33

21K 2.9K 86
                                    

_______________________________________

Happy Reading

_______________________________________

"kau bisa menginap diruangan ini Putri Amoora, anggap kamar ini seperti kamarmu sendiri." ujar Putra Mahkota Saffier menatap Amoora lembut.

Setelah mengantarkan Ratu Pristzon ke kamarnya, Saffier berlanjut mengantar Putri Amoora ke kamar pribadinya.

Aneh, Saffier memisahkan kamar Ratu Pristzon dan Amoora dengan jarak yang amat jauh, dan dia memberi kamar yang indah nan mewah untuk Amoora.

Luas kamar ini melebihi lapangan bola yang pernah Amoora lihat di tv tv, hm, niat sekali Si Saffier ini mempersiapkan kamar untuknya.

"kamar ini terlalu besar untukku Putra Mahkota Saffier, dan, sepertinya ini bukan kamar tamu untuk para bangsawan yang terundang." selidik Amoora menatap curiga ke arah Putra Mahkota Saffier.

Setahu Amoora, kamar tamu untuk para tamu bangsawan undangan tak seluas dan semewah ini, dan lihatlah, ruangan ini di kelilingi banyak emas dan berlian yang menjulang indah.

"memang kamar ini bukan kamar tamu untuk para bangsawan Putri Amoora, melainkan kamar khusus untuk calon Ratu ku ini."

"jika kau merasa kamar ini kurang besar untukmu, aku akan menyiapkan kamar yang lebih besar dan mewah untukmu Putri Amoora, bahkan istana megah akan aku buatkan jika kau mau." ujarnya.

Sombong sekali.

Mendengar itu, membuat Rokie yang berada di dekapan Amoora memutar bola mata malas, Amoora juga sama, ia menatap jengah ke arah Putra Mahkota Saffier.

"tidak usah terlalu repot repot Putra Mahkota Saffier, kau bisa menempatkan ku ke kamar tamu yang sempit dan kotor di bandingkan kamar seluas lapangan sepak bola seperti ini."

"lagian, jangan seenak hati mengklaim ku sebagai calon ratu mu sebelum aku menyetujui semua itu, karna aku, sama sekali bukan calon ratumu." ujar Amoora tajam, menekan kalimat terakhir untuk menyadarkan pria di depannya ini.

"kasihan sekali diri mu Saffier." ejek Raja Cahaya yang ada di tubuh Rokie.

Raut wajah Saffier berubah datar, sedetik kemudian, wajahnya tersenyum kembali yang membuat Amoora bergidik ngeri.

Senyuman itu, seperti memendam banyak hal.

"aku tidak perlu ucapan setujumu untuk menjadi ratuku Putri Amoora, karna kau, akan di takdirkan bersamaku." ujarnya tersenyum miring.

Amoora menggeleng kepala prihatin, sepertinya pria tampan di depan nya ini sudah gila.

"kau gila Saffier!" ujar Amoora prihatin.

"ya, aku gila, aku tergila gila padamu Putri Amoora." ujar Saffier tersenyum kecil.

Saffier meninggalkan Amoora yang masih diam memantung, raut wajahnya nampak begitu sangat serius.

"Rokie, sepertinya kita harus membawa Putra Mahkota Saffier kepada psikater." opini Amoora berbicara dengan Rokie.

Rokie mengangguk dan berseru semangat.

"kau benar Amoora sayang."

***

Di sebuah ruangan berdominasi warna biru dan putih, emas murni menjulang indah di sekitar ruangan, terdapat seorang gadis yang tengah bersiap siap di depan cermin besar.

"Sherrin sayang." panggil seorang wanita tua kepada pemilik nama.

Yang terpanggil pun menoleh ke sumber suara, wanita tua yang cantik nan anggun kini tengah menatap lembut sang anak.

Transmigrasi Queen Amoora [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang