{ MACLO 32 }

33.7K 4.9K 846
                                    

Notes: Jangan lupa vote dan komen yang banyak di setiap paragraf yaaa, makasih.




Pagi ini Luvena sudah membawakan airpods sebagai permintaan maaf kepada Nathan. Saat berjalan di lorong ia mengintip ke kelas 12 IPS 3 sudah ada Nathan disana tengah melihat beberapa catatan.

"Ternyata dia ganteng." gumam Luvena.

Dipta berdehem karena jalan ke kelas dihalangi Luvena. "Eh? Mm-maaf kak." Luvena bergeser.

Dipta masuk lalu duduk dibangku karena badannya letih kurang tidur akibat semalam lembur.

"Dip. Gua bukan mau ikut campur, cuman masalah lo sama Maclo itu apa sih?" Nathan melihat ke Dipta.

"Kalau lo denger dari gua dan sampai ke telinganya itu makin buat dia benci ke gua jadi lebih baik gua tutup mulut." Dipta menjawab dengan mata terpejam untuk tidur sejenak.

"Gua heran aja kenapa lo selama ini nggak pernah ngelakuin perlawanan sama Maclo?" Nathan salut karena Dipta bisa mengalah terus-menerus.

"Dia temen gua. Ortunya berjasa banget buat gua, karena udah biayain sekolah gua sampai nanti masuk univ. Berkat mereka gua bisa nempuh pendidikan yang bagus." jelas Dipta.

Luvena terpesona dengan wajah serius Nathan. Zizel yang melihat Luvena berdiri depan pintu mendorong agar masuk.

"Zizel lo." geram Luvena mau marah namun pawang gadis itu lebih dulu menatapnya tajam.

"Maclo, Muachhh." Zizel memberikan kiss bye ke Maclo yang berjalan masuk.

"Muachhh too smothcie." balas Maclo diselingi senyuman.

Zizel mendorong Luvena hingga terpaksa melanjutkan niatnya masuk ke dalam.

"Nyari siapa maniez?" Goda Algis. "Nyari gua ya?" Tebaknya kepedean.

"Nathan." to the point Luvena.

Maclo menyenggol Nathan yang lanjut menulis catatan matematika dengan telinga yang di sumpal menggunakan earphone.

"Kenapa?" Tanya Nathan dengan suara yang sangat manly sembari melepas satu earphone.

"Ini." Luvena memberikan kotak kecil berwarna biru pastel yang berisi airpods.

"Dari?" tanya Nathan begitu cuek.

"Gua. Itu isinya airpods, gua baru inget kalau pernah ngerusak earphone lo waktu kemah mpls. Sorry baru gantiin sekarang gua harap ini bisa ngilangin dendam kesumat lo sama gua yang selama ini kalau lihat gua sinisnya nauzubillah." tanpa sadar Luvena seperti bercerita tentang masa lampau.

Banyak mata yang melihat interaksi itu, suatu fenomena yang langkah seorang Nathan yang dikenal pembawaannya santai mendadak dingin.

"Lo dendaman Nat? Astagfirullah Nathan Anrez itu nggak baik nak." nasehat Mahesa.

"Sekali lagi maaf." Luvena berlari keluar dan menarik tangan Zizel yang menunggu di luar.

"Heh-" belum sempat Nathan berbicara gadis tadi kabur.

"Bau-bau bakal lepas masa lajang nih." goda Zayyan yang disetujui Algis.

"Bisa tinggal kita berdua yang kagak soldout Za." sedih Algis.

Zayyan menggeleng tak akan ia biarkan dirinya menjomblo. "Lo lupa kita udah punya istri imut nan gemes?"

"Itu tapi istri Maclo." Algis mulai sadar.

"Istri Maclo ya istri kita juga, lo gimana sih dablek banget." damprat Zayyan.

Maclo melemparkan sorot mata tajam. Kapanpun siap memberikan umpatan ke Zayyan.

MACLO [ SEGERA TERBIT ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora