juuroku ; rencana buruk (2)

159 68 212
                                    

Di nuansa pagi yang cerah ini Yutaka dibangunkan dengan beberapa kegaduhan para pejuang di markas, sebenarnya dia tidak terganggu tapi dia sedikit cemas kalau istrinya yang terganggu.

Dia pun keluar untuk memeriksa, tidak ada yang baru, para pejuang masih melakukan hal yang biasa mereka lakukan setiap paginya, sampai dia melihat seorang pejuang yang membelah kayu dengan kapaknya sendirian.


Yutaka keluar dan menghampiri pejuang itu.

"Ini olahraga yang menyenangkan kan, Seno?" Tanyanya basa-basi.

Pejuang bernama Seno itu menoleh kemudian balas tersenyum. Yutaka meraih kapak yang lain dan batang kayu yang cukup besar, dia mengayunkan kapak itu hingga batang kayu itu terbelah menjadi dua.

Seno terkesima. "Kamu sangat kuat."

Yutaka tersenyum kecil. "Tidak juga, masih lebih kuat kamu. Kamu dari pagi buta sudah membelah banyak kayu, sedang aku baru satu saja sudah ngos-ngosan," ucapnya merendah.

"Meskipun begitu, sejak kamu bergabung dengan kami, para pejuang bersatu."

Sebelah alis Yutaka terangkat. "Bersatu?"

"Ya, kamu pasti tahu kalau di dalam perkumpulan ada saja perbedaan pendapat, tapi sejak kamu bergabung, perselisihan itu menipis," jujurnya sembari kembali mengayunkan kapak. "Suasana hati bung Setyo juga selalu baik."

"Sejujurnya aku tidak berpikir itu karena ku, tapi itu karena diri kalian sendiri, kalian sadar akan perbedaan yang memecah belahkan semangat juang, tapi sekarang kalian mulai mempergunakan perbedaan itu untuk kesatuan demi tujuan yang sama. Kemerdekaan."

Seno cukup terkejut atas penuturan Yutaka, dia menggeleng cepat setelah sadar hampir luluh.

Mereka kemudian terdiam, bergelut dengan kapak yang mereka ayunkan ke batang kayu.

"Uhm ... Yutaka," panggilnya.

"Ya?" Jawabnya menoleh.

"Apa kamu tidak keberatan untuk mengajariku ... bahasa Jepang?"

Yutaka terkejut tentu saja.

"B-bukan tentang apa-apa, kok. Aku hanya ingin mempelajarinya saja, mungkin akan berguna untukku di masa depan," ujar Seno sambil tertawa.

Seno sudah was-was kalau Yutaka menyadari keanehan dari permintaannya, tapi kemudian Yutaka tersenyum.

"Tentu, aku tidak keberatan mengajarimu."

'Dasar bodoh.' batin Seno.

Seno tersenyum. "Makasih, Yutaka."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Camellia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang