{ MACLO 37 }

28.3K 4.4K 388
                                    

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa, makasih.






Maclo asik mengobrol di kelas, dan melihat Dipta baru kembali dari ruang osis bersama Mauren. Maclo menghimbau Dipta dan satu kelas menengang takut ada perkelahian.

"Lo kalau ngerasa kurang jangan di lampiasin ke orang Clo!" Mauren sudah hafal sekali jika Maclo sudah memanggil Dipta akan terjadi persaingan tak seimbang.

"Diem aja lo. Gua nggak ngajak lo ngomong." sentak Maclo menyuruh Dipta mendekat.

Dipta berjalan dan Zayyan sudah siap menahan tangan Maclo jika memberikan bogeman mentah. Namun mereka semua lebih terkejut kala Maclo memeluk Dipta singkat.

"Gua harus periksa tangannya takut bawa sajam." Zayyan melihat tangan Maclo ternyata aman.

"Lo kira gua sejahat itu!" Maclo menepuk kepala belakang Zayyan.

"Siapa tau. Lo aja nampar cewek gak segan-segan." sungut Zayyan.

"Lo berdua udah baikan?" Nathan meminta penjelasan.

"Iya." Dipta menjawab seadanya.

Algis bertepuk tangan girang karena abangnya semakin banyak. Otomatis ketika nongkrong ia semakin kaya pula.

"Congrats Dip." Algis mengulurkan tangan. "Nanti beliin gua makanan yeee." lanjut Algis mesem-mesem.

"CLO! BINI LO LO LO PADA LAGI NILANG ANAK DRUMBAND!" Mahesa yang habis dari kelas tetangga memberi info.

"Sejak kapan dia punya cita-cita jadi polisi." Maclo bergegas keluar duluan.

Ternyata lapangan sedang di pakai anak drumband untuk latihan lomba. Dipta padahal sudah mengoordinasikan kepada pelatih eskul untuk menggunakan aula saja.

Zizel berdiri di tengah lapangan menghadang latihan anak drumband dengan tangan direntangkan, lalu bibir maju. Niat marah namun malah menggemaskan.

"Istri kita ngapain tuh?" Algis menepuk bahu Mahesa.

"SETOPPP!" Zizel menjadi pusat perhatian.

Ketiga teman gadis itu berlari di pinggir lapangan mengejar dengan ngos-ngosan. Namun membulatkan mata melihat Zizel yang cosplay jadi ipin saat menghentikan sepi.

"Adek lo mau ngapain lagi itu anjir!" panik Belvi memukul lengan Luvena.

"Kamu mau apa lagi? Tadi udah di bilang kita lagi nggak nerima anggota baru." jelas kakak pelatih.

"Aku nggak mau jadi anggota, cuman mau jadi mayoret aja! Aku jago kok, dulu pernah ikut lomba drumband pas SD nih buktinya." Zizel menampilkan foto-foto ketika lomba ia menjadi mayoret.

Pelatih itu menghela napas, "Maaf dek, tapi nggak bisa. Kamu juga bukan anak eskul drumband, jadi minggir ya."

Zizel menggeleng. Ia ingin menjadi mayoret, "Aku mau jadi mayoret! MAYORET!" kekeuh Zizel.

Maclo langsung berlari ke tengah menarik Zizel agar menjauh dan tidak mengangguk acara.

"Jangan narik dong! Seragamnya melar nanti." Zizel menginjak sepatu Maclo lalu kembali ke tengah.

"Ayo lanjut!" pelatih itu kembali menginstruksikan.

Zizel berusaha menggapai stick mayoret dan melengkungkan bibir sedih kala tubuhnya ditarik ke pinggir. "Lo ngapain sih malu-maluin diri sendiri kayak gitu Zel?" bingung Maclo.

"Gua mau jadi mayoret, kesel sama Cewek itu. Dulu udah daftar sama dia masuk eskul drumband tapi ternyata dia gak nulis nama gua sampai pendaftaran ditutup." Zizel merosot terduduk di lapangan.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now