go ; digigit ular

235 131 339
                                    

Beberapa hari yang lalu-

Jenar dan Badhri baru tiba di rumah Jenar dari mengantre air bersih. Sri yang melihat langsung memanggil.

"Mas Badhri?!"

Sri langsung berlari memeluk Badhri yang sudah dia anggap seperti abangnya sendiri.

"Sri kangen sama mas, sudah lama nggak ketemu."

Badhri tersenyum. "Mas juga kangen sama dek Sri, gimana? Sudah pandai menulis?"

"Sudah, tapi Sri harus belajar sendiri karena mbak Jenar nggak mau ngajarin."

Jenar hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Mas ajarin Sri berhitung, ya?" Mohon Sri; adik Jenar berusia tujuh tahun.

"Mas mau aja, tapi mas mau ketemu ibuk kamu dulu." Badhri pun beranjak ke tempat Jenar.

"Ibuk kamu tidur?"

"Nggak, kok. Aku barusan cek tadi, masuk saja."

Badhri mengangguk dan masuk ke kamar ibu Jenar disusul Sri juga. Jenar sendiri pergi ke kamarnya untuk membaca surat dari sahabatnya; Sekar.

Untuk sahabatku, Jenar Kinanti.

Halo, Jenar? Gimana kabarmu? Kamu pasti khawatir banget karena aku yang waktu itu dibawa paksa oleh Jepang dengan beberapa gadis juga, dugaanmu benar, kami dijadikan budak napsu di sebuah rumah yang sialnya pemiliknya justru warga pribumi. Aku tidak punya pilihan, meskipun menolak kami akan disiksa sampai menyerah, akhirnya kami meng-iyakan kemauan mereka, dan syukurnya kami diberi makan yang cukup.

"Syukur?!" Pekik Jenar. "Ah sial ... sungguh malang nasibmu, Sekar. Tapi aku lega kamu baik-baik saja di sana."

Dia kembali membaca suratnya.

Intinya disini aku baik-baik saja, bahkan setelah surat ini sampai di tangan kamu. Dan kamu harus tahu, Jenar. Aku kangen banget sama kamu, aku pengen ketemu kamu, kalau kamu ada waktu, Minggu ini datanglah ke sebuah rumah kecil di pinggir sungai dekat dengan air terjun, itu sebenarnya markas persembunyian pemuda pejuang yang dimana Mas Setyo ikut di dalamnya. Dan rumah itu tidak diketahui orang lain bahkan oleh Jepang sekalipun. Meskipun cukup jauh sih dari desa kita.

Mungkin hanya sesingkat ini isi suratku, Jenar. Ada banyak hal yang ingin aku bagi denganmu saat kita bertemu, kuharap kamu akan datang.

Sekar Arum.

Jenar menutup surat itu, pandangannya menyawang ke luar jendela tepat pohon-pohon singkong miliknya tumbuh. Dia sebenarnya bersyukur kalau sahabatnya itu baik-baik saja di sana, dan dia juga ingin sekali bertemu dengan sahabatnya.

"Rumah di dekat air terjun ... ah apakah aku bisa sampai ke sana, ya?"

 ah apakah aku bisa sampai ke sana, ya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kembali ke masa ini—

Jenar menyodorkan sapu tangan kepada pemiliknya, tapi Yutaka tidak lekas menerimanya.

Camellia [✓]Where stories live. Discover now