{ MACLO 42 }

30.6K 4.6K 550
                                    

Notes: Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya ya, tengkyu.




Maclo dan Zizel sudah seminggu lebih berdiaman. Bukan karena Maclo tak membujuk tapi Zizel yang semakin kesini tak gampang disogok, biasanya dibelikan es krim atau printilan kpop langsung selesai marah, tapi kali ini tidak.

Zizel duduk menyendiri di kelas, sedangkan murid-murid lain asik menonton drama yang sudah di dokumentasikan sekolah. Hari ini ujian praktek selesai, disambut senin besok ujian nasional.

Maclo masuk ke kelas Zizel selesai uprak seni-budaya. Ia melihat Zizel menyendiri, tak tahan melihat Zizel cuek Maclo berdehem mengusap kepala Zizel.

"Zel."

Maclo duduk menghadap Zizel yang menatap ke depan. "Lo jauhin gua gara-gara satu kelompok sama Ninis?" tanyanya.

"Bukan itu doang. Gua awalnya gak masalah kalau lo satu kelompok... Cuman lo berubah semenjak itu."

"Berubah? Berubah gimana?" Maclo memicingkan satu mata.

"Masa lo gak ngerasa? Lo berubah. Kita jarang ngobrol, lo nyuekin gua duluan."

"Lo kangen gua manjain ya?" senyuman nakal Maclo membuat Zizel mengedik jijik.

"Bukan gitu..." Zizel menggerutu malu ditatap Maclo.

"Jadi cemburu nih? Zizel udah bisa cemburu serius?" Maclo mencolek dagu Zizel yang mengepal tangan siap melayangkan pukulan.

"Mereka semua lebih suka lo sama Ninis, buktinya foto kalian masuk instagram Wisteria terus dapat respon bagus." Zizel menidurkan kepala menghadap Maclo.

"Instagram?" Zizel mengangguk.

Maclo berdecak. Lalu ikut merebahkan kepala menghadap Zizel, ia mengusap rambut gadisnya. "Gua sayangnya cuman sama lo, kalaupun gua marah ke lo itu diluar kemampuan gua, sebenarnya gua gak mau marahin lo."

"Kita segitu nggak cocoknya ya Clo sampai murid disini gak setuju lo sama gua. Gua jelek banget ya? Dan lo terlalu ganteng gitu jadi lebih cocok sama Nini-"

"Jangan mikir gitu. Lo cantik banget di mata gua, kalau lo gak cantik mana mungkin tiga temen gua gencar banget mepet lo? Hayo." Zizel meringis pipinya dicubit.

Zizel menekan alis mata Maclo, ia berpikir apa dirinya terlalu bodoh dan anak-anak sampai tak pantas bersama Maclo. Memang ia akui jika dirinya tak sehebat gadis lain, dan tak sedewasa cewek-cewek di Wisteria.

Kok Maclo suka gua ya? Apa karena gua lucu kayak badut? yang bisa ngehibur dia.

"Mikirin apa lo?"

"Aniyo." Zizel menegakkan tubuhnya.

"Pulang sekolah jalan yuk." ajakan Maclo terkesan seperti mereka baru pacaran.

"Lo udah enggak sibuk? Senen besokan udah ujian nasional."

"Gua udah lama gak ngajak lo ke tempat mainan. Bisa nggak?" 

"Bisa."

Maclo menatap lama Zizel, merasa diperhatikan intens Zizel jadi risih. "Kenapa lihatin gua kayak gitu?"

"Kok lo jadi sok singkat gitu sih ke gua? Lo masih marah sama kelakuan gua beberapa hari yang nyuekin lo?"

Maclo lupa kali ya kalau gua juga pengen ngerasain ditembak ala-ala anak sekolah pakai bunga, boneka, terus coklat.

"Zel!"

"Maclo, lo ngerasa punya janji enggak?"

Maclo menaikan sebelah alis dan berpikir janji apa? Dan janji ke siapa? Rasanya tidak ada.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Where stories live. Discover now