yonjuu ; taktik bersama

75 33 38
                                    

Saat-saat penuh ketegangan baru saja terjadi, setelah Masako dan Honoka pergi, Yutaka membawa kembali Jenar ke kamar kemudian mengecek kamar tidur anaknya, memastikan bahwa Haraki tidak terbangun karena kegaduhan tadi.

"Ada apa?" Tanya Jenar, terdengar melirih begitu sang suami masuk. "Apa yang terjadi? Kenapa ... kenapa ibu sampai marah sebesar itu?"

Yutaka menatap sendu sang istri. Dia duduk kemudian menyentuh pipi kanan istrinya. "Aku minta maaf."

Kontak mata mereka terpaut erat. Sampai Yutaka memutuskannya. "Ibu marah-marah karena tahu aku meninggalkan rumah duka, dia berpikir itu salahmu."

Jenar memegangi bahu sang suami. "Aku tahu sebenarnya kamu tidak berpikir untuk pulang, kan?"

Yutaka menoleh cepat.

"Karena Yutaka yang aku kenal mencoba untuk memikirkan konsekuensi dari tindakannya, yah setidaknya untuk saat ini. Yang semua orang tahu istrimu hanya Honoka, wajar saja kalau ibu berpikir aku yang—"

"Tidak!" Pangkas Yutaka. "Aku tidak akan membiarkan orang lain berpikir buruk tentangmu, meskipun itu ibuku sendiri." Dia kembali menyentuh pipi istrinya. "Bahkan kamu sampai mendapat kekerasan dari sesuatu yang tidak kamu lakukan."

Jenar meraih tangan Yutaka di pipinya. "Aku tidak ingin membuat ibu marah lagi, jadi kurasa kita harus melakukan sesuatu sebelum hal yang tidak kita inginkan terjadi."

"Apa maksudmu?"

Bibir Jenar bergetar, dadanya sesak, rasanya begitu berat untuk mengatakannya. "Mulai sekarang kamu harus lebih sering terlihat bersama Honoka."

"Tidak!"

"Yuta—"

"Aku tidak mau, Jenar!"

"Tapi ini demi kita semua, lagipula aku tidak memintamu untuk meninggalkan aku. Ibu benar, Honoka sedang berduka dan dia juga sedang hamil besar. Meskipun ada Kazuki bersamanya, setidaknya kalian berdua harus terlihat bersama di depan orang banyak."

Yutaka menggeleng pelan.

Jenar menangkup wajah suaminya. "Kamu bilang kamu akan memenuhi semua permintaanku, kan?"

"Tapi kamu meminta sesuatu yang tidak bisa aku penuhi."

Jenar menggenggam tangan suaminya. "Kita lakukan sama-sama, hm?"

Yutaka masih bergeming.

Jenar melingkarkan tangannya ke perut suaminya. "Aku nggak mau berpisah lagi ..."

Yutaka dapat mendengar nada bergetar dari istrinya. Perlahan dia menyentuh kepala sang istri. Dia menghela pelan napasnya. "Baiklah, akan aku lakukan."

Jenar lantas mendangah. "Beneran?"

"Tapi ingat, aku melakukannya karena kamu yang meminta. Meskipun rasanya begitu berat semakin menipis waktu kita bersama—"

"Setidaknya kita nggak berpisah," lanjut Jenar.

Yutaka menarik ujung bibirnya paksa. "Yah ... kamu benar." Dia mengecup kening Jenar sedikit lama.

" Dia mengecup kening Jenar sedikit lama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Camellia [✓]Where stories live. Discover now