lapisan awan. Terutama dari ketinggian seperti ini, pemandangannya benar-benar indah, seperti kumpulan bola kapas emas, dengan tanpa suara menyelimuti ribuan mil bukit dan lembah.

Dia menggunakan tumit kaki untuk menyenggol Cui Buqu yang tergeletak di sampingnya.

"Pemandangan indah seperti ini, akan sayang sekali jika kau melewati kesempatan untuk melihatnya kan?"

Cui Buqu, tentu saja, tidak membalasnya.

Jika masih ada kesadaran yang tersisa, Cui Buqu tentu akan memungut batu dan melemparnya ke dalam mulut Feng Xiao agar dia tidak bicara semakin banyak lagi.

Tapi sekarang ini dia hanya bisa tidur dengan tenang disamping Feng Xiao, jika bukan karena sinar matahari menimpa wajahnya, memperlihatnya garis kerutan di dahi, dia terlihat seperti orang yang sedang tidur lelap dan menolak bangun.

Feng Xiao praktisnya menghapus gaji Pei Jingzhe selama lima tahun mendatang, namun orang itu masih belum muncul, jadi Feng Xiao menghela nafas dan mulai menimbang untuk memindahkan Pei Jingzhe ke salah satu markas Majelis Pedang yang ada di kota Qiemo.

"Kau terlihat tidak sehat, mari kubantu." Kata Feng Xiao. Tidak ada petunjuk apa yang sedang dipikirkannya, tapi sebuah pandangan senang nampak di wajah. "Dulu, orang-orang biasa melukis alis, dan sekarang kita berlatih seni lukis wajah. Keduanya cukup mirip."

Cui Buqu merasakan sesuatu di wajahnya dan terlihat ingin sekali membuka mata, tapi tidak memiliki tenaga untuk melakukannya.

Namun Cui Buqu memang bukan orang yang gampang menyerah, seringkali ketika Surga ingin mengambil nyawanya, masih selalu ada berkas cahaya harapan untuknya, dan setiap kali dia merangkak maju. Bahkan di jalan sunyi panjang menuju alam baka, dia masih bisa merangkak naik dari gerbang Neraka.

Dia tidak pernah kalah sebelumnya.

Kali ini, hal itu juga terjadi.

Apa yang nampak dimatanya adalah hamparan awan biru, cerah terlentang ribuan mil jauh, dan pasir kuning yang tercampur dengan salju putih.

Unparalleled/TidakTertandingi (END + extra 1-4)Where stories live. Discover now