{ MACLO 25 }

33.1K 4.4K 282
                                    

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak, inget klik bintang gratis kok.


Maclo duduk melamun di halaman belakang karena terbebani hutang budi ke Dipta. Kenapa harus Dipta yang menolong Zizel waktu itu, seharusnya ia tak ikut sparing jadi tak memiliki hutang budi terhadap cowok itu.

"Maclo tau nggak?" gadis manis itu datang dengan wajah masam.

"Apa?" Maclo mendongak.

"Coba geser dulu dong gua mau duduk." usir Zizel menendang kaki Maclo.

Maclo bergeser memberikan tempat duduk untuk gadis pemilik hatinya itu. Tapi sayang Zizel itu tak mudah peka dengan segala kejujuran hatinya.

"Kenapa wajah lo kok kusut amat?" Maclo mencolek pipi Zizel.

"Huft... Jadi tadi bu Bona ngirim whatsapp bilang nilai matematika gua turun gara-gara nggak masuk sekolah." sedih Zizel.

Maclo tertawa meledek kala mengetahui alasan muka kusut Zizel hanya masalah nilai matematika turun.

"Yaelah sayang, nilai lo turun berapa sih sampai muka lo kayak benang layangan kusut."

"Turun jadi 80 nilai gua Clo." rengek Zizel menghembuskan napas gusar.

Maclo membelalakan mata tak menyangka jika mendapatkan nilai 80 bisa membuat seseorang galau seperti ini.

"Wahhh... Sarap juga lo Zel. 80 udah bagus lo mau dapetin nilai berapa? 180, mustahil amat matematika bisa nilai segitu" ejek Maclo menggelengkan kepala.

Zizel memiringkan kepala ke Maclo, "Tapi gua emang hampir setiap pelajaran matematika nilai 100 Clo, paling mentok 90. Makanya pas dapet 80 nilainya berasa lebay." curhat Zizel.

Maclo tak menyangka disandingkan bersama cewek pintar, sedangkan dirinya begitu pas-pasan dalam bidang akademik. Rasa mindernya begitu memuncak mengingat omongan Mahesa.

Zizel kalau sama Dipta cocok banget, sama-sama pinter.

"Tapi gua udah nebak Zel, segala sesuatu itu pasti ada jatuh bangunnya. Jujur saat tau seorang Zizel Archeva siswi kelas 11 yang selalu diiming-imingi berprestasi dan jenius bisa jatoh juga." ledek Maclo dengan wajah jenaka.

"Lo jahat banget sih Clo, lo bahagia di atas penderitaan gua. Suasana hati gua lagi jelek tapi lo ketawa lebar. Dasar iblis..." Zizel mengatakan secara lirih tak lupa wajah lesu.

"Oke gua tahan ketawa sekarang, tapi lucu aja sih lihat lo galau sama angka... Hahahahaaa." dan diiringi tawa.

"Jeogiyo." Maclo menoleh. "Ini bukan galau yang sebatas galau tapi ini diatasnya galau yaitu mahagalau kembarannya mahabrata." cetus Zizel.

Maclo mengamati Zizel intens. "Kenapa lo lihatin gua segitunya?"

"Lagi ngehitung harga diri lo."

"Capek emang kalau cerita sama orang yang nggak tau rasanya sedih disaat nilai turun! Mending cerita sama orang yang sefrekuensi." Zizel berdiri berniat ke dalam.

"Siapa misalnya?" Maclo memiringkan kepala melihat Zizel dari bawah.

Zizel menunduk, "Kak Dipta. Dia lebih pengertian." jawab Zizel lantang dan berlalu begitu saja.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now