juuhachi : penantian abadi?

123 59 186
                                    

Di dalam sebuah ruangan, Katsuragi duduk dengan kurang nyaman. Meskipun terlihat baik-baik saja, nyatanya dia cukup kepikiran soal ucapan Koto, dirinya menerka tentang apa maksud dari perkataan Koto dan rencana yang tersirat di matanya.

Jawabannya segera dia dapatkan begitu melihat orang suruhannya masuk ke ruangannya.

[Anggap mereka bicara dalam bahasa Jepang ya]

"Ini buruk, Jendral."

Katsuragi sudah menduga, dia menegakkan sandaran kursinya, bersiap untuk mendengarkan penjelasan dari orang suruhannya ini.

Orang itu pun menjelaskan dengan detail masalah yang menimpa Yutaka, tentang apa yang telah dia lakukan. Membunuh Keisuke, mencintai gadis pribumi bahkan menikahinya, termasuk terlibat pengejaran dengan Koto juga.

"Secara teknis, ini sudah masuk ke dalam pengkhianatan negara, anak Jendral dalam masalah," ucapnya memuat kesimpulan.

Katsuragi memegangi kepalanya yang tidak lagi ditumbuhi rambut. "Anak itu benar-benar ..."

Dia kembali menatap orang suruhannya. "Lalu bagaimana dengan rencana Koto?"

"Letnan Koto membuat rencana untuk menangkap anak Jendral." Dia menyodorkan sebuah map. "Seluruh strateginya tertera di sana, Jendral."

Katsuragi langsung meraih map itu dan membacanya. "Melengserkan posisiku? Ah sudah kuduga, Koto memang orang yang tidak beres."

"Maaf, Jendral. Lalu apa yang akan kita lakukan?"

Katsuragi menutup map itu dan meletakkannya di atas meja. "Tentu saja kita akan menjemput anakku."

Orang suruhan itu membungkuk paham. "Baik, Jendral."

Penyerangan singkat yang direncanakan justru berubah menjadi mimpi buruk

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Penyerangan singkat yang direncanakan justru berubah menjadi mimpi buruk. Tidak ada yang menduganya bahwa ini akan terjadi. Berawal dari sebuah pengkhianatan seseorang pejuang bernama Seno, yang kemudian diketahui secara sengaja, mengakibatkan para pejuang dipaksa bergerak untuk menuju medan peperangan dengan sendirinya.

Mereka tidak siap untuk strategi yang satu ini, yang menyebabkan banyak jatuhnya korban jiwa. Mereka berperang habis-habisan, meski begitu, ada juga dari mereka yang memilih melarikan diri karena masih ingin hidup.

"Bagaimana ini, Bung? Kita tidak bisa menang!" Teriak Mada yang bersembunyi di balik pagar batu kepada Setyo yang bersembunyi di balik pohon.

Setyo tidak menjawab, dia berpikir keras. 'Sialan kamu, Yutaka! Setelah menjebak kami disini kamu malah melarikan diri, awas saja saat tertangkap aku benar-benar akan membunuhmu!'

Di medan peperangan, para pejuang masih berusaha melawan serangan bertubi-tubi.

Di sisi yang lain dari Setyo, Yutaka bersembunyi di balik kereta kuda yang sudah rusak dan mengisi pelurunya kembali, dia menembaki prajurit Jepang itu dengan teliti.

Camellia [✓]Onde histórias criam vida. Descubra agora