{ MACLO 41 }

28.7K 4.7K 565
                                    

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa, makasih.





Maclo tiduran di ruang tamu menonton tv, ia melirik ke arah jam namun Zizel belum kunjung memperlihatkan batang hidung. Ia mengecek hp dan tak ada juga panggilan atau pesan masuk dari Zizel, sebenarnya kemana gadis itu.

Mereka tengah perang dingin karena Zizel mengomel tempo hari lalu, ia juga gengsi minta maaf duluan. Lagian salah gadis itu juga terlalu cemburu.

"Ck! Dia bilang enggak biasa keluar malem, tapi ini hampir tengah malem belum balik juga. Mau jadi apa sih hah? Jablay." geram Maclo berjalan keluar.

Ia membuka pagar dan melihat tanda-tanda Zizel pulang namun, nihil. Gadis manja nan menggemaskan itu belum balik dari tempat penangkaran.

"Telpon nggak ya? Gak usahlah nanti dia kepedean lagi gua cariin makin belagu." Maclo kembali masuk mencoba tak peduli.

Di rumah Belvi. Zizel duduk bertopang dagu melihat hpnya tak ada pesan dari Maclo, kenapa lagi-lagi ia yang menunggu Maclo. Zizel bertanya kepada diri sendiri ia ini istri Maclo atau peliharaan Maclo sih yang selalu nunggu majikan.

"Yaelah Zel kagak usah dipikirin. Lo jangan minta maaf duluan, sebagai cewek kita harus menang lagian dia yang salah." Luvena duduk di karpet menatap Zizel yang tengkurap.

"Tapi gua bosen kalau diem-dieman sama dia di rumah." cicit Zizel, awalnya biasa saja tak banyak interaksi namun setelah biasa bersama keduanya membutuhkan interaksi.

"Ck! Jual mahal aja dulu, semakin lo jual mahal pasti dia bakal mujuk lo sama hal yang lebih expensive." Belvi membuka daya pikir Zizel agar tidak stuck.

"Berarti dia bisa beliin gua album love shot?!"  Zizel mengedipkan mata tiga kali.

"PASTI! MACLO JECOLYN KANAKA. PUTRA TUNGGAL PEWARIS KEKAYAAN KELUARGA JECOLYN." Belvi yakin apapun akan dilakukan cowok itu untuk mendapatkan sebuah keinginannya.

"Emang Maclo sekaya itu ya? Belvi, papa Maclo kerjanya apa sih?" Zizel mengigiti bibir menunggu jawaban.

"Lo kan menantunya ya kali lo enggak tau." Sabina menggelengkan kepala.

Zizel menggeleng. "Emang gua gak tau Nobita. Emang papa Maclo kerjanya apa? Tambang emas ya makanya kaya." Zizel bertanya dan menjawab sendiri.

"Papa mertua lo itu pemilik resorts mewah di Kalimantan, terus punya hotel bintang lima di Jogja. Lo pernah makan di Jeo Restaurant nggak?"

"Pernah! Enak banget makan disana mewah, harganya juga mewah waktu itu gua makan dibayarin papa. Mau makan kesana lagi tak nggak ada duit mah-"

"Itu punya papa mertua lo, pujuk aja Maclo kalau mau makan disana." Luvena memotong ucapan Zizel.

"IYAKAH? PAPA MERTUA GUA KAYA BANGET. TAPI MACLO SOBAT MISKIN GAK SANGGUP SEWA PEMBANTU." heboh Zizel.

Saat sedang tengah berbincang ibu Belvi masuk membawakan snack dan juga minuman serta coklat.

"Anak-anak mama cobain yuk coklatnya dikirim dari Belgia sama om Belvi." ibu Belvi meletakkan semua diatas kasur.

Zizel takjub dengan banyaknya makanan manis, jika begini ia mau nginap di rumah Belvi saja biar balik ia tambah manis depan Maclo.

"Es krim dari Belgia ada nggak tante? Zizel mau es krim."

Sabina memukul jidat sendiri, belum apa-apa saja sudah teringat es krim bagaimana jika Maclo menelpon dan menjanjikan es krim gagal sudah jual mahal gadis itu.

"ADAAA! BENTAR YA TANTE AMBILIN." Livy ibu Belvi bergegas ke lantai satu.

"Zel! Baru tadi gua bilang jangan mikirin es krim muluuu." gemes Belvi.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang