juuni ; keputusan

169 80 367
                                    

Suasana tegang masih terasa siang itu. Jenar benar-benar melihat Yutaka di tembak di depan matanya sendiri, dia tercengang dengan linangan air mata di pelupuk matanya.

"Yutaka!"

Yutaka meringis kesakitan. "Kita harus pergi." Dia berusaha bangkit sambil memegangi bahunya sembari menarik tangan Jenar.

"Lukamu ... lukamu ..." Lirih Jenar.

"Jangan khawatir, sekarang kita harus lari dari mereka dulu."

Jenar merasa dadanya sesak, saking cintanya Yutaka kepadanya sampai rela menahan luka tembak itu, Jenar benar-benar melihat kesungguhan seorang Yutaka.

"Kita ke tepi air terjun saja, nggak ada yang tahu tempat rahasia itu, tapi apa kamu bisa bertahan?" Tanya Jenar.

Yutaka mengangguk, mereka mempercepat lari mereka dan memasuki hutan untuk menghilangkan jejak mereka.

Hingga tepat setelah mereka tiba di sana, Yutaka langsung ambruk memegangi bahunya. Jenar seolah ikut merasakan kesakitan itu.

"Kita masuk dulu," ajak Jenar sembari memapah Yutaka.

Dia mendudukkan Yutaka di lantai dan bersandar pada dinding, Jenar tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan peluru itu, dia cemas, dia bingung.

Dia bangkit dan merobek kain jarik yang dia kenakan sedikit banyak sebatas lututnya, yang hanya bisa dia lakukan adalah menghentikan pendarahan pada luka itu, dililitkannya kain itu pada sekitaran bahu Yutaka.

"Kamu tunggulah disini, aku akan mencari pertolongan."

Saat Jenar akan bangkit, Yutaka lebih dulu menahan tangannya. Yutaka menggeleng. "Jangan pergi."

"Tapi lukamu—"

"Di luar berbahaya, kamu bahkan tidak tahu kamu akan bertemu dengan prajurit Jepang atau pejuang pribumi, kan?"

Jenar mengulum bibirnya cemas, dia kembali duduk dan menggenggam hangat tangan Yutaka. Sembari berharap keajaiban terjadi.

[Anggap mereka bicara dalam bahasa Jepang ya]

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

[Anggap mereka bicara dalam bahasa Jepang ya]

"Apa?! Kalian kehilangan mereka?!" Pekik Fujisawa.

"Kenapa kamu marah-marah padaku juga? Lagipula kenapa pula kamu tidak ikut kami mengejar tadi?" Pekik Takumi.

"Ck! Kalau begitu kita harus mencarinya, jangan sampai dia lolos begitu saja."

Kojima mengangguk. "Seharusnya mereka tidak bisa pergi jauh, karena saya berhasil menembaknya."

"Kamu membunuhnya?!"

"Tidak, dia menembaknya di bahu, itu cukup untuk memperlambat pergerakan mereka," jawab Takumi.

Di sisi lain, Badhri mereka kecewa kepada pengawal letnan itu. Kalau mereka berhasil menangkap Yutaka dan Jenar, dia akan melihat Jenar dinikmati oleh para bajingan itu.

Camellia [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora