{ MACLO 39 }

30.2K 4.5K 444
                                    

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa, tengkyuuu.






Zizel terbangun dan melihat Maclo yang tidur di sofa kamar, ia berjalan masuk ke kamar mandi. Ya kali ini mereka menginap di rumah orang tua Maclo, atas dasar permintaan oma Maclo.

Pintu kamar mandi terbuka Zizel sudah wangi strawberry karena telah selesai mandi. Zizel memakai dress warna pink pastel kemudian menyisir rambut lebih dulu.

"Maclo bangun, gua laper mau makan." Zizel berlari kecil mendekati Maclo.

"Yaudah ke bawah yang, ada mbak disana." balas Maclo dalam keadaan mata terpejam.

"Takut sama oma." Zizel masih takut berpapasan dengan oma Maclo.

Maclo membuka mata, ia lupa jika Oma-nya tidak menyukai Zizel, kali ini ia tak akan membiarkan oma nya menyakiti hati Zizel untuk kesekian kali.

"Ayo." Maclo menggandeng tangan Zizel.

"Lo nggak mau cuci muka dulu?" tahan Zizel.

"Tanpa cuci muka juga gua udah ganteng. Iyakan istriku?" goda Maclo mengusap pipi Zizel lalu menuruni tangga.

Zizel mengangguk setuju. "Iya. Lo mau diapain aja tetep ganteng, gua malah sekarang sering ngerasa terpesona sama lo. Padahal gua anggap lo abang gak boleh jat-"

"Gua suami lo bukan abang lo. Lo boleh jatuh cinta sama gua kayak gua jatuh cinta sama lo." Maclo berucap sambil melihat orang tua dan oma nya duduk di meja makan.

"Takuttt..." cicit Zizel mengeratkan genggam tangan.

"Gak usah takut. Karena lo lebih nakutin."

Zizel menggebuk punggung Maclo sampai berbunyi bugh. Maclo menoleh menghadiahkan tatapan tajam, namun Zizel mematahkan dengan seulas senyuman.

Bisa banget nyerang titik lemah gua nih bocah.

"Mantu mama baru bangun ya? Mesra banget bangun tidur aja gandengan." goda Zira mencubit Jevon.

"Mama mau papa gandeng juga pas bangun tidur? Bilang dong gak usah ngode." Jevon ayah Maclo dapat membuat istrinya tersenyum.

"Maclo yang gandeng tadi ma." Zizel duduk di sebelah Maclo. "Zizel baru bangun, soalnya semalem habis bikin rangkuman. Maaf..." Zizel merasa tak enak.

"Nggak apa-apa Zel. Semangat belajarnya biar bisa nutupin kekuarangan Maclo." Jevon melirik Maclo yang berdecak.

Suasana sarapan pagi ini lebih hangat bagi Maclo karena kehadiran Zizel yang begitu banyak bicara dengan ayahnya. Dan untung oma nya tidak mencari kesalahan Zizel sedikitpun.

"Clo, udah lama kita nggak sepedaan. Kamu mau sepedaan bareng?" tawar Jevon.

"Hem." gumam Maclo menyahuti.

Melihat raut wajah Jevon yang merasa kurang puas dengan respon Maclo, Zizel mencubit paha suaminya itu.

"Akh! Apa sih Zel?!" marah Maclo karena terkejut.

Zizel menarik telinga Maclo. "Maclo jangan jawab kayak gitu, hem itu nggak ada artinya tau! Lo judes banget sama papa lo. Jawab yang bener nggak!" peringati Zizel.

Maclo menghela napas. "Tadi papa ngajak sepedaan?" tanya ulang Maclo yang diangguki Jevon. "Yaudah aku ikut sepedaan." jawab Maclo lebih jelas.

Jevon tersenyum kecil, aishh Zizel memang membawa pengaruh baik untuk Maclo yang selama ini menabung pengaruh buruk dari teman-teman SMP.

Zizel duduk di halaman belakang menunggu Maclo bersepeda dengan ayah mertuanya. Ia terkejut kala oma datang dan duduk di sebelah.

"Maaf, kalau saya udah jahat sama kamu. Jangan takut gitu emang saya sejahat apa sih." oma Maclo menyodorkan sebuah kotak.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang