43

20.1K 2.7K 72
                                    

_______________________________________

Happy Reading

_______________________________________

"aku memilih tinggal bersama para suamiku di dunia bawah." ujarku.

Keputusan ku sudah bulat, aku lebih memilih hidup bersama dengan para suamiku di dunia bawah dibandingkan hidup di dunia langit tanpa adanya orang yang aku cintai.

Aku sadar, cinta mereka terhadap Dewi Rielsya sungguh besar, mereka mampu mengorbankan sesuatu demi Dewi Rielsya seorang, jika aku meninggalkan mereka dan lebih memilih tinggal di dunia langit sendirian, berarti aku sama saja menggagalkan pengorbanan mereka kepada Dewi Rielsya.

"ibunda mengerti dengan keputusan mu itu Dewi Reilsya, atas kesetiaan mu kepada para suamimu, aku berserta bibi bibimu memberi berkat untuk kalian."

"hidup selama 1.000 tahun lebih, dan dirimu beserta para suamimu tidak akan pernah terpisahkan." ujar mereka serempak.

Tiba tiba saja cahaya emas mengitari tubuhku, lahan perlahan tubuhku mulai menghilang bersamaan dengan hilangnya cahaya tersebut, sebelum aku menghilang dengan sempurna, ibunda Dewi mengucapkan sesuatu.

"ibunda pasti akan selalu merindukanmu Dewi Rielsya, setiap hari minggu, ibunda akan meluangkan waktu untuk menemuimu sekedar melepas rindu." itulah yang aku dengar.

Tubuhku kian menghilang seperti terseret sesuatu.

***

Seorang gadis cantik tengah berbaring lemas diatas kasur besar, wajah cantik yang dulunya ceria kini pucat tanpa semangat, di sebelah sang gadis nampaklah beberapa pria tampan yang senantiasa menunggu gadis cantik itu siuman.

Tangan lentik itu kian lama kian bergerak, mata indah yang semula redup sedikit demi sedikit mulai terbuka.

"Amoora." panggil bahagia keempat pria yang melihat pergerakan kecil dari sang gadis.

Saat mata gadis terbuka lebar, hal yang pertama dia lihat adalah empat pria tampan dengan penampilan acak acakan tengah menatapnya penuh haru.

"awsh." ringis sang gadis memegang kepalanya yang berdenyut kencang.

"dimana yang sakit Amoora, coba katakan, aku akan segera memanggilkan tabib untukmu." ujar Saffier khawatir mengambil ancang ancang untuk keluar memanggil tabib istana.

Namun pergerakan Saffier terhenti dikala ada tangan mulus dingin memegang tangannya.

"aku tidak apa apa Saffier, tidak usah memanggil kan tabib untukku." ujar Amoora seadanya karna sakit di kepalanya sudah mulai sembuh.

Keempat pria tersebut terdiam di tempat tanpa adanya pergerakan sedikitpun, mata tajam milik mereka menatap Amoora penuh haru.

"hey, kenapa melihatku seperti itu? apakah kalian tidak mau memeluk aku yang baru bangun ini." ujar Amoora penuh goda.

Grep.

Tidak ada hitungan detik, keempat pria tersebut langsung menubruk tubuh Amoora dengan erat sehingga ingin terjungkal, dan untung saja Amoora dengan sigap menopang tubuhnya agar tidak jatuh karna pelukan.

"hiks hiks." Amoora terkejut bukan main, punggung mulus yang semula kering kini basah akibat pria pria tampan yang diperlukannya menangis.

Transmigrasi Queen Amoora [ END ]Where stories live. Discover now