37. Masa lalu

57 14 1
                                    

Karena Sakusa keluar, Tanaka masuk buat gantiin Sakusa. Sementara Sakusa, dia lagi dipapah sama Lev ke ruang kesehatan. Takutnya cederanya serius kalo nggak buru-buru ditangani.

Berhubung ini pertandingan resmi pertama Tanaka di stadion, jadi nggak heran kalo dia gugup. Siapapun kalo first timenya dua nglakuin sesuatu pasti gugup, apalagi di bidang yang dia sukai, walau ada rasa semangat juga pasti yang paling menonjol adalah rasa gugupnya.

Jantungnya berdebar kencang, kepalanya sedikit pusing, pupil matanya juga mengecil, tubuhnya memanas tapi tangannya terasa dingin.

Demam panggung.

Demi apapun di isekai, demam panggung itu nggak enak banget. Rasanya tuh nggak bisa dijelasin, tapi jelas kalian pernah ngalamin. Tangan kerasa kayak masuk ke es dan di buang ke kutub Utara bersamaan dengan jantung yang susah di kontrol.

Andai demam panggung bisa disembuhkan dengan minum air, Tanaka mungkin udah kembung sekarang. Tapi apalah daya, nggak ada yang bisa sembuhin demam panggung, kecuali diri lu sendiri. Percaya sama diri sendiri, pasti bisa kok, semangat!!

"Nggak papa, lu pasti bisa tak," kata Tanaka. Lalu menampar pipinya sendiri kuat-kuat.

Mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa dia bisa adalah hal yang pertama kali setiap orang bakal lakuin pas gugup. Nggak heran semua atensi tim tertuju pada Tanaka. Kayak aneh aja, Tanaka yang suka buat onar bisa gugup di saat-saat kea gini.

Walau nggak nutup kemungkinan se-tim ini pada gugup semua, tapi ngeliat anak yang paling panas jadi gugup kan aneh

.

.

.

"Sam perasaan gw kok nggak enak ya," kata Atsumu pada sang copyannya.

"Maksud lu hari ini bakalan ujan?" Tanya sang copyan sambil nyruput kuah baksonya.

Sekarang pindah dulu ke sekolah yang udah lama nggak ke shoot. Terlihat dua orang dengan wajah yang sama, tengah berbincang dengan tenang. Di temani dua porsi bakso yang tinggal besarnya doang dan es teh anget yang angetnya udah ilang. Ciri khas anak indo kalo makan bakso pasti yang gede dimakan terakhir.

"Bukan itu! Hari ini bakalan cerah kok." Sangkal Atsumu. "Tapi rasanya gw kok khawatir sama Omi," lanjutnya ke sang copyan.

"Kan Sakusa lagi tanding, ngapain lu khawatir?"

"Ya, kan cuma perasaan doang Sam." Atsumu melanjutkan makannya yang sempet ketunda.

Bakso yang tinggal gedenya doang itu dia potong jadi enam bagian kecil-kecil dan memakannya. Butuh tenaga ternyata motong bakso, Atsumu sampe keringetan tuh, atau gara-gara kepedesan? Au dah bingung

"Tsum, keanya Sakusa lagi nggak baik-baik aja deh, secara lu kalo ngomong pasti bakalan kejadian," kata Osamu, yang membuat Atsumu berhenti makan lagi. Dia menatap ke kembarannya dengan tanda tanya besar.

"Kea Minggu lalu, lu bilang Suna bakalan buat ulah, dan bener kan, dia mukul Sakusa pake balok kayu. Untung aja Sakusa nggak anemia."

"Hah, apa hubungannya balok kayu sama anemia? Emang Omi luka?"

"Itu loh, yang ilang ingatan gara-gara digebok palanya!"

Ini gara-gara abis pelajaran sasing atau emang Osamu jadi bego. Dimana-mana yang namanya ilang ingatan itu istilah kerennya amnesia, bukan anemia.

"Amnesia tolol, sejak kapan kurang darah jadi ilang ingatan." Sembur Atsumu ke copyannya. Sekali-kali juga Atsumu ngerasain jadi Osamu biar nggak belok terus otaknya.

"Elah, biasa aja kali, liur lu muncrat tuh!"

Atsumu cuma memutar bola matanya jengah, lalu lanjutin makan baksonya. Tinggal kuah doang sih, tapi sayang kalo nggak di abisin, kan kuah bakso enak, apalagi kalo masih ada daun bawangnya.

Garis TakdirUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum