58. Sinarnya

54 8 0
                                    

"Ayolah Semi, merem bentar doang kok!" Suga nampak frustasi saat Semi tak mau menutup matanya.

"Nggak mau, ntar gue nggak bisa melek kalo lo kasih begituan," jawab Semi.

Suga berusaha memasang bulu mata palsu diatas bulu mata Semi yang asli. Cuma sekedar biar nggak terlalu tipis, walau sebenarnya bulu mata Semi sudah cukup tebal. Tapi itu tetap tipis di mata Suga.

Semi melihat pantulan dirinya di kaca meja rias kamar dengan sedikit heran. Apa wajahnya se-tirus ini sebelumnya? Semi rasa tidak, lalu kenapa bisa sangat tirus?? Melirik ke meja dengan berbagai alat make up itu, Semi sadar jika make up membantunya berubah. Semi hanya mengenal foundation dan blush on saja sebelumnya, sebelum berkenalan dengan contour yang berhasil membuat ilusi wajahnya jadi tirus seperti sekarang.

Masih dalam balutan baju seadanya, Semi dirias sedemikian rupa oleh Suga yang dipercayai oleh Ushijima. Semi berusaha tenang, dan duduk nyaman di depan meja rias sebelum Mama ikut masuk dan mencampuri segalanya. Mama ikutan mendandani Semi layaknya boneka barbie yang diam saja tanpa protes. Tapi Semi benar diam saja, bahkan saat Mama mencoba memangkas sedikit rambut Semi, ia hanya diam saja melihat, dan malah Suga yang teriak tak terima.

"Mama jangan asal potong rambut orang, dong!" Begitu Suga berucap pada Mama.

Mama yang merasa telah lancang segera meminta maaf kepada Semi. Respon Semi hanya tersenyum, lagi. Membuat Suga yang awalnya kesal jadi bingung.

"Kenapa sih, Sem? Lo nggak suka, ya, kita dandanin gini?" tanyanya.

Semi menggeleng, dan lagi-lagi tersenyum. "Enggak, gue suka, kok, kalian dandanin. Cuma ..." Menjeda kalimatnya beberapa saat untuk meredakan sesak yang mendadak menyerang, Semi kembali menunjukkan senyuman manisnya. Dibarengi setetes air mata yang jatuh dari kelopak mata bulat itu. "Gue ngerasa hidup lagi ... setelah kepergian Mama, rasanya gue pengen ikut pergi juga. Tapi sekarang, keanya nggak ada alasan buat gue ikut Mama pergi," ucapnya tersenyum memandangi dua perempuan di belakangnya lewat pantulan cermin.

Mama ikut tersenyum mendengar pengakuan Semi, bahwa dirinya ingin tetap hidup. Meskipun Mama tak tau sepenuhnya apa yang telah dialami Semi, tapi rasanya sudah terlalu banyak luka yang tersimpan di tubuh kecil itu. Berbeda dengan Mama yang hanya tersenyum, Suga sudah meneteskan air matanya kali ini. Memeluk Semi dari belakang dan menangis tersedu.

"Makasih," ucap Semi lirih kepada Suga yang malah makin kencang menangis.

Puas menangis, Suga kembali merias Semi untuk acaranya malam ini bersama Ushijima. Gaun cantik untuk Semi sudah dikirim oleh pihak butik ke rumah Suga atas perintah Ushijima. Saat gaun itu datang, sempat Suga tolak, karena Suga tak merasa memesan gaun atau apapun. Tapi begitu Semi keluar, gaun itu langsung saja dimasukkan kedalam kamar dan Semi segera dimandikan oleh Suga.

Kata Suga, "Mau kencan kok jam segini belum mandi, sih, lo?" Begitu. Suga menyuruh Semi mandi saat jam masih pukul dua siang.

Padahal Semi bukan mau kencan, tapi langsung bertemu orang tua. Yang Semi tau, dia akan bertemu ayah Ushijima, itu saja. Tanpa ada embel-embel kencan atau semacamnya. Toh Semi juga nggak peduli. Yang penting perutnya terisi.

Sekitar jam setengah delapan malam Semi hampir selesai dirias lagi oleh Suga. Karena sebelumnya itu cuma percobaan saja, untuk dikirimkan kepada Ushijima sebagai sample. Mungkin saja ada bagian yang cowok itu kurang pas, kan, bisa diperbaiki. Semi bahkan sampai lelah dengan sepupunya ini. Membuang-buang make up cuma buat percobaan saja, lebih baik di derma saja kalau Semi.

"Coba muter," perintah Mama dan dilakukan oleh Semi. Gadis itu memutar tubuhnya. "Cantik bangeeet anak Mama!" pekik Mama tertahan. Suga pun setuju dengan ucapan Mama.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now